dc.description.abstract | Skripsi ini berjudul “Peran shinshoku pada Nagoshi Oharae di Kuil Takekoma Kota Iwanuma Jepang”. Penelitian ini menggunakan pendekan religi dan kearifan lokal untuk mengetahui apa saja peran shinshoku pada nagoshi oharae di kuil Takekoma kota Iwanuma Jepang.
Skripsi bertujuan untuk untuk menganaliasa peran shinshoku pada nagoshi oharae di kuil Takekoma kota Iwanuma Jepang. Selain itu juga bertujuan untuk menganalisa kearifan lokal pada nagoshi oharae di kuil Takekoma kota Iwanuma Jepang. Dalam pengumpulan data-data penelitian ini, digunakan teknik studi kepustakaan (library research). Penelitian ini juga mengambil sumber data berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya, beberapa buku sumber yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Disamping itu penulisan juga menggunakan media internet untuk mengambil data yang berkaitan dengan pembahasan. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Kegiatan ibadah penganut kepercayan Shinto dilakukan di kuil yang disebut dengan jinja, yaitu tempat ibadah yang berfungsi untuk melakukan pemujaan kepada dewa. Jinja akan dikunjungi oleh penganut Shinto sepanjang tahun pada perayaan atau festival yang diadakan berdasarkan kalender Shinto. Dalam pelaksanaan ibadah di kuil Shinto, pendeta memiliki kontribusi yang besar demi kelancaran ibadah. Salah satu kuil Shinto yang ada di Jepang adalah kuil Takekoma yang terletak di kota Iwanuwa perfektur Miyagi. Kuil Takekoma terletak di daerah datar sama dengan lokasi tempat tinggal masyarakat biasa. Kegiatan di kuil biasanya dibantu oleh pendeta Shinto yang disebut dengan Shinshoku. Tugas shinshoku adalah melaksanakan berbagai ritual dan festival sepanjang tahun di kuil, baik festival besar, menengah dan kecil. Shinshoku juga menerima pengunjung yang ingin meminta doa selain itu mereka juga harus mengerjakan pekerjaan kantor layaknya sebuah perusahaan. Pendeta Shinto yang bekerja di kuil Takekoma berjumlah 15 orang, yang dipimpin oleh seorang kepala pendeta.
Sama seperti kuil shinto lainnya, kuil Takekoma juga melaksanakan ritual dan festival seperti perayaan 7-5-3 (shichi-go-san), dontosai, ritual dan festival akbar Hatsu-uma Taisai, nagoshi oharae dan lain sebagainya. Nagoshi oharae adalah ritual penyucian (harae). Dalam ajaran Shinto, penyucian diri dianggap suatu yang sangat penting, karena dapat menghilangkan semua kekotoran (kegare) dan dosa (tsumi). Dengan melakukan penyucian maka kesucian jasmani dan rohani dapat dipulihkan kembali. Sebelum para pendeta melakukan ritual penyucian kepada para peserta yang ingin melakukan penyucian diri, maka para pendeta akan melakukan ritual penyucian diri terlebih dahulu seperti kessai (berpuasa), misogi (mandi) dan lain sebagainya.
Pada kuil Takekoma nagoshi oharae dilaksanakan pada tanggal 30 Juni pukul 15.00 setiap tahun. Ritual nagoshi oharae adalah upacara pemurnian di musim panas yang diadakan di kuil Shinto. Peserta ritual nagoshi oharae didominashi oleh kaum perempuan, dan merupakan kegiatan tahunan. Ritual ini diadakan di halamaan jinja dibantu oleh shinshoku. Pada ritual ini objek yang disucikan adalah manusia dan kendaraan. Dalam nagoshi oharae terdapat tiga konsep kearifan lokal yaitu hubungan manusia dengan tuhan yang dapat dilihat dalam ritual pembacaan oharae kotoba, penggunaan onusa dan kirinusa. Hubungan manusia dengan manusia dapat dilihat dari interaksi sosial yang terjalin selama ritual berlangsung. Sedangkan hubungan manusia dengan alam dapat dapat dilihat dari jinja dan benda-benda yang digunakan dalam ritual sebagian besar terbuat dari bahan alam seperti centong, kotak amal, papan kayu (ema) dan lain sebagainya. | en_US |