Pemanfaatan Cangkang Rajungan (Portunus Pelagicus) Sebagai Koagulan Untuk Penjernih Air (Studi Kasus : Sungai Belawan Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan)

Abstract

The increase of the population, will cause an increase in the need for clean water which is directly proportional to the increase in population, because the source of clean water that is available naturally is very limited, the water treatment process is very limited. One example is the process of coagulation / flocculation. However, the use of these chemical coagulants has some negative impact on the environment, one of which is producing large volumes of sludge. Therefore natural coagulant is needed, for example, the use of crab shell waste as a biocoagulant which is a potential source of chitin and chitosan production. The purpose of this study is to identify the ability and characteristics of chitosan from small crab shells as a coagulant in reducing water turbidity levels and to find out the optimum dose of chitosan from Small crab shell as a coagulant in reducing levels of turbidity. The research method used is the Belawan River water quality variable will be explained descriptively. The results obtained in the form of qualitative data about the magnitude and condition of each parameter used as an indicator of water quality that is Total Suspended Solid (TSS) and turbidity. This research was conducted in Belawan River, Sunggal Village, Medan Sunggal District, Medan City, North Sumatra Province. The results showed the most optimum ability of biokoagulan from crab shell (Portunus pelagicus) to reduce water turbidity was obtained at a dose of 25 mg / l in artificial turbidity of 1202 NTU by 80.87% at a dose of 25 mg / l. Chitosan from the crab shell biocoagulant (Portunus pelagicus) can reduce the Total Suspended Solid (TSS) at the highest dose of 25 mg / l with an artificial turbidity variation of 1202 NTU. Turbidity removal efficiency occurred at 80.87%. The best deposition time for removal of turbidity removal efficiency is the range of minutes from 5 minutes to 10 minutes, namely an increase in turbidity removal efficiency of 0.25%, the economic value of the use of crab shell biokoagulan per liter of water treatment is Rp. 21.2 while the PAC is Rp. 5.4 / liter.

Bertambahnya jumlah penduduk, akan menyebabkan naiknya kebutuhan air yang bersih yang berbanding lurus dengan kenaikan jumlah penduduk,dikarenakan sumber air bersih yang tersedia secara alami sangat terbatas maka proses pengolahan air sangat terbatas.Salah satu contohnya adalah proses koagulasi/flokulasi. Namun, dalam penggunaannya koagulan bahan kimia tersebut memiliki dampak negatif bagi lingkungan, salah satunya memproduksi lumpur dengan volume yang besar. Oleh sebab itu dibutuhkan koagulan alami contohnya adalah pemanfaatan limbah cangkang kulit kepiting sebagai biokoagulan yang merupakan sumber potensial pembuatan kitin dan kitosan.Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kemampuan dan karakteristik kitosan dari cangkang rajungan sebagai koagulan dalam menurunkan kadar kekeruhan air serta mencari tahu dosis optimum kitosan dari cangkang rajungan sebagai koagulan dalam menurunkan kadar kekeruhan. Metode penelitian yang digunakan adalah pada variabel kualitas air Sungai Belawan akan dijelaskan secara deskriptif. Hasil penelitian yang didapat berupa data kualitatif mengenai besarnya nilai dan keadaan dari masing-masing parameter yang dijadikan indikator kualitas air yaitu Total Suspended Solid (TSS) dan kekeruhan.Penelitian ini dilakukan di Sungai Belawan Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan biokoagulan dari kulit cangkang rajungan (Portunus pelagicus) paling optimum untuk menurunkan kekeruhan air didapat pada dosis 25 mg/l pada kekeruhan buatan 1202 NTU sebesar 80,87% pada dosis 25 mg/l. Kitosan dari biokoagulan kulit cangkang rajungan (Portuunus pelagicus) dapat menurunkan Total Suspended Solid (TSS) paling tinggi pada dosis 25 mg/l dengan variasi kekeruhan buatan sebesar 1202 NTU. terjadi efisiensi penyisihan kekeruhan sebesar 80,87%. Waktu pengendapan terbaik untuk penyisihan efisiensi penyisihan kekeruhan adalah rentang menit ke 5 menit sampai ke 10 menit yaitu terejadi kenaikan efisiensi penyisihan kekeruhan sebesar 0,25%, Nilai ekonomi pemakaian biokoagulan cangkang rajungan per liter pengolahan airnya adalah sebesar Rp. 21,2 sedangkan PAC sebesar Rp. 5,4/liter.