Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Putus Berobat pada Penderita Tuberkulosis Paru di Medan
View/ Open
Date
2015Author
Gunawan, Dede
Advisor(s)
Amir, Zainuddin
Sinaga, Bintang YM
Zaluchu, Fotarisman
Metadata
Show full item recordAbstract
ABSTRAK
Pendahuluan
Pasien TB paru sering menghentikan pengobatan sebelum waktunya. Hal ini mengakibatkan meningkatnya mortalitas dan morbiditas serta risiko menularkan ke orang lain. Banyak faktor yang menyebabkan pasien TB paru menghentikan pengobatannya.
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab putus berobat pada penderita TB paru di Medan, Indonesia.
Metode
Penelitian ini dilakukan di beberapa pusat pelayanan TB paru di Medan, Indonesia, sejak Agustus 2013 sampai Januari 2014. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah pasien TB paru yang pernah putus berobat sebanyak 63 orang. Sedangkan pasien TB paru katagori I yang tidak pernah putus berobat (dan sudah dinyatakan sembuh sewaktu pengambilan data) sebanyak 63 orang dijadikan sebagai pembanding. Pengambilan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara.
Hasil
Pada penelitian ini tidak ada perbedaan yang signifikan antara pasien yang putus berobat dengan yang tidak putus berobat (p>0.05) pada variabel jenis kelamin, kelompok umur, dan tingkat pendidikan. Pada kelompok putus berobat Subjek laki-laki lebih banyak daripada perempuan (63.50% vs 36,50%), kelompok umur terbesar adalah 46-55 tahun (31.70%), tingkat pendidikan SMP-SMA (77,80%).
Faktor yang tidak signifikan berbeda (p>.0.05) dalam menghentikan pengobatan pada pasien TB paru yang putus berobat dibandingkan dengan yang tidak putus berobat adalah tahu lama pengobatan, adanya co-morbid, biaya pengobatan. Sedangkan faktor yang signifikan dalam menghentikan pengobatan adalah jarak rumah ke pelayanan kesehatan, efek samping obat, merasa sudah enakan, dan tidak mengetahui risiko jika menghentikan pengobatan (p<0.05). Penyebab terbanyak pasien TB paru putus berobat adalah karena faktor merasa sudah sembuh(46.03%) dan perburukan penyakit (31.74%).Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. Setiap tahun ada sekitar 9 juta kasus baru TB, dengan2 juta orang meninggal karena penyakit tuberkulosis. Tuberkulosis paru banyak dijumpai di seluruh negara, tetapi kasus tertinggi (85%) terjadi di Afrika (30%)dan Asia (55%), dengan India dan Cina mencakup 35% dari semuakasus dunia. Didapati 22 negara dengan beban tinggi TB atau high-burdens countries (HBCs) yang mencapai sekitar 80% dari kasus TB di dunia,dan yang telah diberikan perhatian khusus dalam pengendalian TB sejak sekitar tahun2000. TB parumerupakan penyebab utama kematian peringkat kedelapan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (ketujuh untuk pria dan kesembilan untuk perempuan).1 Menurut Hasker E dkk, Belgia 2008, bahwa penyebab putus berobat pada pasien TB paru banyak di sebabkan oleh jenis kelamin dan usia. Selain itu faktor sosial berupa status perkawinan dan status pekerjaan juga berperan penting. Faktor risiko lain adalah penyakit bersamaan, infeksi HIV, mantan narapidana, tunawisma, penggangguran, migrasi, penyalahgunaan alkohol dan penggunaan narkoba jenis suntikan.2
Menurut penelitian Silva Garrido M dkk di Brazil 2012, bawa penyebab putus berobat pasien TB paru di negara Amazona adalah tingkat pengetahuan, jarak dari pelayanan kesehatan, efek samping obat, jenis kelamin, usia, penggunaan obat-obatan saat dirawat inap dan selama pengobatan, riwayat penyakit paru sebelumnya dan infeksi TB / HIV.Dalam pengobatan TB paru, putus berobat merupakan sebuah persoalan besar, Kemungkinan putus berobat pada pasien TB lebih tinggi pada pasien yang sudah pernah meninggalkan pengobatan sebelumnya3.
Collections
- Master Theses [183]