dc.contributor.advisor | Bakti, Darma | |
dc.contributor.advisor | Kuswardani, Retna Astuti | |
dc.contributor.advisor | Hanum, Chairani | |
dc.contributor.author | Sidauruk, Lamria | |
dc.date.accessioned | 2018-05-16T04:47:11Z | |
dc.date.available | 2018-05-16T04:47:11Z | |
dc.date.issued | 2016 | |
dc.identifier.uri | http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2869 | |
dc.description.abstract | North Sumatra is the third largest potato production centers in Indonesia, but
the productivity relatively low. One obstacle to increasing the potato production
is the high pest infestation. For pest control, farmers use insecticides with high
intensity, its causing the emergence of environmental problems such as: killing
natural enemies, the emergence of secondary pests, loss of biodiversity, pollution
of soil and residue in agricultural products. This study aims to determine the kind
of plants intercropping to be applied with potato plant at different farming
system, so its can be increase the diversity of insects at agroecosystem in order to
suppress pest infestations of Myzus persicae Sulzer in the right season.
The results showed that intercropping potato-mustard, potato-cabbage and
potato-celery were grown simultaneously obtained the lowest populations of
Myzus persicae, the lowest percentage of plant damage and the highest of insect
diversity index. Based on these results, to be reviewed potato intercropping
pattern design in conventional farming systems, semi-organic farming system
and organic farming system in two different growing seasons.
Based on the research result in the growing season from May to August and
growing season from September to December showed that organic farming
systems with the design of intercropping potato-cabbage-mustard, potato-cabbage
and potato-mustard able to suppress pest infestations of M. persicae by 41-64
percent, caused decrease percentage of crop damage about 27.83-40.09 and
increase the production of potato about 26.31-35.70 percent when compared with
other farming system with monoculture cropping system. Organic farming
systems with the design of intercropping potato-cabbage-sawi-celery increases
insect diversity index to 3.29 from 0.74 in conventional farming systems with
monoculture cropping system. The higher population of natural enemies such as
predator Coccinellidae and parasitoid Aphidius sp. found at organic farming
system with design intercropping potato-cabbage-mustard and potato-cabbagemustard-
celery. Populations of M. persicae and Coccinellidae predators tend to
be higher during the growing season from May to August compared to the
planting season from September to December, while the population of parasitoid
Aphidius sp. higher during the growing season from September to December.
Insect diversity index was not significantly different between the two growing
seasons. Another pest population such as: Phthorimaea operculella, Liriomyza
huidobrensis and Agrotis ipsilon greatly influenced by the time of observation. | en_US |
dc.description.abstract | Sumatera Utara merupakan sentra produksi kentang terbesar ketiga di
Indonesia, namun produktifitasnya masih relatif rendah. Salah satu kendala
dalam peningkatan produksi adalah tingginya serangan hama. Untuk
pengendalian hama, petani menggunakan insektisida dengan intensitas yang
tinggi sehingga menyebabkan munculnya masalah lingkungan seperti:
terbunuhnya musuh alami, munculnya hama sekunder, berkurangnya
biodivesitas, pencemaran tanah dan residu pada produk pertanian. Penelitian ini
bertujuan untum menentukan jenis tanaman tumpang sari yang tepat untuk
diterapkan dalam suatu desain polatanam tumpangsari kentang sehingga dapat
meningkatkan keanekaragaman serangga dalam upaya menekan infestasi hama
Myzus persicae Sulzer pada musim yang tepat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tumpangsari kentang-sawi,
kentang-kubis dan kentang-seledri yang ditanam secara bersamaan diperoleh
populasi hama M. persicae paling rendah, persentase kerusakan tanaman paling
rendah dan indeks keanekaragaman serangga yang lebih tinggi pada ekosistem
pertanaman kentang. Berdasarkan hasil penelitian ini, dikaji kembali desain
polatanam tumpangsari kentang pada sistem pertanian konvensional, semi
organik dan organik pada dua musim tanam yang berbeda.
Berdasarkan hasil penelitian pada musim tanam Mei-Agustus dan musim
tanam September-Desember diperoleh bahwa sistem pertanian organik dengan
desain polatanam tumpangsari kentang-kubis-sawi, kentang-kubis dan kentangsawi
mampu menekan infestasi hama M. persicae sebesar 41- 64 persen yang
menyebabkan penurunan persentase kerusakan tanaman 27.83-40.09 persen dan
meningkatkan produksi 26.31 – 35.70 persen bila dibandingkan dengan
polatanam monokultur. Sistem pertanian organik dengan desain polatanam
tumpangsari kentang-kubis-sawi- seledri meningkatkan indeks keanekaragaman
serangga menjadi 3.29 dari 0.74 pada sistem pertanian konvensional dengan
polatanam monokultur. Pada sistem pertanian organik dengan desain polatanam
tumpangsari kentang-kubis-sawi dan kentang-kubis-sawi-seledri diperoleh
populasi predator Coccinellidae dan parasitoid Aphidius sp. yang lebih tinggi.
Sementara itu populasi hama M. persicae dan predator Coccinellidae cenderung
lebih tinggi pada musim tanam Mei-Agustus dibandingkan musim tanam
September-Desember, sedangkan populasi parasitoid Aphidius sp. lebih tinggi
pada musim tanam September-Desember. Keanekaragaman serangga tidak
berbeda nyata antara kedua musim tanam. Populasi hama lain yaitu Phthorimaea
operculella, Liriomyza huidobrensis dan Agrotis ipsilon sangat dipengaruhi oleh
waktu pengamatan. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.subject | Kentang | en_US |
dc.subject | Tumpangsari | en_US |
dc.subject | Myzus Persicae | en_US |
dc.subject | Keanekaragaman Serangga | en_US |
dc.title | Desain Tumpangsari Kentang dalam Upaya Menekan Infestasi Hama Myzus persicae Sulzer Pada Sistem Pertanian Organik | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
dc.identifier.nim | NIM098104006 | en_US |
dc.identifier.submitter | Indra | |
dc.description.type | Disertasi Doktor | en_US |