dc.contributor.advisor | Sitompul, Opim Salim | |
dc.contributor.advisor | Suwilo, Saib | |
dc.contributor.advisor | Zarlis, Muhammad | |
dc.contributor.author | Wanayumini | |
dc.date.accessioned | 2021-05-19T07:10:20Z | |
dc.date.available | 2021-05-19T07:10:20Z | |
dc.date.issued | 2021 | |
dc.identifier.uri | http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/32676 | |
dc.description.abstract | Cumulonimbus clouds are one of the earliest formations leading to small-scale
tornadoes known locally in Indonesia as "angin puting beliung" or waterspouts.
Cumulonimbus clouds show some irregular and undefined phenomena called
chaos. However, to ensure that the chaotic phenomenon will cause a whirlwind,
several criteria and characteristics must be met in the problem of classification of
remote sensing. One such criterion is the extreme heat difference marked by the
presence of cumulonimbus clouds. In the cumulonimbus cloud there is a gray
border of the image with certain characteristics such as wavelength, frequency
and color intensity. In addition, the color of the image can also be used as a basis
for determining parameters related to the initial conditions for a whirlwind. In
this study, the Robert method edge detection algorithm is used to obtain the gray
border by extracting irregular patterns in cumulonimbus clouds. Furthermore, the
supervised image classification analysis process uses the Spectral Angle Mapper
algorithm to obtain minimum and maximum value intervals of color intensity
based on spectral angles for initial detection in predicting tornadoes. Spectral
angles enable fast mapping to determine the spectral similarity between the two
spectral layers in the cumulonimbus cloud by calculating the angles between
spectral forms of vector space having the same dimensions color spectrum. The
results of this study indicate that the approach with the Spectral Angle Mapper
produces an interval minimum and maximum of Average Correlation Angle
values of in the training of the tornado image dataset, and the in the
cumulonimbus cloud image dataset testing with an accuracy value between
training and testing the dataset image of 81.48%, precision vaule of 0.80 and
recall value of 0.81. | en_US |
dc.description.abstract | Awan cumulonimbus adalah salah satu formasi awal yang mengarah ke tornado
skala kecil yang dikenal secara lokal di Indonesia sebagai “angin puting beliung”
atau waterspout. Awan cumulonimbus menunjukkan beberapa fenomena tidak
teratur dan tidak terdefinisi yang disebut chaos. Namun, untuk memastikan
fenomena chaos itu akan menyebabkan terjadinya angin puting beliung, beberapa
kriteria dan karakteristik harus dipenuhi dalam masalah klassfikasi penginderaan
jarak jauh. Salah satu kriteria tersebut adalah adanya perbedaan panas yang
ekstrem ditandai adanya awan cumulonimbus. Pada awan cumulonimbus terdapat
batas tepi warna abu-abu yang memiliki batas aturan dalam image seperti panjang
gelombang, frekuensi dan intensitas warna. Selain itu, warna gambar dapat
digunakan juga sebagai dasar untuk menentukan parameter terkait dengan kondisi
awal akan terjadinya angin puting beliung. Dalam penelitian ini, algoritma edge
detection metode Robert digunakan untuk mendapatkan batas tepi warna abu-abu
dengan mengekstraksi pola yang tidak teratur pada awan cumulonimbus.
Selanjutnya melakukan proses analisis supervised image classification
menggunakan algoritma Spectral Angle Mapper untuk mendapatkan interval nilai
minimum dan maksimum intensitas nilai warna berdasarkan sudut spektral untuk
deteksi awal dalam memprediksi akan terjadinya angin puting beliung. Sudut
spektral memungkinkan adanya pemetaan cepat dalam menentukan kesamaan
spektral antara dua spektral pada lapisan-lapisan awan cumulonimbus dengan
menghitung sudut antara spektral membentuk ruang vektor yang berdimensi
sama pada spektrum warna. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan
dengan Spectral Angle Mapper menghasilkan interval nilai minimum dan
maksimum Average Correlation Angle pada training dataset image angin puting
beliung dan pada testing dataset image awan cumulonimbus dengan nilai akurasi
klassifikasi sebesar 81.48%, nilai presisi sebesar 0.80 dan nilai recall sebesar 0.81. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Universitas Sumatera Utara | en_US |
dc.subject | Awan_Cumulonimbus | en_US |
dc.subject | Angin_Puting_Beliung | en_US |
dc.subject | Edge_Detection | en_US |
dc.subject | Fenomena_Chaos | en_US |
dc.subject | Average_Correlation_Angle | en_US |
dc.title | Supervised Image Classification untuk Fenomena Chaos Angin Puting Beliung Berdasarkan Average Correlation Angle | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
dc.identifier.nim | NIM158123008 | |
dc.description.pages | 111 Halaman | en_US |
dc.description.type | Disertasi Doktor | en_US |