dc.description.abstract | Masyarakat Jepang dikenal akan budaya kerja keras, disiplin dan loyalitas tinggi terhadap perusahan tempat mereka bekerja. Sejak berakhirnya masa perang dunia kedua, Jepang yang pada awalnya mengalami kekalahan dan masalah krisis disegala bidang termasuk diantaranya meliputi bidang perekonomian, dapat kembali bangkit secara cepat menjadi sebuah bangsa yang maju dan unggul. Hal ini tidak lepas dari peran masyarakatnya yang memiiki kemauan dan komitmen tinggi untuk kembali membangkitkan Jepang dari jurang keterpurukan. Segala kenikmatan dan keberhasilan jepang sebagai negara maju tidak didapat dengan mudah, melainkan melalui kerja keras, usaha tidak kenal lelah, disiplin dan loyalitas yang dimiliki dari setiap orang Jepang.
Melemahnya perekonomian di Jepang, mengakibatkan tren pasar tenaga kerja berubah, jumlah pekerjaan paruh waktu meningkat, mereka bekerja tidak menetap dalam satu perusahaan, terkadang berpindah-pindah pekerjaan dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Para pekerja seperti ini disebut sebagai freeter.
Freeter merupakan bagian dari masyarakat Jepang yang datang dari golongan muda berusia 15 sampai 34 tahun. Keputusan sebagian kaum muda Jepang untuk memilih hidup sebagai freeter dilandasi pemikiran akan kebebasan. Kebebasan dalam menentukkan jalan hidup yang mengabdi dalam sebuah perusahaan menjadi pandangan hidup baru bagi kaum muda Jepang.
Pilihan menjadi pekerja freeter muncul karena adanya keinginan kuat pemuda Jepang untuk hidup bebas tanpa tekanan dan mencari kesenangan diri sendiri semata-mata dilakukan untuk mengejar mimpi sendiri dan bukan impian perusahaan. Meningkatnya jumlah freeter di Jepang dikarenakan tiga sistem sosial (keluarga, pendidikan, pasar tenaga kerja) dan kepribadian individu.
Dampak positif keunculan freeter diantaranya bagi kaum muda itu sendiri freeter dijadikan sebagai pilihan hidup baru menggeser pola hidup lama. Berkurangnya permintaan akan tenaga kerja sebagai pegawai tetap memberi peluang besar bagi para freeter untuk memperoleh pekerjaan, bahkan terkadang mereka dapat sesuka hati berpindah pekerjaan sesuai mereka inginkan. Dampak negatif Para freeter yang bekerja sebagai pekerja paruh waktu atau pegawai tidak tetap tidak memproleh tunjangan sosial, bonus tambahan dan jaminan kesehatan dari perusahaan tempat mereka bekerja. Untuk itu mereka harus memikirkan sendiri resiko-resiko mendatang yang kemungkinan akan diperoleh.
Semakin berkembangnya jumlah freeter dari tahun ketahun memiliki dampak yang buruk bagi perekonomian dan menimbulkan permasalahan sosial di Jepang, salah satu diantaranya berkurangnya daya saing masyarakat muda Jepang terhadap pekerjaan yang berujung pada berkurangnya tenaga kerja professional yang handal. | en_US |