Show simple item record

dc.contributor.advisorManurung, Ria
dc.contributor.authorManalu, Ruth Shania
dc.date.accessioned2021-06-10T06:42:53Z
dc.date.available2021-06-10T06:42:53Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/33015
dc.description.abstractPenelitian ini mengangkat judul Analisis Adaptasi Perempuan Batak Toba Dalam Perkawinan dengan Warga Negara Asing (Studi Deskriptif, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir). Dalam penelitian ini, penulis ingin melihat bagaimana proses interaksi dan adaptasi dua budaya antar keluarga dalam perkawinan perempuan batak toba dengan warga negara asing yang terjadi di Tuktuk Siadong. Tuktuk Siadong merupakan salah satu daerah pariwisata yang memicu terjadinya perkawinan campuran di daerah tersebut. Tujuan dari penelitian ini selain untuk memenuhi syarat akademik adalah untuk mengetahui bagaimana pola-pola adaptasi yang terbentuk dari pasangan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif untuk melihat mengenai proses adaptasi yang dilakukan oleh pasangan campuran antar-negara tersebut dalam kultur-budaya Batak Toba, sebagai alat untuk menganalisis penelitian ini penulis memakai teori interaksi sosial Gillin dan Gillin untuk mengetahui bagaimana proses adaptasi yang dilakukan pasangan perkawinan campuran antara perempuan Batak Toba dengan Warga Negara Asing. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam serta observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pernikahan campuran antara perempuan Batak Toba dengan Warga Negara Asing melalui tiga jalur pengesahan yaitu pengesahan jalur agama, pengesahan jalur catatan sipil, pengesahan jalur adat. Dalam perkawinan campuran ini terdapat aturan yaitu warga negara asing yang bukan orang batak harus melalui upacara pemberian marga. Dengan melakukan perkawinan campuran adanya adaptasi yang dilakukan antar pasangan. Latar belakang budaya yang berbeda menghasilkan cara yang berbeda pula diantara perempuan Batak Toba dengan Warga Negara Asing untuk mampu beradaptasi. Proses adaptasi dilakukan dengan modal yang dimiliki pasangan masing-masing seperti sikap keterbukaan kebudayaan, berkomitmen, saling menghargai akan mempermudah proses penyesuaian antar suami istri, antar keluarga, dan masyarakat setempat walaupun dihadapi dengan culture shock sekalipun. Interaksi anggota keluarga pasangan perkawinan campuran dijalani dengan menggunakan bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahasa Batak Toba, dan bahasa asal suami. Dengan melakukan interaksi sosial secara terus menerus maka tercipta hubungan yang kuat dengan berpartisipasi melewati tahapan dalam adaptasi bentuk penyesuaian dengan mengkompromikan perbedaan kewarganegaraan, adat istiadat dan bahasa.en_US
dc.description.abstractThis research raises the title Analysis of the Adaptation of Batak Toba Women in Marriage with Foreign Citizens (Descriptive Study, Simanindo District, Samosir Regency). In this study, the author wants to see how the process of interaction and adaptation of two cultures between families in the marriage between Batak Toba women and foreign nationals that occurs in Tuktuk Siadong. Tuktuk Siadong is one of the tourism areas that has triggered mixed marriages in the area. The purpose of this study apart from meeting the academic requirements is to find out how the adaptation patterns are formed from the pair. This study used a descriptive qualitative method to see the adaptation process carried out by the mixed pairs between countries in the Toba Batak cultures. As a tool to analyze this research, the writer used Gillin and Gillin's social interaction theory to find out how the adaptation process was carried out. mixed marriages between Toba Batak women and foreign citizens. Data collection was carried out by in-depth interviews and observation and documentation. The results showed that the mixed marriage process between Batak Toba women and foreign nationals went through three ratification channels, namely religious legalization, civil registration legalization, customary legalization. In mixed marriages, there are rules, namely foreign citizens who are not Batak people must go through a clan giving ceremony. By doing mixed marriages, adaptations are made between partners. Different cultural backgrounds produce different ways between Toba Batak women and foreigners to be able to adapt. The adaptation process is carried out with the capital owned by each partner, such as an attitude of cultural openness, commitment, mutual respect, which will facilitate the adjustment process between husband and wife, between families and the local community even though they are faced with culture shock. The interaction of family members of mixed marital couples is carried out using English, Indonesian, Batak Toba and the language of the husband's origin. By carrying out social interactions continuously, a strong relationship is created by participating through stages in the form of adaptation by compromising differences in nationality, customs and language.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectProses Sosialen_US
dc.subjectAdaptasien_US
dc.subjectPerkawinan Campuranen_US
dc.titleAnalisis Adaptasi Perempuan Batak Toba dalam Perkawinan dengan Warga Negara Asingen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM160901064
dc.description.pages102 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record