| dc.contributor.advisor | Simanjuntak, Junjungan SBP | |
| dc.contributor.author | Pakpahan, Berton | |
| dc.date.accessioned | 2021-07-08T02:42:07Z | |
| dc.date.available | 2021-07-08T02:42:07Z | |
| dc.date.issued | 2021 | |
| dc.identifier.uri | http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/35062 | |
| dc.description.abstract | Social movement is one of the determining factors of social change in the modern era. In an effort to bring about change, social movements are designed with a variety of relevant patterns. The various patterns that are carried out to achieve the objectives in accordance with the collective desire is a mutually agreed pattern to respond to the facts that develop in society. The pattern of diverse social movements is a phenomenon in every era and applies as an opposition to stability. Social change is synonymous with the paradigm of development from traditional to modern society. This view breeds the stigma of first world countries and third world countries. In the view of the perpetrators of the social movement it is full of injustice. One of the social movements that judge the appearance of injustice because of this view is Kobar Germasu. The research aims to know the formation process, to know what strengthens the organizational ties so that students contribute to the movement and to know how the pattern of social movement Kobar Germasu in an effort to realize social change. This research is descriptive research with qualitative approach using interview methods and documentation to find data. The informants interviewed were four activists who were involved and understood the situation of Kobar Germasu with reinforced by previous documentation. The results of this study found the process of forming Kobar Germasu began from the reflection of the North Sumatra student movement in a meeting of a group of students on Barsdem's birthday at the secretariat on April 20, 2017. From there they activated the discussion culture until finally agreed to consolidate the student movement to expand the network. The main cause of the binding of solidarity between these organizations is the same disagreement on government systems and policies coupled with student backgrounds that are synonymous with idealism. Lastly, the pattern of social movements in the form of discussions once a week in secretary by rolling (changing places), WA groups as a space for brainstorming, campaigns through flayers, leaflets, making posters and sharing on social media or sticking to the wall, communication by phone and chat, mutual funding search and through the method of CK (collective—researcher), division of duties with sector handlers (e.g. fishing sector by si A and exemplary sector by the B) as a consolidated advocate , making street libraries, lapak cukil, and campus guerrilla. | en_US |
| dc.description.abstract | Gerakan sosial menjadi salah satu faktor penentu perubahan sosial dalam era modern. Dalam upaya mewujudkan perubahan, gerakan sosial dirancang dengan beragam pola yang relevan. Pola-pola beragam yang dilakukan untuk mencapai tujuan sesuai dengan keinginan kolektif merupakan pola yang disepakati secara bersama untuk merespon fakta yang berkembang di masyarakat. Pola gerakan sosial yang beragam merupakan fenomena tersendiri di setiap jamannya dan berlaku sebagai oposisi terhadap kemapanan. Perubahan sosial identik dengan paradigma perkembangan dari masyarakat tradisional menuju modern. Pandangan ini melahirkan stigma negara dunia pertama dan negara dunia ke tiga. Dalam pandangan pelaku gerakan sosial hal tersebut sarat akan ketidakadilan. Salah satu gerakan sosial yang menilai munculnya ketidakadilan karena pandangan tersebut adalah Kobar Germasu. Penelitian bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan, untuk mengetahui apa yang memperkuat ikatan organisasi sehingga mahasiswa berkontribusi dalam gerakan dan untuk mengetahui bagaimana pola gerakan sosial Kobar Germasu dalam upaya mewujudkan perubahan sosial. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara dan dokumentasi untuk menemukan data. Informan yang diwawancarai adalah empat orang aktivis yang terlibat serta paham akan situasi Kobar Germasu dengan diperkuat oleh dokumentasi sebelumnya. Hasil penelitian ini menemukan Proses pembentukan Kobar Germasu diawali dari refleksi gerakan mahasiswa Sumatera Utara dalam pertemuan sekelompok mahasiswa pada hari ulang tahun Barsdem di sekretariat pada tanggal 20 April 2017. Dari sana kemudian mereka mengaktifkan budaya diskusi hingga akhirnya menyepakati melakukan konsolidasi gerakan mahasiswa untuk memperluas jejaring. Penyebab utama pengikat solidaritas antar sesama organisasi tersebut adalah ketidaksepakatan yang sama pada sistem dan kebijakan pemerintah ditambah dengan latar belakang kemahasiswaan yang identik dengan idealisme. Terakhir, pola gerakan sosial berupa diskusi sekali seminggu di sekret-sekret dengan melakukan rolling (ganti tempat), grup WA sebagai ruang bertukar pikiran, kampanye melalui flayer, selebaran, membuat poster dan membagikan di media sosial maupun menempel didinding, komunikasi melalui telepon dan chat, pencarian dana bersama dan melalui metode CK (kolektif—peneliti), pembagian tugas dengan penanggung jawab sektor (misalnya sektor Pancing oleh si A dan sektor teladan oleh si B) sebagai pengundang konsolidasi, membuat perpustakaan jalanan, lapak cukil, dan gerilya kampus. | en_US |
| dc.language.iso | id | en_US |
| dc.publisher | Universitas Sumatera Utara | en_US |
| dc.subject | Pola Gerakan Sosial | en_US |
| dc.subject | Kobar Germasu | en_US |
| dc.subject | Perubahan Sosial | en_US |
| dc.subject | Konsolidasi Akbar | en_US |
| dc.title | Pola Gerakan Sosial dalam Upaya Mewujudkan Perubahan Sosial Studi Kasus Konsolidasi Akbar Gerakan Mahasiswa Sumatera Utara (Kobar Germasu) 2017 | en_US |
| dc.type | Thesis | en_US |
| dc.identifier.nim | NIM150901072 | |
| dc.description.pages | 114 Halaman | en_US |
| dc.description.type | Skripsi Sarjana | en_US |