Efektivitas Pelatihan Bersyukur untuk Meningkatkan Resiliensi pada Penyintas Erupsi Gunung Sinabung
View/ Open
Date
2014Author
Putra, Achmad Irvan Dwi
Advisor(s)
Siregar, Rodiatul Hasanah
Fauzia, Rahma
Metadata
Show full item recordAbstract
Sinabung eruption have occured more than 6 months impact survivors
must live in shelters. Loss of farms as a source of income, loss of privacy, lack of
facilities and infrastructure is a stressor that makes survivors feel bored while in
shelters. In addition, the uncertainty how long to stay in shelter increased the
burden making survivors feel worried, desperate, submissive and pessimist in life.
Therefore survivors need the ability to survive and adapt when the situation
became uncertain. This ability called resilience (Reivich & Shatte, 2002). In
powerlessness, people always have the opportunity to see life more positively.
This can be done by providing gratitude training as part of positive psychology
approach to victims of Sinabung eruption could rise from all the helplessness and
maximize their ability.
This study aimed to examine the extent to which effectiveness of gratitude
training to increase resilience in survivors of Sinabung eruption. Participants in
this study were 12 survivors of Sinabung eruption, 30-50 years old and still living
in shelters. Participants were divided into a control group and an experimental
group. From the data analysis using the Mann Whitney test significance value
0.010 <0.05 which gratitude training effectively improve resilience in survivors of
Sinabung eruption. Erupsi Gunung Sinabung mengakibatkan sudah lebih dari 6 bulan
penyintas harus tinggal di posko pengungsian. Kehilangan ladang sebagai sumber
penghasilan, hilangnya privasi, keterbatasan sarana dan prasarana merupakan
stressor yang membuat penyintas merasa jenuh selama berada di posko
pengungsian. Selain itu ketidakpastian akan berapa lama tinggal di pengungsian
semakin menambah beban yang membuat penyintas merasa khawatir, putus asa,
pasrah dan kurang optimis dalam menjalani kehidupan. Oleh sebab itu penyintas
membutuhkan kemampuan untuk dapat bertahan dan beradaptasi ketika keadaan
menjadi tidak pasti yang disebut dengan resiliensi (Reivich & Shatte, 2002).
Dalam ketidakberdayaan, manusia selalu memiliki kesempatan untuk melihat
hidup secara lebih positif. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan
bersyukur sebagai bagian dari pendekatan psikologi positif agar penyintas erupsi
Gunung Sinabung bisa bangkit dari segala ketidakberdayaan dan memaksimalkan
potensi diri.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana efektifitas pelatihan
bersyukur untuk meningkatkan resiliensi pada penyintas erupsi Gunung Sinabung.
Partisipan dalam penelitian ini adalah 12 orang penyintas erupsi Gunung
Sinabung yang berusia 30-50 tahun dan masih tinggal di posko pengungsian.
Partisipan dibagi atas kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dari hasil
analisa data dengan menggunakan uji Mann Whitney diperoleh nilai signifikansi
0.010<0,05 dimana pelatihan bersyukur efektif meningkatkan resiliensi pada
penyintas erupsi Gunung Sinabung.