Kearifan Lokal Mitos Kitsune dalam Manga Inuyasha Karya Rumiko Takahashi
Rumiko Takahashi No Inuyasha Manga Ni Yoru Jimoto No Chie No Kitsune Shinwa
View/ Open
Date
2020Author
Siddiq, Muhammad Ray
Advisor(s)
Malayu, Siti Muharami
Metadata
Show full item recordAbstract
Jepang merupakan sebuah negara maju yang terletak di daratan Asia timur, yang banyak memberi pengaruh terhadap dunia baik dalam bentuk teknologi dan ilmu pengetahuan.
Walaupun dikenal dengan negara maju tetapi masyarakatnya masih mempercayai mitos-mitos yang telah ada dari zaman leluhur mereka, dari sekian banyak mitos yang terdapat di Jepang, mitos menggenai kitsune merupakan salah satu mitos yang paling terkenal di Jepang.
Kitsune merupakan sebutan untuk rubah di Jepang hal tersebut berdasarkan bunyi salakan rubah yang berbunyi “kitsu” dan akhiran “ne” berarti kasih sayang.
Masyarakat Jepang menyakini bahwa kitsune merupakan pembawa pesan dari dewa inari dan terkadangpun bahwa kitsune itu sendiri merupakan perwujudan dari inari.
Dewa inari maupun kitsune dianggap sebagai dewa panen dan palawija yang menjaga tanaman padi dari ganguan hama dan membuat hasil panen berlimpah, sehingga sebagai tanda terimakasih kepada kitsune masyarakat khususnya petani memberikan sesajian terhadap kitsune berupa aburage dan inariage ( tahu goreng ) kedua makanan tersebut diyakini sebagai makanan kesukaan kitsune.
Selain itu masyarakat Jepang mempercayai bahwa sosok kitsune membawa nasib baik, keberuntungan, dan dapat mengusir roh-roh jahat. Mitos-mitos mengenai kitsune ini kemudian diadaptasi oleh para mangaka menjadi cerita manga dan anime, dalam dunia manga dan anime cerita menggenai kitsune sangat populer dan menarik seperti manga Inuyasha karya Rumiko Takahashi tahun 1996, kitsune dalam manga ini digambarkan dalam bentuk rubah kecil dan imut bernama Shippo, sosok ini membantu masyarakat petani untuk menggusir hama dan menjaga warga desa dari serangan siluman jahat (yokai) menggunakan kitsune-bi nya (api rubah).
Manga Inuyasha ini mengambil latar pada zaman feudal dimana pada zaman ini kehidupan manusianya masih sangat tradisional
Dalam mitos menggenai kitsune ini terdapat kearifan-kearifan lokal antara lain hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan roh.
Dalam hubungan manusia dan alam terlihat ketika masyarakat petani di Jepang tidak menggunakan pestesida untuk menghilangkan hama di sawah, pada saat padi mulai berbuah, petani akan menyiapkan sesaji, ketika sesajian diletakkan kawanan kitsune dari bukit akan turun kesawah sehingga tikus akan kabur.
Dengan adanya kepercayaan tersebut masyarakat tidak menggunakan racun untuk mengusir hama sehingga menjaga kelestarian alam kemudian masyrakat Jepang juga mempercayai bahwa hutan dan gunung merupakan rumah bagi roh para leluhur sehingga mereka tidak akan merusak dan mencemari tempat tersebut.
Hubungan manusia dengan manusia terlihat ketika masyrakat petani melakukan gotong royong dalam menamam padi. Dan melalukan perayaan menanam bersama keluarga maupun tetangga, dalam hal ini hubungan kemasyarakatan menjadi lebih harmonis dan tentram.
Dan yang terakhir adalah hubungan manusia dengan roh, masyrakat Jepang mempercayai adanya renkarnasi, maka dari itu setiap ada keluarga yang meninggal maka rohnya akan didoakan selama 33-50 tahun agar rohnya dapat menjadi dewa, dan ketika menjadi dewa roh leluhur itu akan membatu kelangsungan hidup anak cucunya.
Mereka meyakini pada saat musim menamam tiba roh leluhur membantu mereka agar padi yang ditanam bisa menghasilkan panen yang berlimpah. Kearifan-kearifan lokal tersebut secara tidak disadari membuat masyarakat Jepang sangat menjaga dan melestarikan alam mereka.
Collections
- Undergraduate Theses [525]