Show simple item record

dc.contributor.advisorIlyas, Syafruddin
dc.contributor.advisorWidhiastuti, Retno
dc.contributor.authorLingga, Rahmad
dc.date.accessioned2021-07-12T05:41:31Z
dc.date.available2021-07-12T05:41:31Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/35502
dc.description.abstractPenelitian mengenai jamur endofit telah dilakukan lebih dari 20 tahun yang lalu (Clay dan Schardl, 2002). Hampir setiap bagian tanaman telah berhasil ditemukan jamur endofit, baik pada daun, batang dan akar (Bayman et al. 1997, Gamboa et al. 2002, Arnold et al. 2003). Pertanyaan tentang mengapa jamur endofit tersebut berada dalam jaringan inangnya, serta bagaimana mekanisme dan cara masuknya jamur endofit tersebut belum terjawab dengan tuntas sampai saat ini. Ada beberapa hipotesis yang berkembang mengenai fungsi ekologi dan fisiologi jamur endofit beserta interaksinya dengan tumbuhan inangnya. Akan tetapi, sebagian besar hipotesis tentang fungsi ekologis dan fisiologis dari jamur endofit tersebut bersifat sangat spesifik dan biasanya tidak dapat diaplikasikan pada kelompok tanaman yang lebih luas. Jamur endofit mungkin memberikan perlindungan pada tanaman inang dari serangan patogen atau faktor biotik yang mengganggu inangnya (Ramsey, 2005). Bukti tentang toleransi terhadap cekaman lingkungan yang diberikan oleh beberapa endofit telah diketahui mampu menjelaskan fenomena tentang proses adaptasi habitat. Curvularia protuberata telah ditemukan mengkolonisasi Dichanthelium lanuginosum, yang memberikan toleransi panas pada tanaman yang tumbuh di tanah geotermal, Taman Nasional Yellowstone, USA. Ketika ditumbuhkan secara terpisah, jamur dan tumbuhan tidak dapat bertahan hidup pada suhu >380 C (Redman et al. 2002). Lebih jauh lagi, isolat C. protuberata dari tanaman non geotermal tidak dapat memberikan toleransi terhadap panas (Rodriguez et al. 2008). Contoh lain melibatkan Leymus mollis, yang tumbuh pada pantai berbatu di Puget Sound, Washington, USA, yang umumnya dikolonisasi oleh Fusarium culmorum. Endofit tersebut memberikan toleransi terhadap kadar garam kepada tanaman inangnya. Dengan membandingkan isolat Fusarium culmorum dari pantai dengan non pantai, diperoleh hasil bahwa hanya isolat pantai memberikan toleransi terhadap kadar garam pada tanaman inangnya (Rodriguez et al. 2008). Penjelasan yang mungkin melibatkan proses dinamika evolusioner dalam proses pengambilan tempat pada habitat yang berbeda yang menghasilkan adaptasi jamur pada cekaman habitat yang khusus. Oleh sebab itu, dihipotesiskan bahwa simbiosis adaptasi habitat memungkinkan tumbuhan untuk tumbuh dan bertahan pada cekaman lingkungan yang tinggi (Rodriguez dan Redman 2008).Pengetahuan tentang biologi dasar dari jamur endofit, khususnya endofit hutan sampai saat ini sangat sedikit. Seperti kebanyakan jamur, kehidupan jamur endofit juga tergantung pada faktor-faktor lingkungan seperti cahaya, pH, kelembaban, nutrisi, kompetisi, dan suhu. Keberadaan jamur endofit pada tumbuhan yang beradaptasi pada lingkungan tertentu tentunya juga dipengaruhi oleh faktor abiotik lingkungan tempat inangnya berada.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectJamur Endofiten_US
dc.subjectMentigien_US
dc.subjectKawah Gunung sinabungen_US
dc.titleBeberapa Aspek Ekologi Jamur Endofit pada Mentigi (Vaccinium Varingiaefolium) di Kawah Gunung Sinabung Sumatera Utaraen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM107030008
dc.description.pages52 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record