Trauma Akustik yang Disebabkan Letusan Senjata SS1 R5 pada Prajurit Yonif 100 Raider Kodam I Bukit Barisan
View/ Open
Date
2012Author
Markian, Riki
Advisor(s)
Adnan, Adlin
Haryuna, T. Siti Hajar
Hasibuan, Mangain
Metadata
Show full item recordAbstract
Abstract Introduction: Acoustic Trauma is a hearing disorder caused by exposure to a single sound wave with a short time can cause permanent hearing loss without preceded by a temporary change in hearing threshold. Objective: To determine the effect of acoustic trauma caused by gunshot on auditory function SS1 R5 100 Raider Battalion soldiers KODAM I Bukit Barisan. Methods: The study was a prospective study (cohort study), the exposure group (exposed) and control group (non-exposure / non-exposed). Acoustic trauma is determined by audiometric examination. Analysis of the results of the Chi-square test and calculation of the relative risk (RR). Result: it is known that the average intensity of sound intensity assault rifle (SS) 1 R5 is 107.66 dB. The increase in the threshold of hearing at the exposure occurred <25 dB (33.3%) (p <0.001). Impaired hearing on the exposure, occurs at high frequencies (> 2 kHz). After day 21, 23.3% hearing impaired group, the threshold of normal listeners, while 10% live. The risk of high-frequency hearing impaired exposure group compared to the non-exposure after calculating the relative risk is 6.09 times greater Conclusions: Although the clinical disturbances, acoustic trauma caused by gunshot SS1 R5 does not result in hearing impairment greater than 25 dB at high frequencies that are temporary in one ear 100 Raider Battalion soldiers KODAM I Bukit Barisan. Suggestion: Soldier in shooting practice, you should use ear plug and ear muff. The risk of hearing loss is very large considering the average intensity of the weapon above the normal threshold. Need for audiometric examination at regular soldiers Keywords; acoustic trauma, hearing loss, sensorineural deafness Abstrak
Pendahuluan: Trauma akustik merupakan gangguan dengar yang disebabkan oleh paparan gelombang suara tunggal dengan waktu singkat yang dapat menimbulkan penurunan pendengaran permanen tanpa didahului oleh perubahan ambang dengar sementara.
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh trauma akustik akibat letusan senjata SS1 R5 pada fungsi pendengaran prajurit Yonif 100 Raider KODAM I Bukit Barisan.
Metode : Jenis penelitian ini adalah studi prospektif (cohort study), terhadap kelompok paparan (exposed) dan kelompok kontrol (non paparan/ non exposed). Trauma akustik ditentukan dengan pemeriksaan audiometri. Analisis hasil dengan uji Chi-square dan perhitungan risiko relatif (RR).
Hasil : diketahui bahwa intensitas rata-rata bunyi intensitas senapan serbu (SS) 1 R5 adalah 107,66 dB. Peningkatan ambang dengar pada kelompok paparan terjadi < dari 25 dB (33,3%) (p<0.001). Gangguan dengar pada kelompok paparan, terjadi pada frekuensi tinggi (>2 KHz). Setelah hari ke-21, 23,3% kelompok gangguan dengar, ambang dengarnya normal kembali, sedangkan 10 % menetap. Risiko gangguan dengar frekuensi tinggi kelompok paparan dibandingkan kelompok non paparan setelah dilakukan perhitungan risiko relatif adalah 6.09 kali lebih besar
Kesimpulan : Walaupun secara klinis terjadi gangguan, trauma akustik yang disebabkan letusan senjata SS1 R5 tidak mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran lebih besar dari 25 dB pada frekuensi tinggi yang bersifat sementara pada salah satu telinga prajurit Yonif 100 Raider KODAM I Bukit Barisan.
Saran : Prajurit dalam latihan menembak, sebaiknya menggunakan ear plug maupun ear muff. Resiko terjadinya gangguan pendengaran sangat besar mengingat intensitas rata-rata senjata yang dipakai diatas ambang normal. Perlu adanya pemeriksaan audiometri pada prajurit secara berkala
Kata kunci ; trauma akustik , gangguan pendengaran, tuli sensorineural.
Collections
- Master Theses [201]