Gambaran Kadar Debu Kayu di Tempat Kerja Dengan Faal Paru Sebelum, Saat, dan Sesudah Bekerja pada Pekerja Industri Pengolahan Kayu Perusahaan X, Tanjung Morawa-Sumatera Utara

Abstract

Background: Long exposure to wood dust can cause various disorders of the respiratory system, and is one source of work-related health problems. Length of exposure, size and number of exposures to wood dust are associated with various pulmonary function disorders. Wood dust in low concentrations when sucked by humans continuously for a long time can cause airway abnormalities in the form of restriction, obstruction or combination. Exposure to organic dust in general will cause obstruction of the respiratory tract as indicated by a decrease in% VEP1 / KVP. Method: A cross-sectional study, the research subject was workers of the Company X wood processing industry, Tanjung Morawa, North Sumatra, which was conducted from October to December 2018. Cumulative wood dust exposure was calculated by measuring dust levels at the work site using Dusttrak TSI. Lung physiological results were measured by using spirometry tools and the relationship of wood dust levels and pulmonary physiology with Spearman's correlation test. The number of samples is 40 people which are divided into 3 locations namely compilation, cutting and sanding. Result: Found most of the men, namely 24 (60%) with the highest age was> 40 years, namely 23 (57.5%). More than half of the subjects (60%) with normoweight BMI, 24 workers (60%) were exposed for more than 5 years. A total of 22 workers (55%) did not use PPE. Workers working in the cutting section were 15 people (37.5%) and 10 people worked in the drafting section (25%). As many as 26 smokers (65%). The average level of wood dust PM 2.5 is 5.23 mg / m3 while PM10 is 8.24 mg / m3. In this study there was a moderate negative correlation (Range of values r = 0.4 - 0.6) which was significant between pulmonary physiology and the level of dust in the workplace. Where work locations with higher levels of dust will display lower pulmonary physiological results. Conclusion: Interpretation of FEV1 / FVC and FEV1 pulmonary physiological results before, during and after work states that mild obstruction is more common in workers. There is a moderate negative correlation (Range of values r = 0.4-0.6) which is significant between pulmonary physiology before, during and after work with dust levels (PM2.5 and PM10) at work.

Latar belakang: Pajanan debu kayu yang lama dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem pernafasan, dan merupakan salah satu sumber gangguan kesehatan akibat kerja. Lama pajanan, ukuran dan jumlah pajanan debu kayu dikaitkan dengan berbagai gangguan fungsi paru. Debu kayu dalam konsentrasi rendah bila dihisap oleh manusia terus menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kelainan pada saluran napas yang berupa restriksi, obstruksi ataupun kombinasi. Pemaparan debu organik pada umumnya akan menyebabkan obstruksi pada saluran pernapasan yang ditunjukkan dengan penurunan % VEP1/KVP. Metode Penelitian: Penelitian cross sectional, subjek penelitian adalah pekerja industri pengolahan kayu Perusahaan X, Tanjung Morawa, Sumatera Utara yang dilakukan dari bulan Oktober sampai Desember 2018. Pajanan debu kayu kumulatif dihitung dengan mengukur kadar debu di lokasi pekerjaan menggunakan Dusttrak TSI.hasil faal paru diukur dengan menggunaan alat spirometri dan hubungan kadar debu kayu dan faal paru dengan uji korelasi Spearman. Jumlah sampel 40 orang yang terbagi dalam 3 lokasi yaitu penyusunan, pemotongan dan pengamplasan. Hasil: Dijumpai sebagian besar laki-laki yaitu 24(60%) dengan usia terbanyak adalah >40 tahun yaitu 23(57,5%). Lebih sebagian subyek (60%) dengan IMT normoweight, 24 pekerja (60%) yang terpapar selama lebih dari 5 tahun. Sebanyak 22 pekerja (55%) tidak menggunakan APD. Pekerja yang bekerja di bagian pemotongan sebanyak 15 orang (37,5%) serta yang bekerja di bagian penyusunan sebanyak 10 orang (25%). Pekerja perokok sebanyak 26 orang (65%). Rerata kadar debu kayu PM 2.5 adalah 5,23 mg/m3 sedangkan PM10 adalah 8,24 mg/m3 . Pada penelitian ini didapatkan korelasi negatif sedang (Range nilai r = 0.4 - 0.6) yang bermakna antara faal paru dengan kadar debu di tempat kerja. Dimana lokasi kerja dengan kadar debu yang lebih tinggi akan menampilkan hasil faal paru yang lebih rendah. . Kesimpulan: Interpretasi hasil pemeriksaan faal paru FEV1/FVC dan FEV1 sebelum, saat dan sesudah bekerja menyatakan bahwa obstruksi ringan lebih banyak dijumpai pada pekerja.Terdapat korelasi negatif sedang (Range nilai r = 0.4-0.6) yang bermakna antara faal paru sebelum, saat dan setelah bekerja dengan kadar debu (PM2.5 dan PM10) di tempat kerja.