dc.contributor.advisor | Satwiko, Prasasto | |
dc.contributor.advisor | Aulia, Dwira Nirfalini | |
dc.contributor.author | Talarosha, Basaria | |
dc.date.accessioned | 2020-08-19T08:51:33Z | |
dc.date.available | 2020-08-19T08:51:33Z | |
dc.date.issued | 2020 | |
dc.identifier.uri | http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/26988 | |
dc.description.abstract | The indoor CO2 concentration becomes the reference to the adequacy of
ventilation in the classroom. The lack of ventilation cause the indoor CO2 concentration
is higher than the outdoor. Carbondioxyde concentration exceeding 1000 ppm
has negative impacts on students’ health and learning performance, especially students
in early stage development because their immune systems are still vulnerable to the
pollutants' existence. Therefore, a sufficient supply of fresh air through ventilation
(natural, mechanical, and hybrid) is important to maintain classroom air quality.
The classrooms of public elementary schools in Medan generally use cross
natural ventilation system with opening component of top hung casement window, side
hung casement window, and doors, which are combined with permanent ventilation or
jalousie above it. Both window types can be opened-closed and operated manually. The
configuration of openings on the facade vary and classified into four different
configurations, namely (a) top hung casement window with jalousies on two side
parallel walls; (b) jalousie on corridor side, top hung casement window with jalousie
on the wall in front of it; (c) top hung casement window with jalousie on corridor side
walls, jalousie on the wall in front of it; and (d) jalousie on corridor side walls, side
hung casement window with jalousie on the wall in front of it. The windows are located
at 90 to 140 cm height, while jalousie are put at 200 to 210 cm above the floor surface.
The objective of this research was (a) to discover the CO2 concentration in
classrooms with configuration of openings as above-stated, (b) to find out the correlation
and effects of openings configuration on CO2 concentration in classrooms, and (c)
to recommend the proper openings configuration to maintain air quality in classrooms.
This research employed experimental method on ten classrooms as the research objects
which were selected puposively. It empirically measures indoor-outdoor CO2 concentration
for two to eight days, simultaneously during learning-teaching process. The
monitoring device was able to record CO2 concentration in the air every two seconds in
form of table and graph. These data were used to estimate the number of ventilations in
each room; and to analyze the correlation and effects of ventilation and opening
configurations on CO2 concentration.
The results of the research proved that the median of CO2 concentration in all
classromms did not exceed 1000 ppm. The air flow rate in the rooms varied from 28.0
littre/second per person until 495.2 littre/second per person, far exceeding the standard
recommended to maintain CO2 in classrooms to be less than 1000 ppm i.e. 8
littre/second per person. It proved the potential of natural ventilation in maintaining
classroom air quality from CO2. The minimum median air exchange rate of 0.6 ach-1
(estimated 0.6 ach-1 until 9.3 ach-1) can maintain CO2 concentration less than 1000
ppm. It is concluded that classrooms with opening configuration combined with top
hung casement window and jalousie with horizontal lattice above it, placed on two
parallel walls at 120 cm above floor surface, with a ratio of the area of the casement
top hung window to the floor area at least 5 %, gives the best supply of fresh air to
maintain the air quality of the classromms with CO2 concentration as the indicator. | en_US |
dc.description.abstract | Konsentrasi CO2 udara di dalam ruang kelas menjadi acuan kecukupan ventilasi.
Kekurangan ventilasi dapat meningkatkan konsentrasi CO2 udara ruang kelas lebih
tinggi dari konsentrasi CO2 udara luar. Konsentrasi CO2 melampaui 1000 ppm
berdampak negatif terhadap kesehatan dan performa belajar siswa yang masih dalam
masa pertumbuhan sebab sistem kekebalan tubuhnya masih rentan terhadap keberadaan
polutan. Oleh sebab itu kecukupan pasokan udara segar melalui ventilasi (alami,
mekanis, atau hybrid) penting untuk mempertahankan kualitas udara ruang kelas.
Ruang kelas sekolah dasar negeri di Kota Medan umumnya menggunakan
sistem ventilasi alami silang dengan komponen bukaan berupa jendela tipe gantung
atas, jendela tipe gantung samping (dapat dibuka-tutup dan dioperasikan secara manual);
dan pintu. Masing-masing komponen bukaan dikombinasikan dengan jalousie di
atasnya. Konfigurasi bukaan pada fasade ruang kelas bervariasi yaitu: (a) jendela
gantung atas dengan jalousie pada dua sisi dinding yang saling berhadapan; (b) jalousie
pada dinding sisi koridor, jendela gantung atas dengan jalousie pada dinding di
hadapannya; (c) jendela gantung atas dengan jalousie pada dinding sisi koridor, jalousie
pada dinding dihadapannya; dan (d) jalousie pada dinding sisi koridor, jendela gantung
samping dengan jalousie pada dinding dihadapannya. Jendela berada pada ketinggian
90–140 cm sedangkan jalousie pada ketinggian 200–210 cm di atas permukaan lantai.
Penelitian bertujuan untuk (a) mengidentifikasi konsentrasi CO2 udara ruang
kelas dengan konfigurasi bukaan sebagaimana disebutkan di atas, (b) mengetahui
hubungan antara konsentrasi CO2 udara ruang kelas dengan konfigurasi bukaan, serta
(c) merekomendasikan konfigurasi bukaan yang tepat untuk mempertahankan kualitas
udara ruang kelas. Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental, secara
empiris mengukur konsentrasi CO2 udara sepuluh ruang kelas obyek studi yang dipilih
secara purposive dan CO2 udara luar secara simultan. Monitoring dilakukan selama
proses belajar-mengajar, dua hingga delapan hari, menggunakan alat yang memiliki
kemampuan merekam kandungan CO2 udara setiap dua detik dalam bentuk tabel dan
grafik. Data digunakan untuk mengestimasi jumlah ventilasi udara ruang; dan
menganalisis hubungan/pengaruh ventilasi serta konfigurasi bukaan dengan konsentrasi
CO2 udara ruang.
Hasil studi membuktikan median konsentrasi CO2 udara seluruh ruang kelas
obyek studi tidak melampaui 1000 ppm. Jumlah laju aliran udara ruang bervariasi 28,0
liter/detik per orang hingga mencapai 495,2 liter/detik per orang, jauh melampaui
standar yang direkomendasikan untuk mempertahankan konsentrasi CO2 udara ruang
kelas kurang dari 1000 ppm, yaitu 8 liter/detik per orang. Median pertukaran udara
ruang sejumlah 0,6 ach-1 (estimasi 0,6–9,3 ach-1), mampu mempertahankan konsentrasi
CO2 udara ruang tidak melampaui 1000 ppm. Hal ini membuktikan potensi ventilasi
alami untuk mempertahankan kualitas udara ruang dari CO2. Hasil studi menyimpulkan
ruang kelas dengan konfigurasi bukaan kombinasi jendela gantung atas dan jalousie
dengan kisi-kisi horisontal di atasnya, yang ditempatkan pada dua dinding yang saling
berhadapan pada ketinggian 120 cm di atas permukaan lantai, dengan rasio luas jendela
gantung atas terhadap luas lantai minimal 5 %, paling baik memberi pasokan udara
segar untuk mempertahankan kualitas udara ruang dengan indikator konsentrasi CO2. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Universitas Sumatera Utara | en_US |
dc.subject | konfigurasi bukaan | en_US |
dc.subject | konsentrasi CO2 | en_US |
dc.subject | kualitas udara | en_US |
dc.subject | ruang kelas | en_US |
dc.subject | ventilasi alami | en_US |
dc.title | Konfigurasi Bukaan pada Fasad Bangunan Dengan Densitas Tinggi Ditinjau Dari Aspek Kualitas Udara Kasus: Ruang Kelas Sekolah Dasar Negeri Kota Medan | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
dc.identifier.nim | NIM128121001 | |
dc.description.pages | 215 Halaman | en_US |
dc.description.type | Disertasi Doktor | en_US |