Show simple item record

dc.contributor.advisorSaragih, Amrin
dc.contributor.advisorNababan, M.R.
dc.contributor.advisorLubis, Syahron
dc.contributor.authorRajagukguk, Rosdiana
dc.date.accessioned2021-04-07T04:06:35Z
dc.date.available2021-04-07T04:06:35Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/31779
dc.description.abstractThis study aims at (1) describing the techniques used by translators in translating the novel "The Old Man and The Sea" into Bahasa Indonesia, (2) analyzing the impact of the translation technique on the quality of cultural expression translation based on accuracy, acceptability and readability, 3) analyzing the differences and similarities of the translators’ techniques in 3 versions of translated novel “The Old Man and the Sea” with the translation techniques found in the previous 4 studies, and (4) prototyping the technique of translating English contextual cultural expressions into Bahasa Indonesia. This research used a descriptive-qualitative method employing a case study design. The data sources were documents, informants, and raters selected based on the criteria (purposive sampling techniques). The document is a novel entitled “The Oldman and The Sea” and its translation in Bahasa Indonesia by three translators. The informant is composed of 6 raters who assessed the quality of the translation based on the level of accuracy, acceptability, and readability. The data were (1) words, phrases and contextual clauses in the novel “The Old Man and The Sea” and its translation in 3 versions, (2) experts or informants’ statements regarding the level of accuracy, acceptability, and readability. The data were collected by document analysis techniques, questionnaires, and indepth interviews. The research findings were as follows. First, the three translators used different translation techniques. Translator A used 10 translation techniques, translator B used 11 translation techniques, and C translator used 12 translation techniques. Based on the frequency of its uses, the borrowing technique was the technique most frequently used by the three translators, then the second frequent technique was established equivalent, and the third and fourth frequent techniques were generalization and explicit. Furthermore, in terms of the application of couplet translation techniques, it was found that translator A did it 3 times, translator B 6 times, and translator C 12 times. The variants of couplet are: Established Equivalent + Addition, Deleting + Pure Borrowing, Established Equivalent + Pure Borrowing, Explicit + Pure Borrowing, Established Equivalent + Deletion, Generalization + Pure Borrowing, Established Equivalent + Pure Borrowing, Established Equivalent + Pure Borrowing, Additions + Pure Borrowing, Established Equivalent + Explicit, Established Equivalent + Pure Borrowing, Explicit + Reduction, Addition + Pure Borrowing, and Additions + Borrowing. Secondly, in terms of the quality, translator A was rated 2.85, translator B was rated 2.80, and the lowest was translator C was rated 2.71. There were 79 data (85.86%), 73 data (82.02%), and 79 data (79.59%) were accurately translated by Translator B, A, and C. Meanwhile, 18 data (18.36 %), 13 data (14.61%), 11 data (11.88%) were translated less accurately by translator C, A, and B. While 3 data (3.36%), 2 data (2,16 %), and 2 data (2.04%) were translated inaccurately by translator A, B, and C. The high accuracy level was influenced by borrowing techniques, established equivalent, while less accurate translation was influenced by generalization, paraphrase, particularization, and inaccurate translation was influenced by the reduction technique and deleting technique. From the aspect of acceptability, the average score of translator A was 2.60, the score of translator B was 2.44 and the lowest score was addressed to translator C was 2.31. The technique that most influenced acceaptability of translation was pure borrowing technique . Third, the similarities found in these three translators included (i) borrowing technique was the technique most frequently used; and (ii) the quality of translations of all three translators was good, high acceptable, high readable. While the differences found in these three translators included (i) the translation reduction technique was the only technique applied by translator C; (Ii) translator A and translator B more frequently applied generalization techniques; and (iii) translator C more frequently used addition and deletion techniques. Fourth, the prototype of translating contextual cultural expressions was offered but further research was required to further reveal the most appropriate translation technique in translating contextual cultural expressions for more accurate translation results.en_US
dc.description.abstractTujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan teknik yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan novel “The Old Man and The Sea” ke dalam bahasa Indonesia, (2) menganalisis dampak penerapan teknik penerjemahan tersebut terhadap kualitas terjemahan ungkapan budaya berdasarkn keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan, (3) menganalisis perbedaan dan persamaan teknik penerjemah dalam 3 versi terjemahan novel The Old Man and The Sea dengan teknik penerjemahan yang ditemukan dalam 4 penelitian sebelumnya, dan (4) memolakan prototipe teknik penerjemahan ungkapan berkonteks budaya bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan deskriptif-kualitatif dengan desain studi kasus terpancang. Sumber data adalah dokumen, informan, dan rater yang dipilih berdasarkan kriteria (purposive sampling techniques). Dokumen berupa novel The Oldman and The Sea dan hasil terjemahannya dalam bahasa Indonesia oleh tiga penerjemah. Informan terdiri dari 6 orang rater yang menilai kualitas terjemahan atau tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan. Data terdiri dari (1) kata, frasa, dan klausa berkonteks budaya dalam novel The Old Man and The Sea dan terjemahannya dalam 3 versi, (2) pernyataan informan ahli atau rater mengenai tingkat kakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik analisis dokumen, kuesioner, dan wawancara mendalam. Temuan penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, ketiga penerjemah menggunakan jumlah teknik penerjemahan yang berbeda. Penerjemah A menggunakan 10 teknik penerjemahan, penerjemah B 11 teknik penerjemahan, dan penerjemah C sebanyak 12 belas teknik penerjemahan. Berdasarkan frekuensi penggunaannya, peminjaman menjadi urutan pertama oleh ketiga penerjemah, selanjutnya urutan kedua adalah adalah padanan mapan, urutan ketiga dan keempat adalah generalisasi dan eksplisitasi. Selanjutnya, dari segi penerapan teknik penerjemahan kuplet, ditemukan bahwa penerjemah A melakukannya sebanyak 3 kali, penerjemah B 6 kali, dan penerjemah C 12 kali. Varian kuplet yang ditemukan adalah: Padanan Mapan + Penambahan, Penghilangan + Peminjaman Alamiah, Padanan Mapan + Peminjaman Murni, Eksplisitasi + Peminjaman Murni, Padanan Mapan + Penghilangan, Generalisa + Peminjaman Alamiah, Padanan Mapan + Peminjaman Murni, Padanan Mapan + Peminjaman Alamiah, Penambahan + Peminjaman Murni, Padanan Mapan + Eksplisitasi, Padanan Mapan + Peminjaman Murni, Eksplisitasi + Reduksi, Penambahan + Peminjaman Murni, dan Penambahan + Peminjaman. Kedua, dalam hal kualitas terjemahan untuk rerata Penerjemah A yaitu angka 2,85 disusul oleh Penerjemah B yaitu angka 2, 80 dan terendah adalah Penerjemah C yaitu 2,71. Terdapat 79 data (85,86%), 73 data (82,02%), dan 79 data (79,59%), paling akurat oleh penerjemah B, A, dan C. Tingkat kurang akurat sebanyak 18 data (18,36%), 13 data (14,61%), dan 11 data (11,88%) data oleh penerjemah C, A, dan B. Tingkat tidak akurat sebanyak 3 data (3,36%), 2 data (2,16%), dan 2 data (2,04%) oleh penerjemah A, B, dan C. Untuk tingkat keakuratan tinnggi dipengaruhi oleh teknik peminjaman, padanan mapan, sementara kurang akurat oleh generalisasi, parafrasa, partikularisasi, dan tidak akurat dipengaruhi oleh teknik reduksi dan penghilangan. Dari aspek keberterimaannya adalah terjemahan Penerjemah B yaitu angka rata-rata 2,60 disusul oleh Penerjemah A yaitu 2,44 dan terendah adalah Penerjemah C yaitu pada angka rata-rata 2,31. Persentase data tersebut yakni 59 data (66,29%), 64 data (69,56%), dan 65 data (66,32%) oleh penerjemah A, B, dan C. Teknik yang paling mempengaruhi keberterimaan ini adalah teknik peminjaman murni. Ketiga, persamaan yang ditemukan dari ketiga penerjemah ini adalah (i) teknik peminjaman merupakan teknik penerjemahan yang paling dominan digunakan; dan (ii) kualitas hasil terjemahan ketiga penerjemah adalah baik semuanya, berterima tinggi dan memiliki keterbacaan tinggi atau mudah dibaca. Sedangkan perbedaan yang ditemukan dari ketiga penerjemah ini adalah (i) teknik penerjemahan reduksi hanya diterapkan oleh penerjemah C; (ii) penerjemah A dan penerjemah B lebih sering menerapkan teknik generalisasi; dan (iii) penerjemah C lebih sering menggunakan teknik penambahan dan penghilangan. Keempat, prototipe penerjemahan ungkapan berkonteks budaya sudah ditawarkan namun perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih mengungkapkan teknik penerjemahan yang paling tepat dalam menerjemahkan ungkapan berkonteks budaya demi hasil terjemahan yang lebih akurat.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectTeknik Penerjemahanen_US
dc.subjectPrototipe Teknik Penerjemahanen_US
dc.subjectKualitasen_US
dc.titlePrototipe Model Teknik Penerjemahan Istilah dan Ungkapan Budaya dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesiaen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM088107020
dc.description.pages270 Halamanen_US
dc.description.typeDisertasi Doktoren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record