dc.contributor.advisor | Ismail, Rizabuana | |
dc.contributor.advisor | Manurung, Ria | |
dc.contributor.author | Siringoringo, Netty Rothesia | |
dc.date.accessioned | 2018-06-28T06:14:56Z | |
dc.date.available | 2018-06-28T06:14:56Z | |
dc.date.issued | 2018 | |
dc.identifier.uri | http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3822 | |
dc.description.abstract | Social Remediation is a series of actions to improve social circumstances that have a negative impact on people's lives. The main principle of social remedy is the attempts to improve the social situation at risk. Social remedies are human-oriented and focus on specific remedies for the state of troubled individuals. The purpose of this study is to find out how social remedies that have been done by the school to improve the deviant behavior of students that often occur in SMA Negeri 21 Medan, how students' views of deviant behavior, why students always do the behavior diverging repeatedly, what role in fact played by students on when performing deviant behavior and how appropriate social remedy in order to improve student deviant behavior.
This research uses qualitative method with case study form. The location of the research was conducted in SMA Negeri 21 Medan. The informants consist of the Principal, Counseling Guidance Teacher (BP), Vice Principal in the field of student affairs, homeroom teacher, subject teachers and students performing deviant behavior categorized as primary deviant behavior and secondary deviant behavior. Data collection techniques used are observation, in-depth interviews and documentation.
The results of the field research indicate that after the social remedy is done by the school to the students who often perform deviant behavior in the form of advice by the teacher BP (Counseling Advice), advice by the homeroom, advice by subject teachers, SPO (Letter of Calls Parents) and advised in front of the parents even make a signed agreement signed on stamp duty if students' deviant behavior can no longer be tolerated again. From the results of research conducted still found some students repeat again deviant behavior and do not heed social remedy conducted by the school because when performing deviant behavior turned out to students play the role as said Erving Goffman in dramaturgy theory that an actor has a front stage and back stage. In doing deviant behavior sometimes does not come from within the students themselves but the invitation of his group's friends to play. Due to the deviant behavior done repeatedly then there are some students who got expelled from school or with the term returned to the parents, but there are also some students who directly change his behavior and not repeat again when social remedial done. | en_US |
dc.description.abstract | Remedi sosial adalah sebagai serangkaian tindakan memperbaiki keadaan sosial yang mempunyai dampak negatif dalam kehidupan masyarakat. Prinsip utama remedi sosial adalah usaha-usaha untuk memperbaiki keadaan sosial yang beresiko. Remedi sosial berorientasi kepada manusia dan memfokuskan kepada tindakan-tindakan memperbaiki secara spesifik keadaan individu yang bermasalah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana remedi sosial yang telah dilakukan pihak sekolah untuk memperbaiki perilaku menyimpang siswa yang sering terjadi di SMA Negeri 21 Medan, bagaimana pandangan siswa terhadap perilaku menyimpang, mengapa siswa selalu melakukan perilaku menyimpang berulangkali, peran apa yang sebanarnya diperankan siswa pada saat melakukan perilaku menyimpang serta bagaimana bentuk remedi sosial yang tepat agar dapat memperbaiki perilaku menyimpang siswa.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan bentuk studi kasus. Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 21 Medan. Informan terdiri dari Kepala Sekolah, guru Bimbingan Penyuluhan (BP), Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan, wali kelas, guru mata pelajaran dan siswa yang melakukan perilaku menyimpang yang dikategorikan melakukan perilaku menyimpang primer dan perilaku menyimpang sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara mendalam serta dokumentasi.
Hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa setelah remedi sosial dilakukan oleh pihak sekolah kepada siswa yang sering melakukan perilaku menyimpang yang berupa nasihat oleh guru BP (Bimbingan Penyuluhan), nasehat oleh wali kelas, nasehat oleh guru-guru mata pelajaran, SPO (Surat Panggilan Orangtua) dan dinasehati di depan orangtua bahkan membuat surat perjanjian yang ditandatangani diatas materai apabila perilaku menyimpang siswa tidak dapat lagi ditolerir lagi. Dari hasil penelitian yang dilakukan masih ditemukan sebagian siswa mengulangi lagi perilaku menyimpang dan tidak mengindahkan remedi sosial yang dilakukan pihak sekolah karena saat melakukan perilaku menyimpang ternyata siswa bermain peran seperti yang dikatakan Erving Goffman dalam teori dramaturgi bahwa seorang aktor mempunyai panggung depan dan panggung belakang. Dalam melakukan perilaku menyimpang terkadang bukan berasal dari dalam diri siswa sendiri melainkan ajakan teman-teman kelompoknya bermain. Akibat perilaku menyimpang yang dilakukan berulangkali maka ada beberapa siswa yang sampai dikeluarkan dari sekolah atau dengan istilah dikembalikan kepada orangtua, tetapi ada juga sebagian siswa yang langsung merubah perilakunya dan tidak mengulangi lagi ketika remedi sosial dilakukan. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.subject | Deviant Behavior | en_US |
dc.subject | Social Remediation | en_US |
dc.subject | Social Interaction | en_US |
dc.title | Remedi Sosial Terhadap Perilaku Menyimpang Siswa SMA Negeri 21 Medan (Suatu Kajian Sosiologi) | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
dc.identifier.nim | NIM157047003 | en_US |
dc.identifier.submitter | Nurhusnah Siregar | |
dc.description.type | Tesis Magister | en_US |