Show simple item record

dc.contributor.authorRachmatsyah, M. Yusuf
dc.date.accessioned2021-08-02T10:22:34Z
dc.date.available2021-08-02T10:22:34Z
dc.date.issued2021
dc.identifier.urihttp://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/38870
dc.description.abstractTransfusi janin intrauterin adalah manajemen standar metode dalam pengobatan penyakit hemolitik janin dan mungkin diperlukan untuk dilakukan berulang kali dalam kehamilan. Gawat janin selama atau setelah prosedur adalah komplikasi yang paling banyak dan dapat menyebabkan persalinan prematuritas, neonatal asfiksia atau kematian. Meskipun pendekatan terbaik untuk melakukan transfusi sebelum terjadinya hidrops tetapi transfusi intrauterin juga efektif dilakukan setelah hidrops fetalis terjadi. Secara keseluruhan tingkat kematian janin akibat prosedur ini adalah 1-2%. Tingkat kematian tampaknya lebih tinggi pada usia kehamilan <22 minggu (5,6%) karena kesulitan teknis yang dihadapi ketika prosedur dilakukan di awal kehamilan. Tampaknya usia kehamilan pada saat terjadinya hidrops fetalis adalah faktor yang paling signifikan untuk keberhasilan prosedur pada kasus transfusi janin intrauterin karena hidrops janin tipe imun. Anemia janin lebih parah pada kasus hidrops yang terjadi pada awal trimester kedua dan risiko kematian janin setelah transfusi janin intrauterin lebih tinggi.Hidrops fetalimenggambarkan akumulasi cairan yang berlebihan di dalam kompartemen ekstra vaskular pada rongga tubuh janin. Kondisi ini didefinisikan sebagai adanya penumpukan cairan abnormal pada ≥2 rongga tubuh janin yang terdeteksi melalui USG prenatal. Hal tersebut termasuk asites, efusi pleura, efusi perikardial, dan edema kulit umum (ketebalan kulit >5mm). Terdapat beberapa penyebab dari hidrops fetalis yaitu abnormalitas struktur organ, faktor sistemik seperti infeksi, anemia, kelainan kromosom, kelainan metabolik kemudian penyakit vaskular, pembuluh darah limfatik serta idiopatik. Hidrops fetalis dibagi menjadi dua jenis yaitu tipe imun dan nonimum. Hidrops Fetalis imun disebabkan oleh antibodi sel darah merah sedangkan hidrops fetalis yang berkembang dengan tidak adanya hemolisis sel darah merah disebut sebagai hidrops janin non-imun. Doppler Velocimetri adalah salah satu prediktor paling penting untuk kematian janin atau neonatal dalam berbagai kondisi janin termasuk pertumbuhan janin terhambat dan hidrops janin. Pengukuran kecepatan sistolik puncak MCA untuk menilai anemia janin sangat penting untuk manajemen janin dengan hidrops fetalis. Setelah 16 minggu kehamilan, ada hubungan yang signifikan antara aliran puncak Δ-MCA dan konsentrasi delta hemoglobin, terutama ketika konsentrasi hemoglobin janin sangat rendah. Nilai MCA-PSV menjadi metode yang efektif dalam mendeteksi kebutuhan transfusi janin pada hidrops fetalis yang mengalami anemia.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUniversitas Sumatera Utaraen_US
dc.subjecttransfusi intrauterinen_US
dc.subjecthidrops fetalisen_US
dc.subjectanemiaen_US
dc.titleTransfusi Intrauterin pada Janin Hidrops Fetalisen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nim197109202002121002
dc.description.pages44 Halamanen_US
dc.description.typeKarya Tulis Dosenen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record