Studi Molekular dan Fisiologi Ketahanan Tanaman Kelapa Sawit terhadap Patogen Ganoderma
View/ Open
Date
2021Author
Hayati, Rahmah
Advisor(s)
Basyuni, Mohammad
Lisnawita
Munir, Erman
Metadata
Show full item recordAbstract
Ganoderma boninense dan G. sinense merupakan patogen yang paling
berbahaya pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) karena menyebabkan
kematian pada tanaman tersebut. Selain menyerang tanaman kelapa sawit, Ganoderma
juga menyerang beberapa tanaman seperti kelapa (Cocos nucifera L.), karet (Hevea
brasiliensis) dan lontar (Borassus flabellifer). Patogen ini telah menyebar di
perkebunan Sumatra dan Sulawesi, Indonesia. Pengendalian patogen ini telah
dilakukan seperti pengamatan langsung di lapangan (metode sensus) pada kebun induk
dan kebun pengujian keturunan (progeny trial), seleksi ketahanan di tahapan
pembibitan (early screening test) hingga seleksi pada tingkat biokimia dan molekuler.
Pengendalian patogen Ganoderma tergolong sulit apabila mengamati gejala visual
dilapangan, dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Penanaman varietas tahan
Ganoderma merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengurangi penyerangan
patogen Ganoderma. Skrining varietas bahan tanam tahan Ganoderma merupakan
solusi yang berkelanjutan. Ketahanan bahan tanam toleran Ganoderma sangat
tergantung pada ketersediaan gen resistensi dan informasi struktur genetik dalam
populasi kelapa sawit. Tingginya tingkat ketahanan sangat berhubungan dengan
keragaman genetik tanaman dan patogen Ganoderma. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui spesies Ganoderma di perkebunan kelapa sawit Sumatera dan Sulawesi,
mengetahui diferensiasi struktur genetik dan sekuens tanaman kelapa sawit tahan
Ganoderma, mengetahui ekspresi dan sekuensing gen isoflavone reductase; thaumatin;
dan heatshock cognate pada tanaman kelapa sawit tahan Ganoderma, mengetahui
ekspresi gen MADS-BOX hasil tandan buah segar dari tanaman tahan Ganoderma,
mengetahui pola rantai C dan tipe polyisoprenoid tanaman kelapa sawit tahan
Ganoderma, serta mengetahui aktivitas enzim kitinase pada tanaman kelapa sawit tahan
Ganoderma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis klaster hasil sekuensing
menggunakan primer SSR, isolat Ganoderma yang berasal dari Provinsi Sulawesi
Utara memiliki korelasi genetik yang dekat dengan isolat dari Provinsi Sumatera Utara.
Namun, pohon filogenetik secara jelas memisahkan isolat dari G. boninense dan G.
sinense. Isolat yang dominan adalah spesies G. sinense, patogen yang diduga berasal
dari China. Kemudian, hasil skrining tanaman kelapa sawit tahan Ganoderma
menunjukkan keragaman genetik yang tinggi, dengan nilai PIC = 0.70. Analysis of
Molecular Varian (AMOVA) menunjukkan perbedaan yang signifikan (5%) antar
individu (100%). Analisis UPGMA Euclidean dan Datalog2 (10), menunjukkan
perbedaan yang signifikan dalam kelompok bibit inokulasi dan tanpa inokulasi, dengan
tanaman dewasa bergejala dan tidak bergejala dalam populasi. Selain itu, 92 data
sekuensing terindetifikasi dari BLASTX dan homologi protein target isoflavon
reduktase, polyadenylated, heat shock, dan thaumatin dengan skor total tertinggi
11
diidentifikasi adalah 117, serta kesamaan 100%. Selanjutnya, panjang gen yang
berbeda dari ekspresi gen MADS-box dari buah kelapa sawit tahan Ganoderma
diidentifikasi pada pola pita tunggal. Berdasarkan metode UVITEC-1D, semua
populasi E. guineensis mendeteksi ekspresi pada gen EGGLO dan EGDEF. Populasi
buah tanaman tahan bergejala, buah tanaman tahan tidak bergejala, buah tanaman
rentan tidak bergejala tidak terekspresikan dalam gen EGSQUA, EGAGL2, dan
EGAG. Skrining bahan tanam dilanjutkan dengan pendekatan morfologi dan biokimia.
Hasil analisis statistik ANOVA morfologi tanaman rentan dan tahan Ganoderma hanya
berpengaruh signifikan pada ketebalan daun tanaman (P<0.001), sedangkan tinggi
tanaman dan diameter batang tidak berpengaruh signifikan. Namun, pengujian penanda
kemotaksonomi secara biokimia, yaitu polyisoprenoid yang ditemukan di dalam sel
jaringan daun dan akar membedakan antara kelapa sawit rentan dan toleran
Ganoderma. Hasil analisis 2D-TLC, tipe II dikategorikan dalam jaringan daun toleran,
sedangkan pada jaringan daun rentan, akar toleran dan akar rentan, yaitu berada pada
tipe II dan III. Panjang rantai C diamati pada jaringan daun kelapa sawit toleran
Ganoderma adalah stabil, yaitu polyprenol dan dolichol (C40-C110). Dendogram
menggambarkan kelompok yang terpisah dari daun dan akar kelapa sawit rentan dan
toleran. Selain penanda kemotaksonomi, dilakukan pendekatan enzim kitinase.
Dimana, berdasarkan data statistik, uji ANOVA menunjukkan bahwa aktivitas enzim
kitinase tanaman rentan dan toleran berbeda secara signifikan (P<0.001), baik pada
jaringan akar maupun daun. Aktivitas tertinggi pada enzim kitinase diperoleh pada
tanaman toleran yaitu 140.47 U/mg atau 25,821 U/mL pada jaringan akar; dan 174,873
U/mg atau 32,145 U/mL pada jaringan daun. Sedangkan aktivitas enzim yang rendah
terdapat pada tanaman rentan yaitu 78,663 U/mg atau 14,46 U/mL pada jaringan akar,
dan 125,218 U/mg atau 23,018 U/mL pada jaringan daun. Berdasarkan analisis
dendogram dengan MVSP ver 32, menggambarkan kelompok yang terpisah antara
tanaman rentan dan toleran. Seluruh hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai
sumber informasi pengendalian patogen Ganoderma di Sumatera Utara maupun
Indonesia. Indentifikasi bahan tanam dapat menghemat waktu dalam menganalisis
pengendalian patogen Ganoderma pada perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini juga
dapat dimanfaatkan sebagai sumber keragaman genetik dalam menentukan
penggunaan gen tahan untuk pengendalian patogen Ganoderma.