• Login
    View Item 
    •   USU-IR Home
    • Faculty of Cultural Sciences
    • Department of Japanese Literature
    • Diploma Papers
    • View Item
    •   USU-IR Home
    • Faculty of Cultural Sciences
    • Department of Japanese Literature
    • Diploma Papers
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    Samurai

    View/Open
    Fulltext (3.918Mb)
    Date
    2020
    Author
    Perangin-Angin, Rosa Febriyanti
    Advisor(s)
    Handayani, Diah Syahfitri
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Secara harafiah samurai merupakan kata serapan dari bahasa jepang kuno yakni “Samorau” atau “saburau” yang artinya melayani. Dalam bahasa Jepang kata samurai disebut sebagai bushi atau buke.Samurai adalah golongan bangsawan militer Jepang, dan mereka mengalami masa kejayaan pada zaman Pertempuran, atau periode Perang Antarnegeri (dalam bahasa Jepang disebut Sengoku Jidai).Periode ini, yang sering dikatakan berlangsung pada kurun waktu 1550 – 1600, berkisar antara runtuhnya keshogunan Tokugawa.Sampai pertengahan zaman Sengoku, seseorang yang tak terlahir dalam golongan samurai masih berpeluang menjadi samurai. Itu dapat terjadi bila ia bergabung dalam bala tentara sebagai prajurit infanteri, lalu memperoleh perhatian kepala marga atau para pembantunya, sehingga diberi tugas tetap. Marga yang dimaksud di sini adalah keluarga. Pada zaman sengoku tidak semua keluarga menggunakan marga, hanya kaum samurai, bangsawan, pedagang, dan pekerja seni saja yang memiliki marga. Awalnya samurai bertugas menjaga wilayah kekuasaan tuannya namun saat kepimpinan Prince Naka No Oe (Kaisar Tenji) memberi peluang kepada aristokrat memberlakukan pajak yang tinggi. Dengan kebijakan tersebut membuat banyak petani yang menjualkan tanah miliknya dan hanya sedikit yang menjadi tuan tanah atau majikan. Namun saat banyak petani menjualkan tanah mereka dan sistem kelas terus bertumbuh, para tuan tanah mempekerjakan samurai untuk melindunginya kepetingan mereka hal ini membawa samurai menjadi kelas militer peringkat sosial. Semua samurai punya tugas dan menerima upah, dan dari pendapat ini mereka harus membiayai rumah tangga (bagi yang memiliki) dan membeli segala perlengkapan yang tidak disediakan. Dasar perekonomian adalah beras, dan ukuran kekayaan yang lazim adalah koku, yaitu satuan jumlah beras yang cukup bagi seseorang untuk makan selama satu tahun. Semua tanah kekuasaan dijabarkan berdasarkan berapa koku beras yang dapat dihasilkan. Satu koku setara 120 liter. Samurai paling rendah menerima sedikit kurang daripada satu koku (dengan asumsi jatah makannya ditanggung junjungannya). Universitas Sumatera Utara Pembesar menengah dan komandan benteng dapat menerima upah sebesar beberapa ratus koku, yang harus cukup untuk membayar semua samurai bawahannya, menyediakan perbekalan, membeli pakan kuda, mengupah para pelayan, dan lain – lain. Demi kemudahan, pembayaran dilakukan dengan uang, tapi pada dasarnya perekonomian ketika itu berlandaskan beras.Senjata utama yang digunakan para samurai yaitu Katana, banyak daimyo yang menyimpan katana dari para samurai mereka menyakini akan terus terjaga di kehidupan selanjutnya. Selain katana para samurai juga membawa wakizashi yang akan digunakan untuk memenggal kepala lawan dan digunakan juga untuk seppuku. Banyak keturunan dari samurai merupakan hasil poligami yang tak diketahui golongan kelasnya. Ketetapan menjelaskan hanya satu putra yang dapat mewarisi ciri khas sang ayah, hal ini membuat tekanan sosial bagi para keturunan lainnya. Pada zaman Keshogunan fungsi samurai mengalami pasang surut, yang awalnya hanya ditugaskan menguasai feudal untuk memperluas wilayah dan membasmi pemberontakan hingga perkembangan berikutnya samurai dan aristokrat berbagi kekuasaan yang dimana kaum aristokrat fokus pada pembangunan kultural sedangkan kaum prajurit menangani urusan militer. Samurai pernah menjadi penguasa Jepang selama ratusan tahun dengan mendirikan pemerintahan militer yang disebut keshogunan. Bushido adalah kode kehormatan dari samurai dan setiap individu diwajibkan untuk menerapkanya dalam kehidupan. Ada 7 prinsip bushido yang menjadi pedoman yang masih diwariskan dan diajarkan kepada masyarakat di Jepang yaitu keadilan, keberanian, kebajikan, kehormatan, kejujuran, kesetiaan, kesopanan.
    URI
    http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/30422
    Collections
    • Diploma Papers [164]

    Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)
    Universitas Sumatera Utara | Perpustakaan | Resource Guide | Katalog Perpustakaan
    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV
     

     

    Browse

    All of USU-IRCommunities & CollectionsBy Issue DateTitlesAuthorsAdvisorsKeywordsTypesBy Submit DateThis CollectionBy Issue DateTitlesAuthorsAdvisorsKeywordsTypesBy Submit Date

    My Account

    LoginRegister

    Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)
    Universitas Sumatera Utara | Perpustakaan | Resource Guide | Katalog Perpustakaan
    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV