Hubungan Antara Kadar Serum 25-Hidroksi Vitamin D dengan Panjang Aksial, Ketebalan Lensa, dan Kedalaman Bilik Mata Depan pada Mahasiswa Miopia Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
View/ Open
Date
2021Author
Tanjung, Fadhilah Nisa
Advisor(s)
Sari, Mastha Dewi Sari
Amra, Aryani A
Metadata
Show full item recordAbstract
Background
Myopia prevalence has significantly increased especially among medical students. Several studies stated that outdoor light exposure was effective to prevent myopia progression. Outdoor light exposure can be quantitatively measured by 25(OH)D serum level.
Purpose
To determine the correlation between 25(OH)D serum level and axial length, lens thickness and anterior chamber depth in myopic medical student
Methods
This was cross sectional and observational analytical study. The mesurements of this study were refraction examination, ocular biometry using A-scan USG and 25(OH)D ELISA. Statistical analysis used are Kruskal Wallis, ANOVA, Mann Whitney, independent T test dan Spearman correlation with 5% significance.
Result
Total 50 myopic medical students consisted of 24(48%) males participated this study. Mean age was 22,46±1,96 years old. Distribution of low, middle and high myopia were 59%, 30% dan 12% and mean spherical equivalent was -2,94 ± 2,08 D. Mean axial length, lens thickness and anterior chamber depth were 24,40 ± 1,27 mm, 3,61 ± 0,26 mm, dan 3,18 ± 0,42 mm. There’s mean axial length significant difference between myopia degrees (p<0,001). Mean 25(OH)D serum level was 17,73 ± 19,08 ng/ml and majority of students (70%) had vitamin D deficiency. 25(OH)D serum level significantly correlate to axial length (p=0,03, r=-0,411) and anterior chamber depth (p=0,043, r=-0,222), but not correlate to lens thickness (p=0,278)
Conclusion
25(OH)D, as a biomarker of outdoor light exposure, may inhibit anterior chamber depth and axial length elongaton, therefore increasing outdoor light exposure time may prevent myopia progression Latar Belakang
Prevalensi miopia meningkat secara tajam akhir-akhir ini terutama pada mahasiswa fakultas kedokteran. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa paparan cahaya matahari dapat mencegah miopia secara efektif. 25(OH)D dapat digunakan untuk mengukur paparan cahaya matahari.
Tujuan
Untuk menentukan hubungan antara kadar serum 25(OH)D dengan panjang aksial, ketebalan lensa dan kedalaman bilik mata depan pada mahasiswa miopia FK USU.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan refraksi, biometri okular dengan USG A-scan dan ELISA 25(OH)D. Analisa statistik yang digunakan adalah uji Kruskal Wallis, ANOVA, Mann Whitney, T independent dan korelasi Spearman denga nilai signifikansi 5%.
Hasil Penelitian
Sampel penelitian ini adalah 50 mahasiswa miopia yang terdiri atas 24(48%) laki-laki dengan usia rata-rata 22,46±1,96 tahun. Distribusi miopia ringan, sedang dan tinggi adalah 59%, 30% dan 12% dengan rata-rata spherical equivalent -2,94 ± 2,08 D. Rata-rata panjang aksial, ketebalan lensa dan kedalaman bilik mata adalah 24,40 ± 1,27 mm, 3,61 ± 0,26 mm, dan 3,18 ± 0,42 mm serta terdapat perbedaan rata-rata panjang aksial pada ketiga derajat miopia (p<0,001). Mayoritas mahasiwa mengalami defisiensi vitamin D (75%) dengan rata-rata kadar 25(OH)D 17,73 ± 19,08 ng/ml. Kadar 25(OH)D berhubungan secara signifikan dengan panjang aksial (p=0,03, r=-0,411) dan kedalaman bilik mata depan (p=0,043, r=-0,222, namun tidak berhubungan secara signifikan dengan ketebalan lensa (p=0,278).
Kesimpulan
Kadar 25(OH)D berhubungan secara signifikan dengan panjang aksial dan kedalaman bilik mata depan, sehingga upaya meningkatkan kadar 25(OH)D seperti meningkatkan paparan cahaya matahari dapat mencegah perkembangan miopia