Infestasi Ektoparasit pada Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Lingkungan Budidaya Ikan Sistem Race-Way Water
View/ Open
Date
2009Author
Hendriyanto, Dedy Arief
Advisor(s)
Munir, Erman
Suryanto, Dwi
Chairuddin
Metadata
Show full item recordAbstract
The research is to know the infestation of parasite on tiger grouper
(Epinephelus fuscoguttatus) as indicator of water quality and to know the influence of
water quality by parasites incidency had been conducted on April to may 2009 at
Laboratory of Fish Quarantine Regional Office of Polonia and fish culture pond
belonging of UD. Sundoro as field examination. The research was carried out using
descriptive and correlation method. Data was analized by estimating incidency and
intensity value form ectoparasite on fish. Analysis of regression and correlation was
used to study the influence of water quality to ectoparasite intensity.
The result of analysis showed that the water quality of pond 1st are :
temperature 30-34o C (upper surface) and 31-37o C (30-40 cms under surface);
salinity 20-26 ppt; DO 5.64 mg/L; pH 7.29; ammonia 0.93 mg/L and nitrite 0.02
mg/L. Parameters of pond 2nd are temperature 30-340 C (upper surface) and 32-37o
C (30-40 cm under surface); salinity 20-26 ppt; DO 6.39 mg/L; pH 7.36; ammonia
0.68 mg/L and nitrite 0.021 mg/L.
Ectoparasites of Diplectanum sp., Trichodina sp. and Tetrahymena sp. were
found in gill, whereas Benedenia sp. and Trichodina sp. were found in skin mucus.
The highest incidency rate of pond 1st on gill was Diplectanum sp. (86.1%), on skin
mucus was Benedenia sp. (31.9%). Total samples were examined for 144. The highest
incidency rate of pond 2nd on gill was Diplectanum sp. (66.7%), on skin mucus was
Trichodina sp. (63.9%). The average of intencity value on gill of Diplectanum sp. in
pond 1st and 2nd were 6.3 and 6.7, respectively. For Tetrahymena sp. in pond 1st and
2nd were 10.3 and 11.2 and Trichodina sp. were 8.9 and 6.7, respectively.
The whole relation of water quality and parasite intensity on gill and skin to
show light correlatin. But, relation of ammonia and Diplectanum sp. has been show
severe correlation with pattern of positive regression.
The final result can be conclused an evidence where Diplectanum sp. on fish
culture is an indicator of high level ammonia with clinical sign of fish is gill damage
or hyperplasia. High mortality caused by pathogen infestation and can be able
consisted if other parameter where have relation with ammonia is rapid change with
extreme. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui timbulnya penyakit parasiter pada
kerapu macan (E. fuscoguttatus) sebagai indikator penurunan kualitas lingkungan
perairan sekitar budidaya dan mengetahui pengaruh penurunan kualitas air terhadap
munculnya ektoparasit telah dilakukan mulai April hingga Mei 2009 di Laboratorium
Balai Karantina Ikan Polonia sebagai tempat uji mikroskopis dan tambak UD.
Sundoro sebagai uji lapang. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif dan korelasional. Analisis data diperoleh dengan mencari nilai
insidensi dan intensitas ektoparasit pada kerapu macan. Untuk mengetahui pengaruh
kualitas air dengan intensitas ektoparasit digunakan analisis regresi dan kuatnya
hubungan tersebut digunakan korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata masing-masing parameter
kualitas air petak I selama penelitian adalah: temperatur 30-34 C (di udara) dan 31-
37 C (30-40 cm dari permukaan air); Salinitas 20-26 ppt; Oksigen terlarut (DO) 5,64
mg/L; pH 7,29; Ammonia 0,93 mg/L dan Nitrit 0,02 mg/L sedangkan pada petak II
selama penelitian adalah: temperatur 30-34 C (di udara) dan 32-37 C (30-40 cm
dari permukaan air); Salinitas 20-26 ppt; Oksigen terlarut (DO) 6,39 mg/L; pH 7,36;
Ammonia 0,68 mg/L dan Nitrit 0,021 mg/L.
Dari total sampel sebanyak 144 ekor ikan, ektoparasit yang ditemukan pada
insang adalah Diplectanum sp., Trichodina sp. dan Tetrahymena sp. sedangkan pada
kulit ditemukan Benedenia sp. dan Trichodina sp. Nilai insidensi ektoparasit tertinggi
pada insang di petak I adalah Diplectanum sp. (86,1%) sedangkan pada kulit adalah
Benedenia sp. (31,9%). Pada petak II, nilai insidensi total tertinggi pada insang oleh
Diplectanum sp. (66,7%) sedangkan pada kulit oleh Trichodina sp. (63,9%). Nilai
rata-rata intensitas ektoparasit pada insang untuk Diplectanum sp. selama penelitian
di Petak I adalah 6,3 dan Petak II adalah 6,7, Tetrahymena sp. di petak I adalah 10,3
dan petak II adalah 11,2, Trichodina sp. di petak I adalah 8,9 dan petak II adalah 6,7.
Pada kulit, Intensitas Trichodina sp. di petak I adalah 14,7 dan pada petak II adalah
10,6.
Secara keseluruhan hubungan kualitas air dengan intensitas parasit memiliki
nilai korelasi yang lemah. Akan tetapi hubungan antara ammonia dengan
Diplectanum sp. baik pada insang maupun kulit mempunyai nilai korelasi yang kuat
dengan pola regresi linear positif.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa munculnya Diplectanum sp. yang
ditandai dengan rusaknya insang (hyperplasia) merupakan indikator bahwa
kandungan ammonia di lahan budidaya tersebut tinggi. Kematian tinggi akibat
infestasi patogen dan toksisitas akan sangat mungkin terjadi apabila parameter air lain
yang berhubungan dengan ammonia mengalami perubahan yang ekstrim.