Efektivitas Acceptance-Commitment Therapy untuk Meningkatkan Kemampuan Regulasi Emosi Remaja Korban Kekerasan
View/ Open
Date
2019Author
Nasution, Atika Mentari Nataya
Advisor(s)
Sutatminingsih, Raras
Yusuf, Elvi Andriani
Metadata
Show full item recordAbstract
Keluarga adalah tempat remaja untuk mendapatkan kasih sayang, rasa aman, dan perlindungan.
Tekanan-tekanan yang ada dalam rumah tangga, membuat orang tua melakukan kekerasan dan
memilih untuk menyerahkan anak kepada panti asuhan. Akan tetapi, masalah lain timbul yakni
kesulitan remaja dalam meregulasi emosi. Oleh karena itu, salah satu intervensi yang dapat
diberikan yakni acceptance-commitment therapy (ACT). ACT adalah psikoterapi yang
mendorong individu untuk terbuka pada perasaan yang tidak menyenangkan, belajar untuk
tidak bereaksi berlebihan, dan tidak menghindari situasi dimana mereka merasa terpicu.
Penelitian dilakukan dengan desain Quasi Eksperimental terhadap 6 orang remaja putri dalam
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Alat ukur yang digunakan adalah DERS-16.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan akan efektivitas
acceptance-commitment therapy dalam meningkatkan kemampuan regulasi emosi remaja
korban kekerasan. Meskipun demikian, evaluasi deskriptif dan kualitatif menemukan adanya
penurunan skor kesulitan regulasi emosi serta aspek regulasi emosi “strategy” memiliki
peningkatan yang paling besar setelah diberikannya ACT. Family is a place for adolescents to get love, security, and protection. The pressures that exist
in the household, make parents violent and choose to send their child to an orphanage.
However, another problem arises which is the difficulty in regulating emotions. Therefore, one
of the interventions that can be given is acceptance-commitment therapy (ACT). ACT is
psychotherapy that encourages individuals to be open to unpleasant feelings, learn not to
overreact, and not avoid situations where they feel triggered. The study was conducted with a
Quasi Experimental design of 6 girls in the experimental group and the control group. The
instrument used is DERS-16. The results showed no significant of the effectiveness of
acceptance-commitment therapy in increasing the emotional regulation ability among
adolescent victims of violence. Nevertheless, descriptive and qualitative evaluations found that
there was a decrease in the emotional regulation difficulty and the emotional regulation aspect
of "strategy" had the greatest increase in the ability to emotion regulation after the ACT was
given.