Uji Toksisitas Subkronik dan Teratogenik Ekstrak Etanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl)
View/ Open
Date
2021Author
Hanif, Mutiara Qisthina
Advisor(s)
Yuandani
Harahap, Urip
Metadata
Show full item recordAbstract
Mahkota dewa dikenal sebagai salah satu tanaman obat di Indonesia.
Hampir seluruh bagian tanaman memiliki kandungan kimia yang bermanfaat
untuk dijadikan obat. Tanaman obat yang sering digunakan masyarakat harus diuji
potensi efek toksiknya untuk menjamin keamanan tanaman saat digunakan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek toksik yang mungkin terjadi
pada penggunaan jangka panjang dan untuk menilai apakah daun mahkota dewa
tersebut aman digunakan pada wanita hamil.
Ekstrak etanol daun mahkota dewa (EEDMD) hasil maserasi dilakukan
pengujian subkronik dan teratogenik terhadap hewan uji. Pada pengujian
subkronik, hewan sebanyak 60 ekor tikus yang terdiri dari 30 jantan dan 30 betina.
Hewan dibagi menjadi 6 kelompok yaitu Na-CMC 0,5% sebagai kontrol, EEDMD
dosis 100, 500 dan 1000 mg/kg bb, kelompok satelit kontrol dan satelit EEDMD
dosis 1000 mg/kg bb. EEDMD diberikan setiap hari secara oral terhadap hewan uji
selama 90 hari, dan pengamatan dilanjutkan 28 hari untuk kelompok satelit.
Parameter yang diamati meliputi gejala toksik yaitu tremor, salivasi, diare, lemas,
perubahan bulu dan kulit, perubahan mukosa mata, jalan mundur dan jalan
menggunakan perut, berat badan, kematian, pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik organ, berat organ relatif, pemeriksaan kimia klinik dan hematologi.
Pada pengujian teratogenik, hewan sebanyak 20 ekor tikus betina dibagi menjadi 4
kelompok yaitu Na-CMC 0,5% sebagai kontrol, EEDMD dosis 100, 500 dan 1000
mg/kg bb. EEDMD diberikan secara oral setiap hari pada hari ke-6 sampai hari ke-
15 kehamilan, pada hari ke-19 hewan dibedah lalu diamati malformasi internal dan
malformasi skeletal. Data dianalisis dengan metode one-way ANOVA dilanjutkan
dengan uji post-hoc tukey menggunakan Statistical Product and Service Solution
(SPSS).
Hasil uji toksisitas subkronik menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
mahkota dewa tidak menunjukkan efek toksik, tidak meningkatkan kadar Alanine
aminotransferase (AST), Aspartate transaminase (ALT) dan kreatinin serta tidak
berpengaruh terhadap hematologi darah pada tikus jantan dan betina. Hasil analisis
statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan kelompok
kontrol (p> 0,05), pada hasil mikroskopik jaringan hati terjadi nekrosis pada dosis
1000 mg/kg bb dan keadaan tersebut bersifat reversible. Hasil uji teratogenik, pada
malformasi internal tidak ada kelainan, pada malformasi skeletal terdapat 3 fetus
dengan jumlah sternum yang tidak lengkap pada dosis 1000 mg/kg bb.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun
mahkota dewa pada pengujian subkronik menimbulkan efek toksik yang bersifat
reversibel dan pada pengujian teratogenik menyebabkan efek teratogenik terhadap
fetus selama periode organogenesis pada dosis 1000 mg/kg bb. Mahkota Dewa is known as one of medicinal plants in Indonesia. The majority parts of the plants contain chemical ingredients which are useful as medicine. The commonly used plants must be firstly examined for its toxic effect to guarantee the safety before use. The objective of this study is to know the possible toxic effect for long term use, and to assess the safety of Mahkota Dewa leaves on pregnant women. Mahkota Dewa Leaves Ethanol Extract (MDLEE) from macerations were then had subchronic and teratogenic test on animals. In subchronic test, 60 rat consist of 30 males and 30 females. They are divided into 6 groups: Na-CMC 0,5% as controls, MDLEE in 100, 500 and 1000 mg/kg bb dosage, control satellite group and MDLEE satellite in 1000 mg/kg bb. MDLEE was given orally to the animals everyday in 90 days, and observation continued for 28 days for satellite group. The observation parameters include toxic syndromes such as tremor, salivation, diarrhea, weakness, changes on fur and skin, change on eye mucosa, backwards walk, walk on stomach, change on body weight, death, macroscopic and microscopic organ test, relative organ weight, clinical and hematology chemical test. In teratogenic test, 20 female rat were divided into 4 groups: Na-CMC 0,5% as control, MDLEE in 100, 500 and 1000 mg/kg bb dosage. MDLEE was given orally on day 6 to day 15 of pregnancy. On day 19, the animal was dissected and observed for its internal and skeletal malformation. The data were analyzed by one-way ANOVA method, continued by post-hoc tukey test using Statistical Product and Service Solution (SPSS). The subchronic toxicity test showed that MDLEE did not show any toxic effects, did not increase the dose of Alanine aminotransferase (AST), Aspartate transaminase (ALT) and creatinine, also did not affect the blood hematology on both male and female rat. The statistic analysis showed no significant difference with control group (p> 0,05), while microscopic test showed that liver tissue is necrotic on 1000 mg/kg bb dosage, which is reversible. Teratogenic test on internal malformations did not show abnormalities, while skeletal malformation showed 3 fetus with incomplete sternum on 1000 mg/kg bb dosage. According to research results, it can be concluded that MDLEE on subchronic test causes reversible toxic effects, while teratogenic test causes teratogenic effects on fetus during organogenesis period on 1000 mg/kg bb dosage.
Collections
- Magister Theses [371]
