Kuliner Dayok Binatur (Studi Variasi, Arti dan Makna) di Kabupaten Simalungun)
View/ Open
Date
2020Author
Saragih, Antriyani
Advisor(s)
Berutu, Lister
Metadata
Show full item recordAbstract
Makan, makanan dan kuliner makan dapat ditelusuri dengan dua poin
yaitu nafsu makan dan rasa lapar. Kuliner adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan makanan dalam konteks gastronomi makanan khas suatu negara
atau daerah. Penelitian ini memiliki judul: KULINER DAYOK BINATUR (Studi
variasi, arti dan makna) di Kabupaten Simalungun. Peneliti tertarik untuk meneliti
terkait kuliner Simalungun, khususnya dayok binatur. Penelitian ini memiliki
tujuan untuk mengetahui variasi dan arti dayok binatur dalam upacara adat
Simalungun, untuk mengetahui makna dari setiap penyajian dayok binatur dalam
upacara adat Simalungun.
Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan penelitian kualitatif.
Adapun teknik pengumpulan data seperti wawancara dan observasi. Melakukan
wawancara yang mendalam dengan beberapa informan di lapangan dan
melakukan observasi partisipatif di beberapa upacara adat dan pengolahan dayok
binatur. Kuliner adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan makanan
dalam konteks gastronomi seperti makanan khas suatu negara atau daerah.
Sebagaimana setiap daerah memiliki jenis makanan khas sebagai ident itas budaya
setiap suku bangsa. Dayok binatur menjadi makanan yang paling populer di
Simalungun, karena memiliki nilai filosofi yang tinggi. Dayok binatur terbuat
dari olahan seekor ayam kampung yang diatur seperti ia masih hidup dan tidak
pernah ketinggalan di setiap upacara adat Simalungun. Dayok binatur memiliki
variasi pengolahan dan penyajiannya dalam upacara adat di Simalungun. Variasi
terkait jenis pengolahan dayok binatur, variasi dari penyajian masyarakat wilayah
Simalungun atas, Simalungun tengah dan Simalungun bawah, variasi penyajian
dayok binatur bagi masyarakat Muslim dan non Muslim di Simalungun.
Dayok binatur memiliki makna profan dan sakral. Memiliki makna sakral
bagi suku bangsa Simalungun sebagai makanan adat dan memiliki makna profan
bagi suku bangsa lain sebagai makanan yang biasa saja untuk menjadi lauk makan
dan memiliki nilai jual di beberapa rumah makan tertentu. Ketika dayok binatur
menjadi benda profan yakni disajikan di rumah makan, maka berubah makna dari
yang sakral ke profan atau biasa saja. Ketika diperjualbelikan di rumah makan,
maka akan memiliki nilai jual dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Dari suatu penyajian dayok binatur serta pemilihan jenis ayam, bisa digambarkan
nilai-nilai dam struktur sosial masyarakat Simalungun dalam upacara adat
Simalungun. Dayok binatur mencerminkan salah satu budaya Simalungun yang
harus tetap dijaga kelestariannya. Namun perlu dibuat suatu aturan baik dalam
bentuk karya tulis agar penggunaannya tidak simpang siur dan tidak berbeda
pemahaman dan pengetahuan di tengah masyarakat Simalungun.
Collections
- Undergraduate Theses [939]