Perbedaan Cognitive Performance antara Anak yang Terinfeksi Cacing Usus dengan Tidak Terinfeksi Cacing Usus
View/ Open
Date
2006Author
Ritarwan, Kiking
Advisor(s)
Nasution, Darulkutni
Arrasyid, Nufrida Khairina
Arma, Abdul Jalil Amri
Metadata
Show full item recordAbstract
Soil transmitted helminthiases is one of the problem in people's healthy, especially in developing countries. In Indonesian, the prevalence is high (60-80%) in the school age children (Hadidjaja et ai, 1998). WHO estimated more than 1 billion people suffered this worm infection, especially its transmission is by soil and about 400 million infect children (WHO, 1996). In mild infection, it was found growth abnormality that it caused reduced cognitive function and malnutrition for children in endemic area (Khuroo, 1996). More over, worm infection related to changing education. Helminthiases has closed relationship with human quality, because it can influence healthy, nutritional status, intelligentsia, productivity and low economic status (Pasaribu, 2003). In Indonesia, intestine worm parasite which is often met at human being is Nematoda class, like roundworm (Ascaris lumbricoides), hookworm (Necator americanus and Ancylostoma duodenale), whipworm (Ttichutis trichiura), pin worm (Entrobius vermicularis), while Strongyloides stercoralis seldom be reported. Among Nematoda class intestine class which many is roundworm infection (Ascaris lumbricoides). This infection Nematoda intestine represent chronic infection which at most child and school age child of base which high prevalence especially Ascaris lumbricoides infection ranging from 35 - 98 % (Maharani, 2005). The method of this research is randomized control trial pretest- posttest group. It was done on August until November 2006 in 2 Panti Asuhan in Medan regency. The aim of this study is to describe cognitive function for soil transmitted helminthiases. The population of this study performed Kato-Katz, after that we divided two group (positive and negative helminthes group) that has be done by randomization. We gave albendazole 400 mg and placebo between pretest and post test with range of this study 0 month and 3 month. The youngest is 8 years old and the oldest is 13 years old. Female (58,8%) is more than male. Cure rate after 3 months on A. lumbricoides 79,2%, T. trichiura 66,7% and Hookworm 28,6%. There is significantly different on weight, height, and hemoglobin levels between pre and posttest (p =0,000). There isn't any significant differences on nutritional status between a month and 3 months (p > 0,05). There are significantly differences on information test, picture completion and block design between pre and posttest (p 0,05). In conclusion: There are significantly differences on cognitive performance between worm infection and without worm infection Key words: Soil Transmitted Helminthiases, growth abnormality, nutritional status, cognitive performance. Penyakit infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminthiasis) masih merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat terutama di negara sedang berkembang. Indonesia prevalensinya tinggi 60 - 90% pada anak usia sekolah dasar (Hadidjaja dkk,1998). WHO memperkirakan lebih dari 1 milyar penduduk dunia menderita infeksi cacing usus, terutama penularannnya melalui tanah dan kira-kira 400 juta diantaranya menyerang anak-anak (WHO, 1996). Pada infeksi sedang, sering ditemukan gangguan pertumbuhan yang menyebabkan berkurangnya fungsi kognitif dan gangguan gizi pada anak di daerah endemik (Khuroo, 1996). Selain itu, adanya infeksi kecacingan pada anak-anak sekolah dasar mempunyai hubungan dengan perubahan pendidikan. Kecacingan mempunyai kaitan yang erat dengan kualitas sumber daya manusia, karena dapat mempengaruhi kesehatan, status gizi, intelegensia (kecerdasan), produktivitas dan ekonomi penderita (Pasaribu, 2003). Di Indonesia, parasit cacing usus yang tersering dijumpai pada manusia adalah kelas Nematoda, seperti cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), cacing cambuk (Trichuris trichura), cacing keremi (Enterobius vermicularis), sedangkan Strongyloides stereoralis jarang dilaporkan. Diantara kelas Nematoda usus yang terbanyak adalah infeksi cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Infeksi Nematoda usus ini merupakan infeksi kronik yang paling banyak menyerang anak balita dan anak usia sekolah dasar dengan prevalensi yang sangat tinggi terutama infeksi Ascaris lumbricoides yang berkisar antara 35 - 98% (Maharani, 2005). Penelitian ini berupa Randomized Control Trial pre-test dan post-test group yang dilakukan Agustus 2006 - November 2006, pada dua Panti Asuhan di Kodya Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui fungsi kognitif penderita infeksi cacing usus. Fungsi kognitif yang dipergunakan adalah test Wechsler Intelligence scale for Children. Pada populasi dilakukan pemeriksaan Kato-katz, kemudian populasi dibagi atas kelompok cacing positif dan kelompok cacing negatif yang dilakukan secara random. Antara pre-test dan post-test diberikan masing-masing obat Albendazole 400 mgl dosis tunggal dan plasebo dengan rentang pengamatan 0 dan 3 bulan. Umur termuda 8 tahun dan tertua 13 tahun. Wanita (58,8%) lebih banyak ditemukan dibandingkan laki-laki. Cure rate 3 bulan pengobatan terhadap infeksi A. lumbricoides 79,2%, T. trichiura 66,7% dan Cacing tambang 28,6%. Terdapat perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah pengobatan antara berat badan, tinggi badan dan kadar hemoglobin (p= 0,000). Status nutrisi pada awal dan 3 bulan pengobatan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p > 0,05). Pada pemeriksaan WISC, dijumpai perbedaan yang bermakna pada variabel test information, picture completion dan block design (p < 0,05). Distribusi IQ awal dan akhir pada kelompok infeksi Soil transmitted Helminths tunggal dan campuran adalah sama (p > 0,05). Dapat diambil kesimpulan: Adanya perbedaan cognitive performance antara anak yang terinfeksi cacing dengan tidak terinfeksi cacing Kata kunci : Infeksi cacing usus, gangguan pertumbuhan dan status nutrisi, cognitive performance.