Fenomena Golput di Kalangan Mahasiswa pada Pemilu Serentak 2019 (Studi pada Mahasiswa FISIP USU Medan)

Abstract

Fenomena Golput (no voting decision) dalam Pemilihan Umum di Indonesia merupakan fenomena yang masih tetap ada hingga saat ini bahkan fenomena ini juga ditemukan di kalangan mahasiswa yang notabene adalah kalangan intelektual dan terdidik. Golput adalah manifestasi/ perwujudan dari sikap politik seseorang/kelompok orang, dimana mereka tidak berpartisipasi politik (menggunakan hak pilihnya) secara sukarela dalam pemilihan umum sebagai pesta demokrasi. Penelitian ini difokuskan pada fenomena golput di kalangan Mahasiswa Strata 1 (S-1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan dalam konteks Pemilu serentak 17 April 2019. Penelitian ini menjelaskan tentang pemahaman mahasiswa FISIP USU terhadap golput dan motif serta tujuan yang mempengaruhi mereka melakukan tindakan tersebut. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan informan yang digunakan adalah dengan snowball. Adapun teori yang digunakan sebagai pisau analisi dalam penelitian ini adalah teori pilihan rasional James Coleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada enam pemahaman informan dalam penelitian ini mengenai golput, yaitu tindakan tidak mendatangi Tempat Pemungutan Suara, kelalaian pemilih dalam menggunakan hak pilih, ketidakpercayaan pemilih terhadap kandidat peserta Pemilu, sikap netral atau tidak memihak kandidat manapun, kekecewaan terhadap pemerintah, dan hak pemilih untuk tidak memilih. Adapun motif dari informan melakukan golput ada empat, yaitu motif teknis, pragmatis, politis, dan teknis-politis (kombinasi antara motif teknis dan politis). Temuan dalam penelitian ini adalah adanya kombinasi-kombinasi motif, selain dari keempat motif dasar yang sudah ada (teknis, politis, pragmatis, ideologi) yang menyebabkan seseorang tidak memilih/golput dalam pemilu. Adapun tujuan dari informan melakukan golput pada Pemilu Serentak 2019 adalah sebagai bentuk protes terhadap pemerintah, protes terhadap sistem pemilu Indonesia, protes terhadap penyelenggara pemilu yang bertindak curang dan merugikan pemilih, serta sikap apatis terhadap politik. Fenomena golput di kalangan mahasiswa FISIP USU pada Pemilu Serentak 2019 dalam analisis teori pilihan rasioanl Coleman merupakan adalah pilihan yang rasional, karena aktor dalam penelitian ini memiliki pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada sumberdaya yang mereka miliki dan yang mampu mereka kontrol untuk mencapai tujuan yang maksimal dalam Pemilu Serentak 2019, hanya saja mereka mengalami hambatan (sumber daya dan institusi sosial), sehingga memilih untuk golput adalah pilihan alternatif yang terbaik yang dapat mereka lakukan.

Golput (no voting decision) in the General Elections in Indonesia is a phenomenon that still exists today even this phenomenon is also found among students who incidentally are intellectuals and educated. Golput are manifestations of the political attitude of a person / group of people, where they do not participate politically (using their right to vote) voluntarily in elections as a party for democracy.This research is focused on the phenomenon of golput among undergraduate students of the Faculty of Social and Political Sciences, University of Sumatra Utara, Medan in the context of Pemilu Serentak on 17 April 2019. This study describes the understanding of undergraduate students on Faculty Of Social and Political Sience University Of Sumatera Utara towards no voting decision and the motive and goal that influence them to carry out these actions. In conducting this research, researchers used a descriptive study with a qualitative approach. The method of gathering informants used is snowball. The theory used as the knife of analysis in this study is James Coleman's rational choice theory. The results showed that there were six informants' understanding in this study regarding golput , namely the act of not coming to the polling place, voters' negligence in using their voting rights, voters' distrust of the candidates participating in the election, neutrality or impartiality of any candidate, disappointment towards the government, and the right voters not to vote. The motives of informants for golput are four, namely technical, pragmatic, political, and technical-political motives (a combination of technical and political motives). The findings in this study are the combination of motives, apart from the four basic motives that already exist (technical, political, pragmatic, ideological) that causes a person not to vote / abstain in elections. The purpose of the informants to do golput in Pemilu Serentak 2019 is as a form of protest against the government, protests against the Indonesian election system, protests against election organizers who act fraudulently and harm voters, as well as apathy towards politics. Golput among the Faculty of Social and Political Sciences, University of Sumatra Utara, students in Pemilu Serentak 2019 in Coleman's analysis of choice theory ratio is a rational choice, because the actors in this study have considerations based on the resources they have and which they are able to control to achieve maximum goals in Pemilu Serentak 2019, it's just that they experience obstacles (social resources and institutions), so choosing to abstain is the best alternative choice they can make.