• Login
    View Item 
    •   USU-IR Home
    • Faculty of Social Sciences and Political Science
    • Department of Public Administration
    • Undergraduate Theses
    • View Item
    •   USU-IR Home
    • Faculty of Social Sciences and Political Science
    • Department of Public Administration
    • Undergraduate Theses
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    Relasi Budaya Perantau Minangkabau Studi Kasus Wek IV Kampung Jawa Kota Padangsidimpuan

    View/Open
    Fulltext (1.721Mb)
    Date
    2019
    Author
    Rusmianti, Siti
    Advisor(s)
    Agustrisno
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Dalam tradisi Minangkabau, merantau merupakan kewajiban bagi bujang (pemuda). Seorang laki-laki dewasa dianggap belum berguna jika ia belum merantau dan belajar hidup di tanah orang. Kalimat ini menunjukkan bahwa merantau merupakan suatu konsepsi umum, bahkan wajib, yang berada di alam pikiran masyarakat Minangkabau. Sistem kekerabatan Mandailing manganut patrilineal, yaitu mengikuti keturunan sebelum bapak atau orangtua lelakinya, oleh karena itu hanya laki-laki saja yang menyambung marga bapaknya dan bukan marga dari pihak ibunya, maka nama-nama marga atau clan nama-nama suku Mandailing, baik pria dan wanita suku Mandailing memakai marga berasal dari nama marga bapaknya (orangtua laki). Bagi wanita suku Mandailing yang bermarga tetap memakai marga bapaknya (orangtua laki) dan tidak memakai marga suaminya setelah menikah. Dalam sistem matrilineal suku Minangkabau, berbentuk kawin bertandang (dimana kedudukan pria hanya sebagai tamu dan tidak berhak atas anaknya serta harta benda dalam rumah tangga), kawin menetap (suami istri tinggal dalam satu rumah dan membentuk keluarga sendiri) dan kawin bebas (setiap orang bebas memilih pasangannya masing-masing tanpa terikat kondisi khusus yaitu hukum adat dalam kelompok). Kawin bebas berlaku bagi mereka yang telah melakukan perpindahan tempat tinggal atau bermigrasi. Adaptasi Minangkabau Adalah menarik perhatian, bahwa pada umumnya para perantau Minang ini mampu menyesuaikan diri dengan adat istiadat serta kebudayaan daerah rantaunya, yang antara lain terlihat pada hampir tidak pernahnya terjadi konflik dengan masyarakat tempatan yang menjadi tuan rumahnya. Mungkin sekali hal ini disebabkan oleh pepatah bijak Minangkabau yang berbunyi: Dimano bumi dipijak, disitu langik dijunjuang yang bermakna menghargai kultur dan budaya setempat tanpa harus kehilangan kultur dan budaya sendiri.
    URI
    http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/26023
    Collections
    • Undergraduate Theses [1828]

    Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)
    Universitas Sumatera Utara | Perpustakaan | Resource Guide | Katalog Perpustakaan
    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV
     

     

    Browse

    All of USU-IRCommunities & CollectionsBy Issue DateTitlesAuthorsAdvisorsKeywordsTypesBy Submit DateThis CollectionBy Issue DateTitlesAuthorsAdvisorsKeywordsTypesBy Submit Date

    My Account

    LoginRegister

    Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)
    Universitas Sumatera Utara | Perpustakaan | Resource Guide | Katalog Perpustakaan
    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV