Perbandingan Performansi pada Upacara Perkawinan Masyarakat Jepang dan Jawa
Nihon To Jawa No Kekkonshiki No Gensyou No Hikai
View/ Open
Date
2018Author
Harahap, Rizky Daniaty
Advisor(s)
Syafitri, Diah
Metadata
Show full item recordAbstract
Tahapan dalam upacara perkawinan dilakukan mulai dari awal menentukan calon pasangan pengantin hinggapesta pernikahan. Pelaksanaan ritual perkawinan merupakan saat yang paling penting karena memiliki makna yang dalam serta dipercaya dapat mengantarkan pasangan menuju kehidupan bahagia.
Bentuk sebuah perkawinan sangat erat kaitannya dengan keluarga.Dalam masyarakat Jepang, terdapat dua bentuk keluarga yaitu “kazoku” dan “ie”. “Kazoku” adalah sistem kekerabatan yang terbentuk dari hubungan suami-istri, maupun orang tua-anak dalam kurun waktu yang hanya beberapa generasi saja,Pada” ie” anggota-anggotanya terdiri dari beberapa generasi, meliputi anggota yang masih hidup maupun yang sudah mati. Sedangkan dalam masyarakat Jawa bentuk keluarga dikenal degan istilah “keluarga batih”. “Keluarga batih” adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum menikah.
Secara garis besar, perkawinan masyarakat Jepang dan Jawa dibagimenjadi tiga tahapan, yaitu: adat sebelum menikah, adat pelaksanaan upacara perkawinan, dan adat setelah menikah. Persamaan adat yang terdapat pada saat sebelum upacara perkawinan masyarakat Jepang dan masyarakat Jawa yaitu adanya media perantara, di Jepang hal tersebut disebut dengan “nakoodo”, sedangkan di Jawa di sebut dengan “congkok”. Kemudian persamaan lainnya yaitu adanya sesi siraman sebelum melakukan upacara perkawinan, sebagai bentuk penyucian diri. Kemudian, adanya pertukaran barang-barang pada saat acara pertunangan.
Perbedaan yang terdapat pada tahapan upacara perkawinan Jepang dan Jawa yaitu :pada masyarakat Jawa menggunakan adat dalam tahapan upacara perkawinan, sedangkan pada tahapan dalam upacara perkawinan Jepang tidak terlalu menggunakan acara adat. Selain itu, Di Jepang acara resepsi perkawinan tergolong sederhana dengan acara adat-istiadat yang tidak terlalu banyak, hanya upacara selamat dari para kerabat yang kemudian dilanjutkan dengan hiburan. Berbeda dengan masyarakat Jepang, pada masyarakat Jawa ada banyak acara adat yang harus wajib di jalankan dan memakan durasi yang cukup lama.
Kearifan lokal yang terlihat dalam perkawinan Jepang adalah kerja keras, disiplin, kesetia kawanan, rasa syukur, dan pelestarian dan kearifan budaya. Sedangkan kearifan lokal yang terdapat pada perkawinan masyarakat Jawa adalah kesopan santunan, kesejahteraan, komitmen, pengelolaan gender,gotong royong, dan pelestarian dan kreativitas. Dalam hal memilih tanggal pelaksanaan pesta pernikahan, masyarakat Jepang dan Jawa memiliki kesamaan, yaitu benar benar memikirkan hari dan tanggal yang dipercaya baik untuk pelaksanaan pesta pernikahan. Akan tetapi, dalam hal pemilihan tempat untuk melaksanakan upacara perkawinan, masyarakat Jepang dan masyarakat Jawa sangan berbeda. Pada pesta pernikahan masyarakat Jepang, upacara dilaksanakan di kuil maupun gedung. sedangkan pada masyarakat Jawa, upacara dilaksanakan di rumah mempelai wanita maupun di gedung. Dalam hal isi pidato ataupun nasihat dalam upacara perkawinan Jepang dan Jawa sama-sama berisi nasihat kepada kedua pengantin untuk kelangsugan rumah tangga yang baik.
Perkawinan masyarakat Jepang dan Jawa, memiliki kesamaan makna dilihat dari peralatan yang digunakan yang dapat mempengaruhi proses berlangsungnya acara, serta memberikan kebaikan dalam rumah tangga kedua mempelai. Di dalam masyarakat Jepang dan Jawa, mereka memiliki perbedaan dalam konteks ideologi. Hal ini di karenakan pandangan masyarakat Jepang yang berbanding terbalik dengan masyarakat Jawa tentang bagaimana pentingnya pernikahan.
Collections
- Undergraduate Theses [525]