Show simple item record

dc.contributor.advisorMuliadi, Yuddi
dc.contributor.authorZulkarisya, Putri Nazla
dc.date.accessioned2021-07-06T03:59:59Z
dc.date.available2021-07-06T03:59:59Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/34569
dc.description.abstractAnime ini bertemakan tentang tokoh mencari arti makna warna dunia yang di lihat dari sudut pandang penonton. Anime ini meningkatkan kesadaran untuk melihat kehidupan yang di jalani lebih bermakna. Anime ini berlatar belakangi kehidupan masyarakat Jepang di kehidupan sehari-hari. Anime ini menceritakan tentang Tsukishiro Hitomi yang menyihir dirinya sendiri secara tidak sadar sehingga ia kehilangan warna dunia nya. Dia adalah gadis yang muram, pendiam, serta tidak ingin bergaul, tetapi kepedulian sang nenek terhadap masa depan Hitomi pun menyihir Hitomi kembali ke masa lalu ketika ia masih muda guna untuk membantu Hitomi mencari arti makna warna dunia yang selama ini di lupakannya. Tsukishiro Hitomi merupakan cucu dari Tsukishiro Kohaku. Ketika Hitomi masih balita ia di tinggalkan oleh sang ibu dikarenakan sang ibu merupakan keturunan keluarga Tsukishiro yang pertama kali yang tidak memiliki kemampuan sihir sementara ia melahirkan Hitomi dan Hitomi memiliki kemampuan sihir yang besar, sehingga membuatnya sakit hati dan meninggalkan Hitomi saat ia masih balita. Ditinggalkan sang ibu membuat Hitomi menutup dirinya dengan dunia luar dan membuatnya tidak ingin bergaul dengan siapapun, sehingga ia kehilangan warna dunia nya, membenci sihir, dan membuatnya tidak dapat melihat warna lagi. Tsukishiro Kohaku yang melihat kondisi cucu nya pun turut prihatin. Ia pun menciptakan sihir waktu agar Hitomi kembali ke masa lalu saat Kohaku masih sebaya dengan Hitomi, kehidupan sehari-hari Hitomi pun berubah setibanya ia di tahun 2018. Dimulai saat ia tersesat tidak mengerti peta pada tahun 2018 berawal enggan meminta tolong kepada warga sekitar tetiba 3 orang siswa menghampirinya dan menanyakan apa ia tersesat, hitomi pun tidak berani mengatakan apapun karena mereka adalah orang asing bagi Hitomi, tapi salah satu siswi yang bernama Kawai Kurumi menjelaskan bahwasannya mereka bukan orang jahat, dari situ adalah awal mula interaksi sosial Hitomi dengan teman seusianya. Setibanya waktu kepulangan Hitomi kembali ke masa depan membuat temantemannya merasa sedih, dan ingin membantu Hitomi agar tidak terjebak di celah waktu. Hitomi tidak ingin kembali ke masa depan ia ingin tetap merada di tahun 2018 tetapi kalau ia melakukan itu ia akan terserap ke dalam celah waktu dan tidak dapat kembali ke masa lalu atau pun masa depan, sehingga ia pun mau kembali ke masa depan. Pada saat pemulangan Hitomi sihir waktu yang di gunakan Kohaku mendadak mengalami gangguan dan membuat Hitomi terserap kedalam sihir, Yuito yang melihat itu pun masuk ke dalam sihir di mana sihir itu adalah alam bawah sadarnya Hitomi. Sebelum mereka keluar dari alam bawah sadarnya Hitomi Yuito mengatakan semua perasaannya kepada Hitomi dan membuat Hitomi membuka matanya dan membuatnya tidak menutup dirinya sendiri sehingga sihir yang terpasang pada dirinya sendiri menghilang, dan membuat Hitomi dapat melihat warna nya kembali. Hasil dari penelitian ini adalah nilai interaksi sosial yang terkandung di dalam anime Irozuku Sekai no Ashita Kara” karya Natsuka Yashio, pertama berubahnya sikap Hitomi dalam pergaulan, memunculkan nilai kepedulian di dalam dirinya, menciptakan interaksi yang selama ini belum pernah di alami nya, dapat bekerja sama dalam kepentingan bersama untuk mencapai tujuan, mengalami konflik yang belum pernah terjadi dalam hidupnya dengan teman seusianya. Dan menciptakan hubungan yang erat dengan teman-teman nya dalam kehidupan sosial. Nilai sosial yang terkandung adalah nilai kekeluargaan dimana saat ditinggalkan sang ibu Hitomi pun tidak memiliki apa arti nilai kekeluargaan, tetapi saat di tahun 2018 ia mengerti apa yang di maksud nilai kekeluargaan dimana ada ibu ayah serta nenek dan saudara di dalam lingkungan rumah, ia pun menjadi sering bercerita kepada anggota keluarganya dan menjadi kepribadian yang terbuka. Ada pula nilai tolong-menolong, dimana Hitomi bisanya selalu sendiri dan ia pun merubah kepribadiannya dan memunculkan nilai tolongmenolong kepada teman-temannya. Nilai dari tokoh utama Tsukishiro Hitomi adalah memiliki sikap yang mau berubah menjadi kepribadian yang lebih baik lagi,mencoba melakukan hal yang di benci menjadi tidak di benci lagi. Memiliki pemikiran solidaritas tinggi terhadap teman dan kepada keluarga. Menghargai satu sama lain. Walau terjadinya konflik beberapa kali tetapi ia berfikir bahwa dari konflik tersebut pasti akan tercipta ikatan yang kuat antar teman dan menjadikan ikatan itu menjadi ikatan persahabatan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectAnalisis Sosiologien_US
dc.subjectAnimeen_US
dc.subjectIrozuku Sekai No Ashita Karaen_US
dc.titleAnalisis Sosiologi Tokoh Utama dalam Anime “Irozuku Sekai No Ashita Kara” Karya Natsuka Yashioen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM160708053
dc.description.pages111 Halamanen_US
dc.description.typeSkripsi Sarjanaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record