Pengaruh Shinto Pada Dekorasi Perayaan Tahun Baru di Jepang
Nihon De No Shinnen No Kazari Ni Taisuru Shinto No Eikyo
View/ Open
Date
2020Author
Aprilia, Stacia
Advisor(s)
Muliadi, Yuddi Adrian
Metadata
Show full item recordAbstract
Oshōgatsu adalah sebuah perayaan tahun baru di Jepang dan merupakan salah satu kegiatan tahunan terpenting bagi masyarakat Jepang. Perayaan shōgatsu tidak hanya sehari, tapi dirayakan selama 3 hingga 7 hari pertama bulan Januari. Bagi orang Jepang, tahun baru adalah upacara penyembahan terhadap roh leluhur. Tahun baru di Jepang berbeda dengan tahun baru di negara-negara pada umumnya. Tahun baru di Jepang dirayakan dengan suasana yang hening dan sepi. Orang Jepang melakukan tradisi turun temurun dari nenek moyang mereka. Berbagai macam perayaan di Jepang selalu berhubungan dengan agama dan tradisi Shinto. Perayaan tahun baru di Jepang dipengaruhi oleh paham ideologi Konfisius dan Shinto. Dasar pemikiran perayaan tahun baru berasal dari konfusius yakni keyakinan akan datangnya arwah leluhur keluarga mereka mengunjungi keturunannya saat tahun baru, sementara pelaksaanan perayaan tahun baru sangat dipengaruhi oleh ideologi Shinto.
Shinto dapat diartikan sebagai kepercayaan religius yang ditemukan pada adat setempat dan diwariskan secara turun temurun di Jepang, Shinto telah memberi banyak pengaruh di dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan Jepang dan salah satunya merupakan pada perayaan Shogatsu tersebut. Di dalam perayaan Shogatsu, terdapat cukup banyak pengaruh Shinto didalamnya, seperti pada perayaan tahun baru yang bertujuan untuk menyambut datangnya dewa yang disebut dengan Toshigamisama. Semua persiapan yang dilakukan menjelang shogatsu ditujukan untuk Toshigami tersebut. Karena dipercaya kami (dewa) yang turun ke dunia pada saat tahun baru tersebut bertujuan untuk menghidupkan kembali energi dunia serta merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada arwah leluhur.
Bagi negara Jepang perayaan tahun baru merupakan perayaan Jepang klasik, yang sangat berhubungan dengan dekorasi simbolik, permainan, hidangan hari raya, dan ritual yang merupakan bagian dari prasyarat untuk acara Shinto. Dalam perayaan shogatsu terdapat beberapa dekorasi yang digunakan. Pengaruh Shinto terdapat dalam dekorasi khusus shogatsu seperti pada Kadomatu, shimenawa, shimekazari, kagami mochi, dan juga toshidana (dekorasi altar shogatsu). Kadomatsu merupakan dekorasi tradisional shogatsu yang terbuat dari rangkaian bambu, batang pohon cemara, dan bunga plum. Kadomatsu biasanya ditempatkan di pintu depan pekarangan rumah dan tempat umum, pada kadomatsu terdapat pengaruh Shinto hal ini dapat dilihat pada bambu dan cemara pada bagian kadomatsu yang dalam ajaran Shinto dipercaya dapat menyucikan dan digunakan untuk menyambut datangnya toshigami.
Shimenawa adalah tali khusus yang diikatkan di sekitar atau diatas suatu objek atau ruang untuk menunjukkan kesucian atau kemurniannya. Shimenawa terbuat dari hiasan jerami padi suci yang menghiasi Sebagian besar di depan gerbang atau pintu rumah. Shimenawa memiliki hubungan dengan Shinto karena shimenawa seringkali dipakai dalam ritual penyucian Shinto untuk menangkal unsur-unsur negatif serta roh-roh jahat yang ada.
Shimekazari adalah hiasan yang terbuat dari rangkaian shimenawa yang ditambahkan ornament khusus lainnya seperti jeruh masam,daun yuzuriha, pakis, dan potongan kertas ritual putih yang disebut shide. Biasanya Shimekazari ditempatkan di pintu masuk rumah untuk mencegah masuknya roh jahat dan mengundang Toshigami. Pada shimekazari juga terdapat pengaruh Shinto didalamnya karena menggunakan bahan utama shimenawa yaitu shide (kertas) yang digunakan untuk melindungi dari perbuatan jahat dalam Shinto.
Kagamimochi adalah dekorasi khas shogatsu yang terbuat dari dua lapis beras tumbuk, atau mochi berbentuk bundar pipih yang diletakkan dengan cara disusun bertingkat dengan ukuran yang lebih besar dibawah dan ukuran yang lebih kecil diatasnya dan biasanya dimahkotai dengan mandarin Jepang disebut mikan. Terdapat pengaruh Shinto pada kagami mochi karena mochi sering digunakan sebagai persembahan kepada kami (dewa) dalam ritual Shinto.
Toshidana adalah altar khusus pada saaat perayaan shogatsu yang digunakan untuk menaruh berbagi persembahan yang ditujukan pada dewa. Benda-benda yang dijadikan persembahan tersebut diantaranya adalah ranting tumbuhan sasaki, kagami mochi dan sake. Terdapat pengaruh Shinto pada toshidana karena hal tersebut berkaitan dengan konsep persembahan (shinsen) dalam Shinto yang menggunakan benda-benda tersebut sebagai persembahan.
Puncak perayaan shogatsu pada tanggal 1 Januari. Pada hari tersebut biasanya orang-orang mengunjungi kuil-kuil Shinto atau Buddha untuk berdoa memohon keberkahan selama setahun kedepan kepada dewa. Kegiatan mengunjungi kuil pertama kali pada saat tahun baru tersebut dikenal dengan hatsumode. Kegiatan tersebut memiliki keterkaitan dengan Shinto, karena pergi mengunjungi kuil dan berdoa merupakan salah satu bentuk ritual pemujaan dalam Shinto. Bagi masyarakat Jepang shogatsu memiliki makna sebagai semangat baru di permulaan tahun yang baru. Tenaga yang telah terkuras di tahun kemarin akan terisi dan segar kembali di awal tahun yang baru. Semua orang merayakan tahun baru dengan gembira dan juga berdoa semoga di tahun yang akan datang akan terus hidup dalam damai dan dilimpahi segala kebaikan.
Collections
- Undergraduate Theses [525]