Pengaruh Kemoterapi Terhadap Fungsi Hati Penderita Karsinoma Nasofaring di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Abstract
Background. Nasopharyngeal carcinoma is the most common malignancy found in the upper
respiratory tract, ranks first in head and neck. Cisplatin, as first generation platinum, was found as an
anti-tumor and anti-cancer that is widely used in various malignancies, including nasopharyngeal
carcinoma. However, this anti-cancer agent may cause side effects and one of them is hepatotoxicity.
Objectives. This study aims to determine the correlation between chemotherapy and hepatic function on
patients with nasopharyngeal carcinoma. Methods. This research is an analytic research with crosssectional
method. Data were obtained from medical records of patients with nasopharyngeal carcinoma
who had undergone chemotherapy Results. The result showed 25 subjects, of which 17 men (68%) and
8 women (32%) with mostly affected age group are aged 41-50 years (28%). The subjects were
diagnosed with nasopharyngeal carcinoma mostly at stage IV, as many as 14 people (56%). Hepatic
function shown in this study were Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) were changed
after chemoradiotherapy with average increase level of 10,2 U/L (40,9%) and Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase (SGPT) with average increase level of 2,08 U/L (7,84%). Conclusion. This study suggests
patients with nasopharyngeal carcinoma is more common in men with adult age group (41-50 years)
and are often diagnosed at stage IV. Results gained from the study were increased levels of SGOT and
SGPT, though there is no evidence that shows that chemotherapy affects hepatic function as its side
effects. Latar Belakang. Karsinoma nasofaring merupakan keganasan tersering pada traktus aerodigestivus
bagian atas yang mendudukin peringkat pertama di daerah kepala dan leher. Cisplatin sebagai agen
anti-tumor dan anti-kanker platinum generasi pertama telah digunakan secara luas sebagai kemoterapi
pada berbagai jenis keganasan, termasuk karsinoma nasofaring. Meskipun aktivitas anti-kanker
cisplatin sangat baik, namun penggunaan terapi ini secara klinis sering kali dibatasi oleh efek
sampingnya yang serius, salah satunya hepatotoksisitas. Tujuan. Mengetahui hubungan kemoterapi
terhadap kadar Serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase (SGPT), alkaline phosphatase (ALP), dan serum bilirubin penderita karsinoma nasofaring
di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2015-2016. Metode. Penelitian ini adalah penelitian analitik
dengan desain cross-sectional menggunakan pendekatan retrospektif dimana data yang diambil
merupakan data-data yang telah ada sebelumnya. Hasil. Dari hasil penelitian diperoleh 25 subjek,
dimana 17 orang laki-laki (68%) dan 8 orang perempuan (32%) dengan kelompok umur tersering
terkena karsinoma nasofaring adalah umur 41-50 tahun (28%). Para subjek terdiagnosa karsinoma
nasofaring paling banyak pada stadium IV, yaitu sebanyak 14 orang (56%). Fungsi hati yang dilihat
pada penelitian ini adalah kadar SGOT yang mengalami perubahan setelah kemoradioterapi berupa
peningkatan kadar rata-rata sebesar 10,2 U/L (40,9%) serta SGPT yang juga mengalami peningkatan
kadar rata-rata sebesar 2,08 U/L (7,84%). Kesimpulan. Dari penelitian ini disimpulkan pasien
karsinoma nasofaring yang lebih sering terjadi pada pria dengan kelompok umur dewasa (41-50 tahun).
Pasien sering terdiagnosa pada stadium IV dan memerlukan kemoterapi. Meskipun terdapat
peningkatan kadar rata-rata SGOT dan SGPT, namun tidak ditemukan adanya bukti bahwa kemoterapi
mempunyai efek samping berupa penurunan fungsi hati pada penelitian ini.
Collections
- Undergraduate Theses [2258]