• Login
    View Item 
    •   USU-IR Home
    • Faculty of Cultural Sciences
    • Department of Japanese Literature
    • Diploma Papers
    • View Item
    •   USU-IR Home
    • Faculty of Cultural Sciences
    • Department of Japanese Literature
    • Diploma Papers
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    Pertunjukan Kesenian Bunraku dan Wayang Golek

    View/Open
    Fulltext (3.672Mb)
    Date
    2020
    Author
    Namira, Dinda Aldilla
    Advisor(s)
    Zulnaidi
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Bunraku adalah sebuah rombongan joururi yang dianggap sebagai boneka hidup dalam teater yang paling canggih didunia. Bunraku merupakan salah satu kebudayaan tradisional yang berasal dari Jepang dengan menggunakan boneka sebagai pemeran utama dalam pertunjukannya. Disetiap pertunjukannya, bunraku akan selalu disertai dengan iringan musik dari shamisen serta tayu (penyanyi). Bunraku mulai dipopulerkan pada tahun pada zaman edo, pemerintahan raja Shogun Tokugawa periode 1609-1867. Bunraku sangat terkenal saat itu terutama didaerah Osaka. Hal ini membuat bunraku berevolusi menjadi seni teater pada abad ke-17. Bunraku adalah warisan budaya dunia yang dilindungi oleh UNESCO. Nama bunraku sendiri diambil dari nama seseorang yaitu Uemura Bunrakuken I. ia merupakan seorang ahli seni yang berhasil menghidupkan kembali ningyou joruri dengan membangun gedung khusus untuk para pemain ningyou joruri untuk pertunjukannya, gedung tersebut dinamakan Bunrakuken-za yang berada di kozubashi (sekarang Chuo-ku, Osaka). Indonesia juga memiliki pertunjukan yang mirip bunraku yaitu wayang golek. Wayang golek merupakan salah satu seni tradisional yang telah menjadi bagian orang sunda. Wayang golek juga sama seperti bunraku, yaitu memiliki dalang, iringan musik, serta pesinden (penyanyi) untuk melengkapi pertunjukan mereka. Sejarah wayang golek dimulai dari ide seorang bupati Bandung (Karang Anyar) yang menugaskan ki darman (seorang pakar wayang kulit) untuk membuat golek purwa. Awalnya bentuk wayang golek ini masih terbawa dari bentuk wayang kulit yang gepeng (dwimatra). Lalu setelah itu terbentuklah bentuk wayang golek yang semakin bulat (trimatra) seperti yang dilihat sekarang. Ada 2 macam wayang golek di Jawa Barat, yaitu wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa. Bunraku dan wayang golek memiliki unsur yang sama yaitu penyanyi, dalang, dan boneka. Tetapi diantara unsur-unsur yang sama ini, memiliki perbedaan dibagian dalang. Dalam pertunjukan bunraku memiliki tiga orang dalang untuk menggerakkan satu boneka, sedangkan dalam pertunjukan wayang golek hanya memiliki seorang dalang untuk menggerakkan satu boneka. Dalam pertunjukan wayang golek dalang berperan sebagai narrator, penulis naskah, penyanyi serta menjadi pemimpin dalam pertunjukan.
    URI
    http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/30063
    Collections
    • Diploma Papers [164]

    Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)
    Universitas Sumatera Utara | Perpustakaan | Resource Guide | Katalog Perpustakaan
    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV
     

     

    Browse

    All of USU-IRCommunities & CollectionsBy Issue DateTitlesAuthorsAdvisorsKeywordsTypesBy Submit DateThis CollectionBy Issue DateTitlesAuthorsAdvisorsKeywordsTypesBy Submit Date

    My Account

    LoginRegister

    Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)
    Universitas Sumatera Utara | Perpustakaan | Resource Guide | Katalog Perpustakaan
    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV