Show simple item record

dc.contributor.advisorParwis, Beby
dc.contributor.advisorSihotang, Aslim D.
dc.contributor.advisorArma, Abdul Djalil Amri
dc.contributor.authorPuspitasari, Yulia
dc.date.accessioned2021-07-29T07:53:04Z
dc.date.available2021-07-29T07:53:04Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/38374
dc.description.abstractTerminologi kebutaan didefinisikan berbeda – beda di setiap negara seperti kebutaan total, kebutaan ekonomi, kebutaan hukum dan kebutaan sosial. Publikasi WHO pada tahun 1966 memberikan 65 defenisi kebutaan. Di bidang oftalmologi, kebutaan adalah orang yang oleh karena penglihatannya menyebabkan ia tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari.1 Pada tahun 1972 WHO mendefenisikan kebutaan adalah tajam penglihatan <3/60. Kemudian pada tahun 1979, WHO menambahkannya dengan ketidaksanggupan menghitung jari pada jarak 3 meter. 1,2 Pada tahun 1977, International Classification of Disease ( ICD ) membagi berkurangnya penglihatan menjadi 5 kategori dengan maksimum tajam penglihatan kurang dari 6/18 Snellen, kategori 1 dan 2 termasuk pada low vision sedangkan kategori 3, 4 dan 5 disebut blindness. Pasien dengan lapang pandangan 5 – 10 ditempatkan pada kategori 3 dan lapang pandangan kurang dari 5 ditempatkan pada kategori 4.1,2 Katarak adalah kekeruhan lensa. Lensa katarak memiliki ciri seperti edema, perubahan peningkatan atau penurunan protein, peningkatan proliferasi, dan kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Katarak immatur (insipient) hanya sedikit keruh. Katarak matur yang keruh total mengalami sedikit edema. Apabila kandungan air maksimum dan kapsul lensa teregang, katarak disebut mengalami intumesensi (membengkak). Pada katarak hipermatur (sangat lanjut), air telah keluar dari lensa dan meninggalkan lensa yang sangat keruh, relative mengalami dehidrasi, dengan kapsul berkeriput.3 Menurut WHO (1979) prevalensi kebutaan dinegara berkembang adalah 10 – 40 kali lebih besar daripada negara industri. Penyebab kebutaan itu sendiri dapat disebabkan karena penyakit infeksi dan rudapaksa pada mata. Penyakit mata yang menyebabkan kebutaan antara lain adalah : glaucoma, penyakit retina oleh karena diabetes mellitus dan katarak. Di negara berkembang 1-3% penduduk mangalami kebutaan dan 50 % penyebabnya adalah katarak. Sedangkan untuk negara maju perbandingannya adalah 1,2 % penyebab kebutaan adalah katarak. Prevalensi kebutaan bilateral : 1,2 % dari seluruh penduduk, sedangkan prevalensi kebutaan unilateral adalah 2,1 % dari seluruh penduduk. Penyebab kebutaan oleh katarak adalah 0,76 % dari seluruh penyebab kebutaan lainnya.4en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjectPrevalensi Kebutaanen_US
dc.subjectKataraken_US
dc.titlePrevalensi Kebutaan Akibat Katarak di Kabupaten Aceh Besar Nanggroe Aceh Darussalamen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nimNIM067110006
dc.description.pages53 Halamanen_US
dc.description.typeTesis Magisteren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record