Show simple item record

dc.contributor.advisorSihombing, Amin
dc.contributor.authorDasri, Cindi Yolanda
dc.date.accessioned2021-05-17T04:34:54Z
dc.date.available2021-05-17T04:34:54Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/32654
dc.description.abstractJepang merupakan negara maju yang dikenal kuat memelihara tradisitradisi dan budaya leluhurnya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya masyarakat Jepang yang sampai saat ini masih menjalankan dan merealisasikan segala penyembahan dan ritual sehubung dengan kepercayaan yang mereka anut. Negara Jepang sendiri mempunyai keunikan bila dibandingkan dengan negara maju lainnya. Mereka masih mempercayai hal-hal yang berbau mistis dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada setiap tahun baru orang Jepang mempunyai kebiasaan untuk pergi ke kuil dan membeli sovenir kecil yang kemudian melekat pada tas, gantungan kunci, ponsel atau digantung di mobil untuk membawa keberuntungan. sovenir yang berbeda memberikan keberuntungan yang berbeda. Ema adalah pelakat kayu bergambar kuda yang di persembahkan ke kuil. Ema digunakan untuk memohon doa kepada dewa. Penggunaan Ema dalam kehidupan masyarakat Jepang telah dilakukan dari generasi ke generasi. Kepercayaan mereka terhadap ema merupakan pengaruh kepercayaan Shinto sebagai kepercayaan asli orang Jepang. Bagian utama dari bentuk kepercayaan Shinto difokuskan pada doa untuk menghindari nasib buruk dan terhindar dari berbagai penyakit. Doa tersebut ditujukan kepada Kami agar memberikan perlindungan dalam hidup dan mendatangkan keberuntungan serta masa depan yang penuh kesuksesan. Sepanjang tahun kuil dikunjungi para penganut kepercayaan Shinto pada perayaan atau festival yang diadakan berdasarkan kalender Shinto setiap tahunnya. Salah satu kuil Shinto yang ada di Jepang adalah kuil Takekoma yang terletak di kota Iwanuma prefektur Miyagi. Berbeda dengan kuil pada umumnya yang terletak di perbukitan, kuil Takekoma terletak di daerah datar sama dengan lokasi tempat tinggal masyarakat biasa. Dulu ema hanya sebuah papan kayu bergambar kuda namun sekarang memiliki bentuk dan gambar yang beraneka ragam. Biasanya setiap kuil memiliki bentuk ema yang berbeda dari kuil yang lain, Kuil Takekoma sendiri menjual ema bergambar Juunishi ( 十二支) yaitu mengikuti shio pada tahunnya. Orang Jepang menuliskan permohonannya di ema dan di gantungkan di tempat yang telah disediakan di dalam pekarangan kuil. Mereka percaya dengan menuliskan permohonan tersebut di ema maka dewa dapat mendengarkan dan mengabulkan permohonan mereka. Sehingga dapat dikatakan eksistensi ema dikalangan masyarakat Jepang saat ini cukup besar.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.titleAnalisis Bentuk dan Fungsi Ema di Kuil Takekoma Takekoma Jinja Ni Okeru Ema No Keitai To Kinou No Bunsekien_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM160708027
dc.description.pages71 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record