Show simple item record

dc.contributor.advisorKusmanto, Heri
dc.contributor.authorFahira, Syalsa Azbila
dc.date.accessioned2021-05-28T07:59:41Z
dc.date.available2021-05-28T07:59:41Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/32761
dc.description.abstractStrategisnya keberadaan Laut China Selatan membuat perselisihan di antara negara-negara yang mempunyai klaim terus terjadi hingga saat ini. Bentangan geografis dan kekayaan sumber daya alam menjadi faktor utama terjadinya persengketaan di wilayah ini. Salah satu wilayah yang selalu disengketa kan ialah Kepulauan Paracel dan Spartly, adapun negara-negara yang terlibat dalam sengketa ini ialah Tiongkok, Filipina dan Vietnam dan ketiga negara lah yang selalu menyuarakan atas klaim-klaim wilayah di Laut China Selatan yang sampai dengan saat ini masih terus terjadi perselisihan di wilayah tersebut. Keagresifan dari masing-masing negara terutama Tiongkok di wilayah sengketa mencuri perhatian dunia bahkan Non-Claimant States seperti Amerika Serikat. Kehadiran Amerika Serikat di wilayah sengketa ini selalu membawa isu terkait kebebasan navigasi dan kepatuhan terhadap hukum internasional. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan riset “Bagaimana keterlibatan Amerika Serikat dalam Sengketa Laut China Selatan di Kepulauan Paracel dan Spratly?” dengan menggunakan metode penelitian analisis kualitatif deskriptif. Penelitian ini juga menggunakan Teori Offence-Defence dalam menjelaskan bagaimana keterlibatan Amerika Serikat di wilayah sengketa Kepulauan Paracel dan Spartly yang dimana klaim antara Vietnam dan Filipina saling tumpang tindih dengan klaim Tiongkok. Tiongkok juga semakin menunjukkan kekuatan militernya nya di wilayah sengketa, yang membuat Vietnam dan Filipina memilih untuk menjalin kerjasama dengan Amerika Serikat dalam rangka memperkuat klaim kedua negara tersebut atas wilayah sengketa. Keterlibatan Amerika Serikat di wilayah tersebut juga berdasarkan atas kepentingan kebijakan luar negerinya untuk Asia yaitu “Pivot to Asia” yang mencakup aspek strategi militer, diplomasi, dan ekonomi. Keterlibatan Amerika Serikat di wilayah sengketa yaitu berupa bantuan atau kerjasama terkait pertahanan militer. Amerika Serikat melakukan latihan gabungan militer di kawasan tersebut dan mengirimkan armada pangkalan militer Angkatan Lautnya di wilayah yang disengketakan. Namun di satu sisi, keterlibatan negara non-claimant ini dapat memberikan tekanan untuk menentang hegemoni Tiongkok di Laut China Selatan, seperti salah satunya yaitu menentang klaim “nine dash line” milik Tiongkok. Sayangnya, keterlibatan non-claimant states ini, alih-alih bertujuan untuk menciptakan perdamaian dan penegakan hukum internasional, di sisi lain justru meningkatkan aktivitas militer di kawasan sengketa karena semakin meningkatkan perasaan keterancaman dan ancaman internasionalisasi isu.en_US
dc.description.abstractThe strategic existence of the South China Sea has caused disputes among countries that have claims to continue to this day. Geographical expanse and natural resource wealth are the main factors causing disputes in this region. One of the areas which is always disputed is the Paracel and Spartly Islands, while the countries involved in this dispute are China, the Philippines and Vietnam and the three countries that have always voiced over territorial claims in the South China Sea which until now are still disputes continue to occur in the region. The aggressiveness of each country especially China in the disputed region stole the attention of the world even Non-Claimant States such as the United States. The presence of the United States in this disputed region always brings issues related to freedom of navigation and compliance with international law. This study aims to answer the research question "How is the involvement of the United States in the South China Sea Dispute in the Paracel and Spratly Islands?" Using descriptive qualitative analysis research methods. This study also uses the Offence-Defense Theory in explaining how the United States is involved in the disputed territories of the Paracel and Spartly Islands where claims between Vietnam and the Philippines overlap with Chinese claims. China is also increasingly showing its military strength in the disputed region, which made Vietnam and the Philippines choose to establish cooperation with the United States in order to strengthen the two countries' claims on the disputed territory. The involvement of the United States in the region is also based on the interests of its foreign policy for Asia, namely "Pivot to Asia" which includes aspects of military strategy, diplomacy, and economics. The involvement of the United States in the area of dispute is in the form of assistance or cooperation related to military defense. The United States conducts joint military exercises in the region and dispatches its fleet of naval military bases in the disputed territory. But on the one hand, the involvement of this non-claimant state can put pressure to oppose the Chinese hegemony in the South China Sea, like one of which is against China's "nine dash line" claim. Unfortunately, the involvement of these non-claimant states, instead of aiming to create peace and international law enforcement, on the other hand actually increases military activity in the disputed region because it further increases the feeling of threat and threat of internationalization of the issue.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectNon-Claimant Statesen_US
dc.subjectSengketaen_US
dc.subjectLaut China Selatanen_US
dc.subjectAmerika Serikaten_US
dc.subjectParacel dan Spratlyen_US
dc.titleKeterlibatan Non-Claimant States dalam Konflik Laut China Selatanen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM160906043
dc.description.pages89 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record