Pengaruh Pemberian Madu Terhadap Perubahan Kadar Soluble Fms-Like Tyrosine Kinase (Sflt-1), Soluble Endoglin (Seng), Vascular Endothelial Growth Factor (Vegf), Placental Growth Factor (Plgf), Tumor Necrosis Factor Alpha (Tnf-Α), Dan Interleukin 6 (Il-6) Pada Tikus Model Preeklamsia
View/ Open
Date
2020Author
Asroel, Edwin Martin
Advisor(s)
Ma’at, Soeprapto
Sitepu, Makmur
ilyas, syafruddin
Metadata
Show full item recordAbstract
Preeclampsia is a systemic syndrome that occurs during pregnancy
and after pregnancy, and affects 3-8% of pregnancies. Expression of angiogenesis
factors, both pro angiogenic (VEGF and PIGF), and anti-angiogenic (sFlt-1 and
sEng) has an important role in the pathogenesis of preeclampsia. It has an
angiogenic factor that plays a role in inhibiting TGFB1 binding to its receptors,
resulting disruption in the production of nitric oxide (NO), vasodilation, and
capillary formation by endothelial cells in vitro. Honey contains a number of
vitamins and minerals. Honey has been documented as healing properties and
more recent research has shown that honey can be effective for clearing infections
in various wounds, including abscesses, surgical wounds, trauma wounds, burns,
and ulcers of various etiologies.
Methods: This is a pure analytic study with a quasi-experimental design, in 24
pregnant rats (Rattus Norvegicus sp) that divided into 4 groups (Group A as
negative control (normal), Group B as positive control with pregnant mice given
LPS injection, Group C as treatment given LPS injection and honey 0,015% v / v,
and Group D as treatment were given LPS injection and 0,06% v / v). On the 5th
day of pregnancy, intravenous LPS injections were administered to the rats of
groups B, C and D. Systolic blood pressure was monitored in mice in the morning
(8:00 to 10:00 am) evaluated every three days. Provision of honey in groups C
and D was given immediately after an increase in systolic blood pressure in mice.
Honey is given orally every day until the 19th day of pregnancy. On the 20th day,
serum tail vein blood samples were taken in all groups and examined by ELISA
quantitative methods.
Results: There was no difference in body weight in preeclampsia rats in groups C
and D (p = 0,76; p = 0,76). There were differences in TDS, TDD and MAP after
honey administration in groups C and D preeclampsia (TDS, p = 0,03; p = 0,08;
TDD, p = 0,01; p = 0,02; MAP, p = 0,01; p = 0,002). Honey administration
significantly reduce blood pressure, MAP, sFlt-1, sENG and proteinuria in
preeclampsia mice, and giving a greater dose of honey had an effect on
strengthening the effect of honey in lowering blood pressure, MAP, sFlt-1, sEng
(p = 0,012 ) and proteinuria. Honey administration significantly increased VEGF
levels in preeclampsia mice (p = 0,034) and significantly increased PlGF levels in preeclampsia mice in both C and D groups (p = 0,005; p = 0,004). Honey
administration significantly decreased sFlt / PlGF ratio in preeclampsia mice in
both C and D groups (p = 0,006; p = 0,009), significantly reduced IL-6 levels in
preeclampsia mice in both C and D groups (p < 0,001; p < 0,01), significantly
reduced TNF-α levels in preeclampsia mice in both C and D groups (p = 0,002; p
= 0,029). There were differences in proteinuria in preeclampsia rats, groups C and
D (p < 0,001; p < 0,001; p < 0,001).
Conclusion: Administration of honey to preeclampsia can reduce blood pressure,
Mean Arterial Pressure, sFlt-1, sEng, IL-6, TNF-α, sFlt-1 / PlGF ratio,
proteinuria and increase VEGF and PlGF. Preeklamsia adalah sindrom sistemik yang terjadi selama
kehamilan dan setelah kehamilan, serta mempengaruhi 3-8% dari kehamilan.
Ekspresi dari faktor-faktor angiogenesis, baik pro angiogenik (VEGF dan PIGF),
dan anti angiogenik (sFlt-1 dan sEng) memiliki peran penting pada patogenesis
preeklampisa. sEng merupakan faktor angiogenik yang berperan dalam
menghambat TGFB1 berikatan dengan reseptornya, sehingga terjadi gangguan
dalam produksi Nitrit Oksida (NO), vasodilatasi, dan pembentukan kapiler oleh
sel endotelial in vitro. Madu mengandung jumlah vitamin dan mineral. Madu
telah lama didokumentasikan sebagai memiliki sifat penyembuhan dan penelitian
yang lebih baru telah menunjukkan bahwa madu dapat efektif untuk
membersihkan infeksi pada berbagai luka, termasuk abses, luka bedah, luka
trauma, luka bakar, dan borok dari bervariasi etiologi.
Metodologi: Merupakan jenis penelitian analitik murni dengan desain kuasi
eksperimental, pada 24 tikus galur hamil (Rattus Norvegicus sp) yang dibagi
menjadi 4 grup (Grup A sebagai kontrol negatif (normal), Grup B sebagai kontrol
positif yaitu tikus hamil yang diberikan injeksi LPS, Grup C sebagai perlakuan
diberikan injeksi LPS dan madu 0,015 % v/v, dan Grup D sebagai perlakuan
diberikan injeksi LPS dan 0,06 % v/v). Pada hari ke-5 kehamilan diberikan injeksi
LPS intravena pada ekor tikus grup B, C dan D. Dilakukan monitoring tekanan
darah sistolik pada tikus pada pagi hari (puku l 08.00 - 10.00) dievaluasi setiap
hari. Pemberian madu pada grup C dan D diberikan segera setelah timbul
peningkatan tekanan darah sistolik pada tikus. Pemberian madu diberikan peroral
setiap hari sampai hari ke 19 kehamilan. Pada hari ke-20 dilakukan pengambilan
sampel serum darah vena ekor pada seluruh grup dan diperiksa dengan ELISA
metode kuantitatif.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan berat badan pada tikus preeklamsia grup C dan D
( p = 0,76; p = 0,76 ). Terdapat perbedaan TDS, TDD dan MAP setelah pemberian
madu pada tikus preeklamsia grup C dan D ( TDS, p = 0,03; p = 0,08; TDD, p =
0,01; p = 0,02; MAP, p = 0,01; p = 0,002 ). Pemberian madu menurunkan tekanan
darah, MAP, sFlt-1, sEng, dan proteinuria secara bermakna pada tikus
preeklamsia, dan pemberian dosis madu yang lebih besar berdampak terhadap
penguatan efek madu dalam menurunkan tekanan darah, MAP, sFlt-1,sEng (p =
0,012) dan proteinuria. Pemberian madu meningkatkan kadar VEGF secara
bermakna pada tikus preeklamsia (p = 0,034) dan meningkatkan kadar PlGF
secara bermakna pada tikus preeklamsia baik pada grup C dan D (p = 0,005; p =
0,004). Pemberian madu menurunkan rasio sFlt/PlGF secara bermakna pada tikuspreeklamsia baik pada grup C dan D ( p = 0,006; p = 0,009), menurunkan kadar
IL-6 secara bermakna pada tikus preeklamsia baik pada grup C dan D ( p < 0,001;
p < 0,01), menurunkan kadar TNF-α secara bermakna pada tikus preeklamsia baik
pada grup C dan D ( p = 0,002; p = 0,029). Terdapat perbedaan proteinuria pada
tikus preeklamsia, grup C dan D ( p < 0,001; p < 0,001; p < 0,001).
Simpulan: pemberian madu pada preeklamsia dapat menurunkan tekanan darah,
Mean Arterial Pressure, sFlt-1, sEng, IL-6, TNF-α, rasio sFlt-1/PlGF, dan
proteinuria serta dapat meningkatkan VEGF dan PlGF.
Collections
- Doctoral Dissertations [179]
Related items
Showing items related by title, author, creator and subject.
-
Studi tentang Keputusan Nasabah dalam Menabung di Bank SUMUT Cabang USU Medan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Nazrian, Adli (Universitas Sumatera Utara, 2012)Bank of North Sumatra is known for the North Sumatra is a regional development bank where the bank is present North Sumatra provide the kinds of products that give rise to competition between bank.adapun factor ... -
Analisis Pengaruh Perilaku Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Sayur Organik di Pasar Simpang Limun Kota Medan
Polem, Ahmad Fadlan (Universitas Sumatera Utara, 2015)Purchasing decisions is one of the actions undertaken consumers to memebeli a pruduk. Consumer decision is unbelievably influential in earnings or sales and the achievement of the ultimate goal of the company. ... -
Strategi Pengembangan Sektor Pertanian Subsektor Tanaman dan Bahan Makanan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan
Lumbanbatu, Coin A (Universitas Sumatera Utara, 2015)This research purpose to cognize about subsector development strategics of plants and foodstuffs on Pollung Sub-district. This research refers to the society of Pollung Sub-district which is the main of livelihood is ...