dc.description.abstract | LATAR BELAKANG: Disfungsi seksual sangat sering terjadi pada wanita dibandingka pria. Dimana pada wanita , disfungsi seksual ini akan meningkat di masa transisi menopause sampai akhir dari menopause.
TUJUAN: Untuk menganalisa perbedaan fungsi seksual wanita pada masa premenopause dan pascamenopause dan mengetahui fungsi seksual pada wanita premenopause dan pascamenopause di RSUP H.Adam Malik Medan dan RSU Jejaring Kota Medan
METODE: Penelitian ini merupakan studi analitik dengan rancangan studi potong lintang (cross sectional study) yang dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP.H Adam Malik Medan dan Rumah sakit Jejaring pada wanita usia 40-65 tahun yang berkunjung ke poli klinik Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan dan Rumah sakit jejaring. Penentuan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Data dianalisis dengan cara deskriptif dengan menampilkan tabel distribusi frekuensi. Untuk melihat hubungan antar variabel digunakan uji chi square dengan p value <0,05 dipertimbangkan signifikan secara statistik.
HASIL: Pada Penelitian ini dijumpai score total indeks fungsi seksual pada wanita masa premenopause dengan mean 32,05 ± 3,05 lebih tinggi dari pada pascamenopause dengan mean 27,14 ± 3,34 dan secara statistik dengan t-test independent didapati perbedaan rerata nilai indeks fungsi seksual yang signifikan dengan p-value <0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pascamenopause memberikan pengaruh terhadap penuruan skor indeks fungsi seksual secara signifikan pada wanita. Dari 22 wanita kelompok wanita premenopause, umumnya tidak mengalami disfungsi seksual sedangkan pada wanita kelompok pascamenopause, umumnya mengalami disfungsi seksual. Secara statistik dengan uji Chi-square menunjukkan ada perbedaan yang signifikan terhadap disfungsi seksual wanita masa premenopause dan pascamenopause (p<0,05). Pada Penelitian ini dijumpai bahwa pada wanita premenopause sebagian besar adalah normoweight dan overweight dan tidak mengalami disfungsi seksual. Secara statistik dengan uji Fisher Exact didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna terhadap kondisi BMI dengan fungsi seksual wanita pada masa premenopause (p>0,05). Pada wanita pascamenopause sebagian besar memiliki BMI yang normoweight dan overweight dan mengalami disfungsi seksual. Secara statistik dengan uji Continuty correction didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna terhadap kondisi BMI dengan fungsi seksual wanita pada masa pascamenopause (p>0,05). Kesimpulan: Pada penelitian ini dijumpai bahwa jumlah wanita dengan disfungsi seksual , lebih tinggi pada masa pascamenopause dibandingkan wanita premenopause dan secara statisitk berbeda signifikan. Kondisi BMI pada wanita premenopause dan pascamenopause dengan kejadian disfungsi seksual tidak memiliki hubungan yang signifikan. | en_US |