Show simple item record

dc.contributor.advisorMa’at, Soeprapto
dc.contributor.advisorSitepu, Makmur
dc.contributor.advisorilyas, syafruddin
dc.contributor.authorAsroel, Edwin Martin
dc.date.accessioned2020-06-17T06:59:58Z
dc.date.available2020-06-17T06:59:58Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/26210
dc.description.abstractPreeclampsia is a systemic syndrome that occurs during pregnancy and after pregnancy, and affects 3-8% of pregnancies. Expression of angiogenesis factors, both pro angiogenic (VEGF and PIGF), and anti-angiogenic (sFlt-1 and sEng) has an important role in the pathogenesis of preeclampsia. It has an angiogenic factor that plays a role in inhibiting TGFB1 binding to its receptors, resulting disruption in the production of nitric oxide (NO), vasodilation, and capillary formation by endothelial cells in vitro. Honey contains a number of vitamins and minerals. Honey has been documented as healing properties and more recent research has shown that honey can be effective for clearing infections in various wounds, including abscesses, surgical wounds, trauma wounds, burns, and ulcers of various etiologies. Methods: This is a pure analytic study with a quasi-experimental design, in 24 pregnant rats (Rattus Norvegicus sp) that divided into 4 groups (Group A as negative control (normal), Group B as positive control with pregnant mice given LPS injection, Group C as treatment given LPS injection and honey 0,015% v / v, and Group D as treatment were given LPS injection and 0,06% v / v). On the 5th day of pregnancy, intravenous LPS injections were administered to the rats of groups B, C and D. Systolic blood pressure was monitored in mice in the morning (8:00 to 10:00 am) evaluated every three days. Provision of honey in groups C and D was given immediately after an increase in systolic blood pressure in mice. Honey is given orally every day until the 19th day of pregnancy. On the 20th day, serum tail vein blood samples were taken in all groups and examined by ELISA quantitative methods. Results: There was no difference in body weight in preeclampsia rats in groups C and D (p = 0,76; p = 0,76). There were differences in TDS, TDD and MAP after honey administration in groups C and D preeclampsia (TDS, p = 0,03; p = 0,08; TDD, p = 0,01; p = 0,02; MAP, p = 0,01; p = 0,002). Honey administration significantly reduce blood pressure, MAP, sFlt-1, sENG and proteinuria in preeclampsia mice, and giving a greater dose of honey had an effect on strengthening the effect of honey in lowering blood pressure, MAP, sFlt-1, sEng (p = 0,012 ) and proteinuria. Honey administration significantly increased VEGF levels in preeclampsia mice (p = 0,034) and significantly increased PlGF levels in preeclampsia mice in both C and D groups (p = 0,005; p = 0,004). Honey administration significantly decreased sFlt / PlGF ratio in preeclampsia mice in both C and D groups (p = 0,006; p = 0,009), significantly reduced IL-6 levels in preeclampsia mice in both C and D groups (p < 0,001; p < 0,01), significantly reduced TNF-α levels in preeclampsia mice in both C and D groups (p = 0,002; p = 0,029). There were differences in proteinuria in preeclampsia rats, groups C and D (p < 0,001; p < 0,001; p < 0,001). Conclusion: Administration of honey to preeclampsia can reduce blood pressure, Mean Arterial Pressure, sFlt-1, sEng, IL-6, TNF-α, sFlt-1 / PlGF ratio, proteinuria and increase VEGF and PlGF.en_US
dc.description.abstractPreeklamsia adalah sindrom sistemik yang terjadi selama kehamilan dan setelah kehamilan, serta mempengaruhi 3-8% dari kehamilan. Ekspresi dari faktor-faktor angiogenesis, baik pro angiogenik (VEGF dan PIGF), dan anti angiogenik (sFlt-1 dan sEng) memiliki peran penting pada patogenesis preeklampisa. sEng merupakan faktor angiogenik yang berperan dalam menghambat TGFB1 berikatan dengan reseptornya, sehingga terjadi gangguan dalam produksi Nitrit Oksida (NO), vasodilatasi, dan pembentukan kapiler oleh sel endotelial in vitro. Madu mengandung jumlah vitamin dan mineral. Madu telah lama didokumentasikan sebagai memiliki sifat penyembuhan dan penelitian yang lebih baru telah menunjukkan bahwa madu dapat efektif untuk membersihkan infeksi pada berbagai luka, termasuk abses, luka bedah, luka trauma, luka bakar, dan borok dari bervariasi etiologi. Metodologi: Merupakan jenis penelitian analitik murni dengan desain kuasi eksperimental, pada 24 tikus galur hamil (Rattus Norvegicus sp) yang dibagi menjadi 4 grup (Grup A sebagai kontrol negatif (normal), Grup B sebagai kontrol positif yaitu tikus hamil yang diberikan injeksi LPS, Grup C sebagai perlakuan diberikan injeksi LPS dan madu 0,015 % v/v, dan Grup D sebagai perlakuan diberikan injeksi LPS dan 0,06 % v/v). Pada hari ke-5 kehamilan diberikan injeksi LPS intravena pada ekor tikus grup B, C dan D. Dilakukan monitoring tekanan darah sistolik pada tikus pada pagi hari (puku l 08.00 - 10.00) dievaluasi setiap hari. Pemberian madu pada grup C dan D diberikan segera setelah timbul peningkatan tekanan darah sistolik pada tikus. Pemberian madu diberikan peroral setiap hari sampai hari ke 19 kehamilan. Pada hari ke-20 dilakukan pengambilan sampel serum darah vena ekor pada seluruh grup dan diperiksa dengan ELISA metode kuantitatif. Hasil: Tidak terdapat perbedaan berat badan pada tikus preeklamsia grup C dan D ( p = 0,76; p = 0,76 ). Terdapat perbedaan TDS, TDD dan MAP setelah pemberian madu pada tikus preeklamsia grup C dan D ( TDS, p = 0,03; p = 0,08; TDD, p = 0,01; p = 0,02; MAP, p = 0,01; p = 0,002 ). Pemberian madu menurunkan tekanan darah, MAP, sFlt-1, sEng, dan proteinuria secara bermakna pada tikus preeklamsia, dan pemberian dosis madu yang lebih besar berdampak terhadap penguatan efek madu dalam menurunkan tekanan darah, MAP, sFlt-1,sEng (p = 0,012) dan proteinuria. Pemberian madu meningkatkan kadar VEGF secara bermakna pada tikus preeklamsia (p = 0,034) dan meningkatkan kadar PlGF secara bermakna pada tikus preeklamsia baik pada grup C dan D (p = 0,005; p = 0,004). Pemberian madu menurunkan rasio sFlt/PlGF secara bermakna pada tikuspreeklamsia baik pada grup C dan D ( p = 0,006; p = 0,009), menurunkan kadar IL-6 secara bermakna pada tikus preeklamsia baik pada grup C dan D ( p < 0,001; p < 0,01), menurunkan kadar TNF-α secara bermakna pada tikus preeklamsia baik pada grup C dan D ( p = 0,002; p = 0,029). Terdapat perbedaan proteinuria pada tikus preeklamsia, grup C dan D ( p < 0,001; p < 0,001; p < 0,001). Simpulan: pemberian madu pada preeklamsia dapat menurunkan tekanan darah, Mean Arterial Pressure, sFlt-1, sEng, IL-6, TNF-α, rasio sFlt-1/PlGF, dan proteinuria serta dapat meningkatkan VEGF dan PlGF.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectMaduen_US
dc.subjectPreeklamsiaen_US
dc.subjectSoluble FMS-Like Tyrosine Kinaseen_US
dc.subjectSoluble Endoglinen_US
dc.subjectVascular Endothelial Growth Factoren_US
dc.subjectPlacental Growth Factoren_US
dc.subjectTumor Necrosis Factor Alphaen_US
dc.subjectInterleukin-6en_US
dc.titlePengaruh Pemberian Madu Terhadap Perubahan Kadar Soluble Fms-Like Tyrosine Kinase (Sflt-1), Soluble Endoglin (Seng), Vascular Endothelial Growth Factor (Vegf), Placental Growth Factor (Plgf), Tumor Necrosis Factor Alpha (Tnf-Α), Dan Interleukin 6 (Il-6) Pada Tikus Model Preeklamsiaen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM138102008
dc.description.pages268 Halamanen_US
dc.description.typeDisertasi Doktoren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record