dc.description.abstract | Meletusnya ekonomi bubble pada awal tahun 90-an membuat Jepang mengalami kelumpuhan hingga awal tahun 2000-an. Berdampak pada sektor ekonomi yang membuat harga aset meningkat dan merambat ke sektor sosial masyarakat yang mana generasi muda sebagai pemegang kunci masa depan Jepang banyak menjadi korban. Salah satu permasalahan sosial yang muncul akibat meletusnya ekonomi bubble adalah netto kafe nanmin yang mana banyak terpaksa bekerja sebagai pekerja non-reguler. Banyaknya generasi muda yang menjadi korban dalam permasalan sosial seperti netto kafe nanmin tersebut dikarenakan kondisi ekonomi, pemerintah maupun keluarga yang berubah dratis pasca ekonomi bubble. Terjadinya perubahan struktur ekonomi khususnya dalam perusahaan Jepang tentu memiliki dampak sosial yang mempengaruhi kesejahteraan hidup masyarakatnya. Struktur ekonomi telah membentuk kemiskinan di Jepang, seperti pengangguran, netto kafe nanmin (orang yang tidur di internet kafe karena tidak sanggup menyewa apartement, umumnya merupakan kalangan anak muda)
Netto kafe nanmin adalah orang-orang yang tidak bisa menyewa apartemen atau tidak memiliki rumah yang terpaksa menggunakan internet kafe atau manga sebagai tempat tinggal. Sebagian besar netto kafe nanmin bekerja sebagai pekerja tidak tetap (pekerja paruh waktu, kontrak, dan harian). Para netto kafe nanmin biasanya adalah pegawai tidak tetap (hiseiki koyou), masih muda, dan “cuma” berpenghasilan kurang dari 1 juta yen setahun. Mereka terpaksa tinggal di internet kafe karena tidak sanggup membayar sewa apartemen apalagi biaya hidup di kota-kota besar seperti東京, 大阪, dan横浜yang sangat mahal.
Selain itu, sistem penyewasan apartemen sangat mempersulit orang miskin untuk tinggal karena untuk bisa menyewa apartemen mereka harus membayar sewa untuk 2 bulan ke depan kepada pemilik apartemen, Jika tidak memiliki pinjaman, mereka hanya dapat menyewa sebuah kamar sewaan harian (doya). | en_US |