Peningkatan Perkecambahan Benih Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Melalui Penentuan Umur Panen, Sortasi, dan Pematahan Dormansi
View/ Open
Date
2020Author
Siregar, Benedicta Lamria
Advisor(s)
Siregar, Luthfi A. M
Nisa, T. Chairun
Metadata
Show full item recordAbstract
endemic to North Sumatra. Farmers still use wild seeds in propagating
andaliman plants, because the seeds are difficult to germinate. Low germination
and long germination may be due to dormancy. The cause of andaliman seed
dormancy is unclear, so the effort to release the seed dormancy still showed low
results. Low germination might also be caused by many seeds without embryos
(empty seeds) and low seed viability.
The research aimed to describe the development of andaliman seeds to
physiological maturity and determine the physiological maturity of the andaliman
seeds; determine the causes of low andaliman seed germination; determine the
causes of andaliman seed dormancy; get a sorting technique and breaking of
andaliman seed dormancy which results in high germination. The general aim
was to increase the seed germination of andaliman (Zanthoxylum acanthopodium
DC.). The research consisted of four stages. The study used the flower, fruit, and
seed of Simanuk accession plants in the Dairi Regency at 2o50’32.5" North
Latitude, 98o24'45.4" East Longitude, at an altitude of 1300 m above sea level.
The first stage, Andaliman Seed Phenology, consisting of three sub-parts,
namely (a). Flower and Development of Andaliman Fruit; (b) Development of
Andaliman Seeds to Physiologically Mature and Andaliman Seed Germination;
(c) Sorting Andaliman Seeds and Andaliman Seed Anatomy. The dry weight of
seeds increased up to 24-25 weeks after anthesis and did not increase significantly
between the ages of 26-29 weeks after anthesis. The physiological mature age of
andaliman seeds was achieved at the age of 28 week after anthesis, that was
characterized by red exocarp, shiny black seed coat, seed moisture content of
17.26%, seed dry weight of 0.0068 g, seed dry weight percentage 82.74%, and
percentage of seed germination 53.75%. The low of andaliman seed germination
was caused that most of the seeds did not have embryo (empty seeds/wrinkled
seeds), also the psresence of non-viable embryos due to immature or aging and
deterioration. Sorting andaliman seeds with 15% sugar solution and sorting with
water increased percentage of germination (60.0% and 57.5% respectively) and
increased growth speed (1.153%/etmal and 1.172%/etmal respectively). The
possibility to obtain filled and viable seeds was higher in sorting with a 15% sugar
solution.
The second stage, Effect of Andaliman Fruit Extract on Seed Germination;
and the third stage, Scarification and Imbibition Test of Andaliman Seeds.
Andaliman seed dormancy was caused by several dormancy mechanisms, namely
the hardness and thickness of seed coat, the presence of lignin on the seed coat,
and germination inhibitor, terpenoid, in the seed coat and embryo. Germination
inhibitor from terpenoid compounds was identified as geraniol and geranyl
acetate. The fourth stage, Breaking of Andaliman Seed Dormancy. Andaliman
seed dormancy release method was heated into a 46oC oven for 30 minutes and
then the seeds soaked in gibberellin 500 ppm for 10 hours that gave the highest
germination percentage, 82.22%, with the fastest germination time of 58.20 days,
with the highest growth rate, 1.517%/etmal; each difference in germination of
23.33%, time of germination 8.17 days, growth rate of 0.58%/etmal compared to
treatment without breaking dormancy. The breaking technique of seed dormancy
that can accelerate germination significantly had not been found in this study.
The results show that, the age of seed harvesting 28 weeks after anthesis,
sorting with 15% sugar solution or water, and combination of broken dormancy
seeds were heated in an oven 46oC for 30 minutes and then the seeds soaked in
gibberellin 500 ppm for 10 hours, could improve seed germination. Tanaman andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) merupakan
tanaman rempah liar lokal endemik di Sumatera Utara. Petani masih
menggunakan bibit liar dalam perbanyakan tanaman andaliman, karena bijinya
sulit berkecambah. Daya kecambah yang rendah dan lamanya berkecambah
diduga disebabkan adanya dormansi. Penyebab dormansi benih andaliman belum
jelas, sehingga usaha memecahkan dormansi benihnya masih menunjukkan hasil
yang rendah. Daya kecambah yang rendah kemungkinan juga disebabkan
banyaknya biji tanpa embrio (biji kosong/biji keriput) dan biji tidak viabel.
Penelitian bertujuan menggambarkan perkembangan benih hingga matang
fisiologis dan menentukan umur matang fisiologis benih andaliman; menentukan
penyebab rendahnya daya kecambah benih andaliman; menentukan penyebab
dormansi benih andaliman; mendapatkan teknik sortasi dan pematahan dormansi
benih yang menghasilkan daya kecambah yang besar. Tujuan umum penelitian
meningkatkan daya kecambah benih andaliman (Zanthoxylum acanthopodium
DC.). Penelitian terdiri atas empat tahap. Penelitian menggunakan bunga, buah,
dan benih dari tanaman aksesi Simanuk di Kabupaten Dairi berada pada
2o50'32,5” Lintang Utara, 98o24'45,4” Bujur Timur, pada ketinggian 1300 m di
atas permukaan laut.
Penelitian tahap pertama, yakni Fenologi Benih Andaliman, terdiri atas
tiga sub bagian, yaitu (a). Bunga dan Perkembangan Buah Andaliman; (b)
Perkembangan Benih Andaliman Hingga Matang Fisiologis dan Daya Kecambah
Benih Andaliman Saat Matang Fisiologi; (c) Sortasi Benih Andaliman dan
Struktur Benih Andaliman. Hasil penelitian menunjukkan bobot kering benih
terus meningkat hingga 24-25 minggu setelah antesis dan tidak meningkat lagi
secara signifikan pada kisaran umur 26-29 minggu setelah antesis. Umur matang
fisiologis benih andaliman dicapai pada umur benih 28 minggu setelah antesis,
dengan ciri: wama eksokarp merah, kulit biji hitam mengkilap, kadar air benih
17,26%, bobot kering benih 0,0068 g, persentase bobot kering benih
mencapai 82,74%, dan daya kecambah sebesar 53,75%. Daya kecambah benih
andaliman rendah disebabkan sebagian besar biji tidak memiliki embrio (biji
kosong/biji keriput), juga adanya biji tidak viabel akibat belum matang ataupun
mengalami penuaan dan kerusakan (deteriorasi). Sortasi benih andaliman dengan
larutan gula 15% dan sortasi dengan air meningkatkan daya kecambah (masingmasing
60,0% dan 57,5%) dan meningkatkan kecepatan tumbuh (masing-masing
1,153 %/etmal dan 1,172 %/etmal). Kepastian untuk mendapatkan benih yang
bernas dan viabel lebih besar pada sortasi dengan larutan gula.
Penelitian tahap kedua, yakni Pengaruh Ekstrak Buah Andaliman terhadap
Perkecambahan Benih; dan penelitian tahap ketiga, yakni Uji Skarifikasi dan
Imbibisi Benih Andaliman. Benih andaliman dorman disebabkan oleh beberapa
mekanisme dormansi, yaitu kekerasan dan ketebalan kulit biji, adanya lignin pada
kulit biji, dan zat penghambat perkecambahan, terpenoid, pada kulit biji dan embrio. Jenis senyawa terpenoid yang teridentifikasi adalah geraniol dan geranil
asetat.
Penelitian tahap keempat, yakni Pematahan Dormansi Benih Andaliman.
Berdasarkan pada hasil penelitian didapatkan kombinasi metode pematahan
dormansi benih andaliman dipanaskan dalam oven 46oC selama 30 menit dan
selanjutnya benih direndam dalam giberelin 500 ppm selama 10 jam memberi
daya kecambah tertinggi, yakni sebesar 82,22 %, dengan umur berkecambah
tercepat 58,20 hari, dengan kecepatan tumbuh tertinggi, yakni 1,517 %/etmal;
masing-masing selisih daya kecambah 23,33%, umur berkecambah 8,17 hari,
kecepatan tumbuh 0,58 %/etmal dibanding dengan perlakuan tanpa pematahan
dormansi. Teknik pematahan dormansi yang dapat mempercepat perkecambahan
secara nyata belum ditemukan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur panen benih 28 minggu setelah
antesis, sortasi dengan larutan gula 15% atau air, dan kombinasi pematahan
dormansi benih dipanaskan dalam oven 46oC selama 30 menit dan selanjutnya
benih direndam dalam giberelin 500 ppm selama 10 jam, dapat meningkatkan
daya kecambah benih andaliman.