Konflik Komunitas Petani dan Peternak Mbal-Mbal Nodi di Desa Mbal-Mbal Petarum Kabupaten Karo
View/ Open
Date
2020Author
Perangin angin, Tirta octavianus
Advisor(s)
Sismudjito
Metadata
Show full item recordAbstract
Agriculture and livestock in Indonesia are the main source of livelihood for rural
communities. Agriculture and livestock are sectors that have an important
contribution to Indonesia's national development, especially its role in the
formation of gross domestic product, labor absorption, community income
sources and its role in producing agricultural products for the supply of food, feed,
industrial raw materials and exports. One of the causes of reduced yields
agriculture and livestock are a conflict. This research was conducted on land
belonging to the Government of Mbal-mbal Nodi in Mbal-mbal Petarum Village,
Karo Regency, which is the location of the conflict. This study uses the concept of
conflict theory by Ralf Dahrendorf as a theoretical basis in seeing the problems
that occur. The method used is descriptive qualitative research and tends to use
analysis, process and meaning. The informants in this study are informants who
understand very well about the conflict on land owned by the Government of
Mbal-mbal Nodi, including: the village head Mbal-mbal Petarum, the Head of
Lau Baleng sub-district, the Mardingding Police, the farmer community and the
farmer community. The technique of collecting data was carried out by in-depth
interviews, documentation and literature study. This study found that the conflict
that occurred between the farming community and the breeder community
occurred because of different ways and interests in utilizing the 2000 Ha Mbalmbal
Nodi government land. The land of Mbal-mbal Nodi, which was in
accordance with the 1973 Regent's Decree, was used for farming (livestock) by
other communities as a place to farm, for example corn farming. As a result of the
agricultural process which is very contradictory to livestock making the land very
sensitive to conflict between the two communities. The dynamics of the conflict
that occurs is when the residents' livestock which are herbivores (plant eaters)
enter the agricultural land and eat the community's agricultural crops, resulting in
expulsion and even persecution of animals which then cannot be taken for granted
by the breeder community and ultimately leads to conflict between the farming
community and breeders. Based on research conducted by researchers, the
solution needed is a new policy that has binding rules. Communities involved in
the conflict expect the creation of Regional Regulations (Regional Regulations)
which will be determined by the Government by cooperating with and considering
the two communities whose results of the regulations can be binding. Binding
regulations will have an impact on the new order in utilizing the land of Mbal-
Mbal Nodi. Pertanian dan peternakan di Indonesia merupakan sumber penghidupan utama
bagi masyarakat pedesaan. Pertanian dan peternakan merupakan sector yang
berkontribusi penting dalam pembangunan nasional Indonesia terutama perannya
dalam pembentukan produk domestic bruto, penyerapan tenaga kerja, sumber
pendapatan masyarakat serta perannya dalam memproduksi produk pertanian
untuk penyediaan pangan, pakan, bahan baku industry dan ekspor.Salah satu
penyebab menurunya hasil pertanian dan peternakan adalah konflik. Penelitian ini
dilakukan di Lahan milik Pemerintah Mbal-mbal Nodi di Desa Mbal-mbal
Petarum Kabupaten Karo yang menjadi lokasi konflik. Penelitian ini
menggunakan konsep teori konflik Ralf Dahrendorf sebagai landasan teori dalam
melihat permasalahan yang terjadi. Metode yang digunakan adalah penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis, proses
dan makna.Informan pada penelitian ini adalah Informan yang paham betul
tentang konflik di lahan milik Pemerintah Mbal-mbal Nodi yang diantaranya
adalah : Kepala desa Mbal-mbal Petarum, Camat Lau baleng, Polsek Mardingding,
Komunitas petani dan Komunitas peternak.Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara mendalam, dokumentasi dan studi kepustakaan. Penelitian ini
mendapatkan hasil bahwa konflik yang terjadi antara komunitas petani dan
komunitas peternak terjadi karena perbedaan cara dan kepentingan dalam
memanfaatkan lahan Pemerintah Mbal-mbal Nodi seluas 2000 Ha. Lahan Mbalmbal
Nodi yang sesuai SK Bupati tahun 1973 adalah untuk perjalangan
(peternakan) dimanfaatkan oleh masyarakat lain sebagai tempat bertani contohnya
bertani jagung. Akibat dari proses pertanian yang sangat kontra dengan
peternakan menjadikan lahan tersebut sangat sensitive akan terjadinya konflik
antar kedua komunitas. Dinamika konflik yang terjadi adalah ketika ternak warga
yang merupakan herbivore (Pemakan tanaman) masuk ke lahan pertanian dan
memakan tanaman pertanian masyarakat sehingga terjadi pengusiran bahkan
penganiyaan hewan yang kemudian tidak dapat diterima begitu saja oleh
komunitas peternak dan akhirnya berujung konflik antara komunitas petani dan
peternak.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti solusi yang
dibutuhkan adalah kebijakan baru yang memiliki aturan mengikat.Masyarakat
yang terlibat konflik mengharapkan terciptanya Perda (Peraturan daerah) yang
nantinya ditetapkan Pemerintah dengan menggandeng dan mempertimbangkan
dari kedua komunitas yang hasil peraturannya dapat bersifat mengikat. Peraturan
yang bersifat mengikat akan berdampak pada keteraturan baru dalam
memanfaatkan lahan Mbal-mbal Nodi tersebut
Collections
- Undergraduate Theses [1027]
