Insidensi Kelainan Refraksi Pada Anak di Rumah Sakit Pirngadi Pada Tahun 2011 Sampai 2012
Abstract
Eye is one of the human sense organs which have a very large . Eye diseases such as
refraction variants in a very limited function. Variants eye refraction or refraction anomaly is a
situation where the firm shadow formed on the retina but not in the front or back of the yellow
spots and is not located in a sharp point. Variants known refraction in myopia, hipermetropia ,
and astigmatism. The research was conducted on the incidence varieties of refTllction in children
RSUD dr . Pringadi Medan, Indonesia in 2011-20 12 . Variables that will be analyzed from the
medical records were age, sex, headaches, variations of refraction . Oesign used in this study is a
descriptive study with cross-sectional approach . Sampling technique used is total sampling
where the 'population was sampled data from patients who came to his eyes with a diagnosis
anomaly refraction variations in 2011-2012 . From the 65 samples obtained , the patient data
results where the largest proprosi occurred in the age group between 11-15 years of 43.1 % ,
followed by the 16-20 years age group by 35.4 %. Proportion of occurrence greater eye
refraction for sex occurs in women of 63.1 % whereas in males of 36.9 %. The largest proportion
was found with headache complaints of 58.5% . While the smallest proportion found no
complaints of headache 41.5 %. Based on table 5.5 , it is seen that the highest proportion of
refraction is myopic ie 72.3 % followed by 24.6 % hipermetropia . Proprosi iowest is
astigmatism that is 3.1 % . In conclusion, the incidence of refraction abnormalities in children
RSUD dr. Pirngadi in 2011-2012 was 23.6 % ie 65 patients with highest refraction is myopic. Mata merupakan salah satu organ indra manusia yang mempunyai fungsi yang sangat
besar. Pcnyakit mata seperti kelainan-kelainan refraksi sangat membatasi fungsi terse but.
Kclainan refraksi mata atau refraksi anomali adalah keadaan dimana bayangan tega:; tidak
dibentuk pada retina tetapi di bagian dcpan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada
satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia, dan
astigmatisma. Penelitian ini dilakukan tentang insidensi kelainan refraksi pada anak di RSUD
dr. Pringadi Medan, Indonesia pada tahun 2011- 2012. Variabel-variabel y~g akan diteliti dari
rekam medis iaitu adalah urnur, jenis kelamin, sak it kepala, jenis kelainan refraksi . Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dimana keseluruhan populasi adalah
sampcl data dari pasien anak yang datang ke Poli Mata dengan diagnosa kelainan refraksi dari
tahun 20 11-20 12. Dari 65 sampel yang didapat, hasil data pasien di mana proprosi yang terbesar
terjadi pada kelompok urnur antara 11-15 tahun sebanyak 43,1%, diikuti kelompok umur 16-20
tahun sebanyak 35,4%. Proporsi kejadian refraksi mata yang lebih besar bagi jenis kelamin
terjadi pada perempuan sebanyak 63,1 % sedangkan pada laki-Iaki sebanyak 36,9 %. Selain itu,
proporsi terbesar ditemukan dengan keluhan sakit kepala sebanyak 58,5%. Sementara proporsi
terkceil ditemukan tidak ada keluhan sakit kepala sebanyak 41,5%. Berdasarkan tabel 5.5, dapat
dilihat bahwa proporsi jenis refraksi yang tertinggi adalah rniopia yaitu 72,3% diikuti
hipermetropia 24,6%. Proprosi terendah adalah astigmatisma yaitu 3,1%. KesimpuJannya,
insiden kelainan refraksi pada anak di RSUD dr. Pimgadi dari tahun 2011-2012 adalah sebanyak
23,6% yaitu 65 pasien dengan kelainan refraksi paling tinggi adalah miopia.
Collections
- Undergraduate Theses [2254]