Show simple item record

dc.contributor.advisorAlimansyar
dc.contributor.authorMarbun, Putra Kristo
dc.date.accessioned2020-07-14T04:43:19Z
dc.date.available2020-07-14T04:43:19Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/26759
dc.description.abstractHachimaki adalah kain katun yang dilipat memanjang dan diikatkan mengelilingi kepala digunakan untuk menunjukkan tekad ataupun semangat pemakainya dalam melakukan suatu kegiatan. Masyarakat Jepang menggunakan hachimaki sebagai media untuk menulis doa maupun permohonan kepada dewa. Beberapa pelajar di Negara jepang saat akan menghadapi ujian masuk sekolah dan universitas, mengikatkan hachimaki di kepala dengan slogan goukaku dan hissho sebagai motivasi ataupun menambah kosentrasi dalam belajar. Hachimaki sering digunakan dalam beberapa kegiatan religi sebagai salah satu aksesoris / atribut yang diikatkan di kepala. Beberapa kegiatan religi masyarakat Jepang yang menggunakan hachimaki, yaitu: Misogi (禊), Isaiho (イザイホー), Matsuri (祭). Tengan (天冠) adalah ikat kepala berwarna putih dan berbentuk segitiga di depan, yang digunakan oleh orang yang sudah meninggal. Dalam kepercayaan Shinto dikatakan bahwa ikat kepala ini digunakan sebagai mahkota supaya orang yang menggunakannya terlihat sopan ketika menemui dan akan dihakimi oleh Raja Enma (閻魔). Hachigane (鉢金) adalah ikat kepala yang ditempelkan plat baja di depannya untuk melindungi kepala dari tebasan dan benturan. Hachimaki juga digunakan sebagai bantalan supaya kepala tidak bergesekan dan menyebabkan luka saat menggunakan helm. Hachimaki digunakan oleh anggota kerajaan dan birokrat untuk menunjukkan status dan golongan dari pemakainya. Hachimaki terbuat dari kain katun yang merupakan barang yang sangat mahal. Penggunaan warna pada hachimaki juga menunjukkan status dan golongan pemakainya. Hachimaki juga digunakan sebagai buah tangan yang diberikan kepada teman maupun keluarga. Beberapa turis dari luar negeri juga membeli hachimaki ketika hendak pulang dari Negara Jepang. Dalam kendo (剣道), pihak dōjō (道場) akan memberikan hachimaki sebagai kenang-kenangan kepada pe-kendo / kontestan yang mengikuti pertandingan atau telah berpartisipasi dalam latihan. Pada perang dunia kedua, Tokubetsu Kōgeki-Tai (特別攻撃隊) atau pasukan serangan khusus atau pasukan bunuh diri yang berasal dari Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang disebut Kamikaze (神風) menggunakan hachimaki (鉢巻) sebagai lambang dari kesungguhan, keberanian, kehormatan dan kesetiaan terhadap kaisar dalam medan perang. Para pilot yang menunggu giliran terbang sering mengadakan pesta minum sake sebagai perayaan perpisahan dengan teman-temannya. Saat waktu keberangkatan sudah pasti, para pilot akan mengenakan helm (pelindung kepala) lengkap dan hachimaki yang bertuliskan doa ataupun kalimat perpisahan, membawa katana, serta melakukan upacara minum sake perpisahanen_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectMAKNA SIMBOLIKen_US
dc.subjectMASYARAKAT JEPANGen_US
dc.title“Fungsi dan Makna Simbolik Hachimaki dalam Kehidupan Masyarakat Jepangen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM130708113
dc.description.pages51 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record