dc.description.abstract | Pakpak Bharat merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Selain daripada bahasa, unsur yang menonjol di kebudayaan Pakpak adalah musiknya. Dalam musik itu penulis melihat “kalondang” sebagai salah satu alat musik melodis Pakpak yang merupakan peninggalan leluhur dari nenek moyang masyarakat Pakpak dan sampai hari ini masih dipakai sebagai instrument hiburan di ladang, sawah, kebun, hutan dan dipakai pada upacara ritual “Kerja Mbaik” . Kalondang tergabung dalam ensambel Oning-oningen yang alat musiknya antara lain adalah Lobat, Gendrang sitellu, pongpong, Puldep, Poi, Panggora dan Ketuk. Kalondang tergolong kedalam klasifikasi idiofon yang terdiri dari sembilan bilah kayu berbeda ukuran, digantungkan diatas tali dan menghasilkan nada bila dipukul.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan kalondang, cara memproduksi bunyi kalondang (teknik permainan) dan sistem pelarasan bunyi kalondang. Penulis berharap, karya tulis ini dapat bermanfaat dan membantu regenerasi masyarakat pakpak dalam mempelajari alat musik Kalondang. Dalam hal ini penulis juga akan membahas tentang keunikan kalondang yang dibuat oleh Bapak Atur Pandapotan Solin. Teori yang penulis gunakan adalah teori “Shusumu Khasima” yaitu pendekatan secara structural dan fungsional (1978), “Bruno Netll” yaitu menganalisis dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar (1963) dan “CurtSach & Hornbostel" yaitu sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyinya (1961). Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan kualitatif oleh Koentjaraningrat(1994) yaitu pengumpulan data dengan metode observasi, dokumentasi, catatan lapangan, wawancara langsung dengan masyarakat pembuat kalondang dan studi kepustakaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah deskripsi proses pembuatan kalondang, cara memproduksi bunyi kalondang dan teknik permainan kalondang. | en_US |