Wacana Wayang Kulit Gatotkaca ‘Senopati’: Kajian Linguistik Fungsional Sistemik
View/ Open
Date
2018Author
Ikawati, Erna
Advisor(s)
Sinar, T. Silvana
Setia, Eddy
Nurlela
Metadata
Show full item recordAbstract
Seni pertunjukan Wayang Kulit (WK) sebagai tradisi yang menggabungkan berbagai unsur seni seperti: seni musik, seni suara, seni tari, dan peran. Penelitian ini mengambil WK sebagai objek kajian, dengan masalah penelitian mencakup 1) struktur wacana WGKS, 2) pola appraisal, dan 3) ideologi yang terkandung pada WGKS. Penelitian ini menggunakan mentode penelitian kualitatif dengan data penelitian yang merupakan teks, frasa, dan klausa yang terdapat dalam WK yang menjelaskan tentang struktur WK, Pola appraisal WK, dan ideologi WK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam WK diperoleh struktur skematika wayang yang terdiri atas: keterlibatan (engagement), sikap (attitude), dan graduasi (graduation). Pola sikap dalang berasal dari alur pada kisah WK lakon Gatot Kaca. Sikap yang diungkapkan secara negatif baik sikap yang termasuk dalam affect, judgement, dan appreciation sebagai sikap negatif yang terungkap secara langsung, sebagai bentuk ungkapan yang disampaikan dalang sebagai bentuk ketidakpuasan, ketidakadilan, yang terjadi di masyarakat. Hal itu diwujudkan dalang dengan sikap negatif yang diejawantahkan melalui karakteristik tokoh-tokoh WK atas ketidakadilan, keserakahan, ambisi, pesan-pesan moral dan nilai-nilai luhur, kebajikan-kebajikan, penyampaian dogma agama, begitu pula fungsi wayang sebagai hiburan bagi penonton wayang dan masyarakat. Pola denga graduasi ideologi sebagai filosofi hidup, sikap positif yang teridentifikasi pada wacana WK dituturkan oleh dalang terhadap orang, instansi maupun benda. Berdasarkan temuan sikap yang diungkapkan secara implisit maupun secara eksplisit yang menjadi jati diri suku Jawa yang merupakan ideologi yang mencakup: a) ideologi sebagai filosofi sikap positif, b) ideologi sebagai filosofi sikap sabar, c) ideologi sebagai filosofi kebenaran, dan d) ideologi sebagai filosofi sikap tata susila. The Wayang Kulit (WK) performance art as a tradition that combines various elements of art such as: music, sound arts, dance, and roles. This study took WK as an object of study, with research problems covering 1) the structure of WGKS discourse, 2) appraisal patterns, and 3) ideology contained in WGKS. This study uses a qualitative research method with research data which are text, phrases, and clauses contained in the WK which explain the structure of WK, WK appraisal patterns, and WK ideology. The results of the study showed that in the WK the structure of puppet scematics was obtained which consisted of: engagement, attitude, and graduation. The pattern of the mastermind's attitude comes from the plot in the story of WK, Gatot Kaca. Negatively expressed attitude both attitudes included in affect, judgment, and appreciation as negative attitudes are revealed directly, as a form of expression conveyed by the mastermind as a form of dissatisfaction, injustice that occurs in society. This was manifested by the mastermind with a negative attitude embodied through the characteristics of WK figures for injustice, greed, ambition, moral messages and noble values, virtues, the delivery of religious dogmas, as well as the function of puppets as entertainment for puppet viewers and society. The pattern of graduating ideology as a life philosophy, the positive attitude identified in the discourse of WK is told by the mastermind towards people, institutions and objects. Based on attitudinal findings that are implicitly expressed or explicitly become Javanese identity which is an ideology that includes: a) ideology as a philosophy of positive attitude, b) ideology as a philosophy of patience, c) ideology as a philosophy of truth, and d) ideology as philosophy of morality.