Efikasi Monoterapi Artesunate dengan Gabungan Artesunate-amodiakuin pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi pada Anak
View/ Open
Date
2008Author
Silvana, Sisca
Advisor(s)
Pasaribu, Syahril
Irsa, Lily
Metadata
Show full item recordAbstract
Background. On the latest 2004, Department of Health, Republic of Indonesia had changed the standard treatment of falciparum malaria into artesunate-amodiakuin combination. This was caused by previous malaria drugs have been resistant. We need to find alternative drug if this combination drug is not available. Objective. To compare the efficacy of artesunate-amodiakuin combination with artesunate monotherapy, as the treatment for uncomplicated falciparum malaria in children. Methods. This randomized open label clinical trial was undertaken from August to September 2006 at Mandailing Natal, North Sumatera Province. This study was done at 5 – 18 years old children with positive Plasmodium falciparum from the peripheral blood smear. Group I received artesunate 4 mg/kg combined with amodiakuin 10 mg/kg orally for 3 days. Group II received artesunate 4 mg/kg orally at the first day and 2 mg/kg for 6 days. Parasitemia was counted on day 0, 2, 7 and 28. Pearson chi-square and Wilcoxon signed rank test used in this study. Results. After 28 days follow-up, 114 children in group I and 112 children in group II fulfilled the inclusion criteria and finished the study. At both group, 100% cure rate was achieved from peripheral blood smear examination at 2nd day (P=0,001). There was no recrudescence for both group at 7th and 28th day (P=1,000). Headache, vomiting and tinnitus were found as side effect in group I and none in group II. Conclusion. Artesunate monotherapy can be used as alternative treatment for uncomplicated falciparum malaria in children. Latar belakang. Sejak akhir tahun 2004, Departemen Kesehatan Republik Indonesia melakukan perubahan standar pengobatan malaria falsiparum dengan menggunakan gabungan artesunate-amodiakuin. Hal ini dikarenakan obat malaria sebelumnya banyak mengalami resistensi. Pada kondisi dimana obat kombinasi ini tidak tersedia maka perlu dicari obat alternatif lain. Tujuan. Membandingkan efikasi gabungan artesunate-amodiakuin dengan monoterapi artesunate sebagai pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi. Metode. Suatu penelitian uji klinis acak terbuka yang dilakukan sejak bulan Agustus hingga September 2006 di Kabupaten Mandailing Natal, Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan terhadap anak usia 5 sampai 18 tahun yang positif Plasmodium falciparum pada apusan darah tepi. Kelompok I mendapat artesunate 4 mg/kgbb dan amodiakuin 10 mg/kgbb per oral selama 3 hari. Kelompok II mendapat artesunate 4 mg/kgbb pada hari 1 kemudian 2 mg/kgbb per oral selama 6 hari. Parasitemia dihitung pada hari 0, 2, 7 dan 28. Uji kai-kuadrat dan uji Wilcoxon signed rank digunakan pada penelitian ini. Hasil. Setelah pengamatan 28 hari, 114 anak di kelompok I dan 112 anak di kelompok II memenuhi kriteria inklusi dan dapat menyelesaikan penelitian. Pada kedua kelompok didapatkan angka kesembuhan 100% dari pemeriksaan apusan darah tepi pada hari ke-2 (P=0,001). Tidak ditemukan adanya rekrudensi pada kedua kelompok pada hari ke-7 dan 28 (P=1,000). Pada kelompok I ditemukan adanya efek samping sakit kepala, muntah dan tinnitus sedangkan pada kelompok II tidak ada efek samping. Kesimpulan. Monoterapi artesunate dapat digunakan sebagai terapi pilihan untuk pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi pada anak.
Collections
- Master Theses [351]