Kearifan Lokal Kesantunan Berbahasa pada Masyarakat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Barus
View/ Open
Date
2013Author
Saragih, Yenny Puspita
Advisor(s)
Sibarani, Robert
Nurlela
Metadata
Show full item recordAbstract
This study is entitled The Local Wisdom in Language Politeness of
Pasisi Barus Society. This is the study of anthropolinguistic as an
interdisciplinary field which studies language as a cultural resource
and speaking as a cultural practice by using pragmatic approach.
The objectives of this study are: 1) to explain language politeness
strategies in the utterances of Pasisi Barus Society, 2) to describe the
pattern of language politeness of Pasisi Barus society, and 3) to
explain the local wisdom in language politeness of Pasisi Barus
Society. The theory used in this study was language politeness based
on Brown and Levinson and speech acts theory of Searle. The method
of this study was qualitative method. After the analysis of the results
obtained of data showed that language politeness of Pasisi Barus
Society in the family and neighborhood interaction is realized in five
forms of speech act, they are:1) refusing, 2) requesting, 3)
commanding, 4) prohibiting, and 5) offering. The strategies of
realizing language politeness used by Pasisi Barus Society are: 1)
giving reason, 2) pessimistic, 3) being indirect, 4) apologizing, 5)
thanking, 6) postponing, 7) using hedges, and 8) minimizing
imposition. Based on these strategies, there are ten patterns used by
Pasisi Barus Society in expressing language politeness. The language
politeness reflects two wisdoms, they are: 1) avoiding conflict and 2)
tolerable. The local wisdoms reflected in the language politeness of
Pasisi Barus Society are taught by the eldest to the youngest by
implementing the language politeness in daily communication. Penelitian ini berjudul Kearifan Lokal dalam Kesantunan
Berbahasa pada Masyarakat Pasisi Barus. Penelitian berupa kajian
antropolinguistik sebagai salah satu bentuk wilayah interdisipliner
yang mempelajari "bahasa" sebagai sumber budaya dan ujaran sebagai
bentuk kegiatan budaya dengan menggunakan pendekatan pragmatik.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mendeskripsikan strategi kesantunan
berbahasa masyarakat Pasisi Barus, 2) menjelaskan pola kesantunan
berbahasa masyarakat Pasisi Barus, dan 3) menjelaskan kearifan lokal
dalam kesantunan berbahasa masyarakat Pasisi Barus. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori kesantunan berdasarkan
wajah (face) dalam teori kesantunan Brown dan Levinson dan teori
tindak tutur Searle. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif. Hasil analisis data yang diperoleh
menunjukkan bahwa kesantunan berbahasa masyarakat Pasisi Barus
direalisasikan ke dalam lima bentuk tindak tutur, yakni 1) menolak, 2)
meminta, 3) memerintah, 4) melarang, dan 5) menawarkan. Strategi
yang digunakan masyarakat Pasisi Barus dalam merealisasikan
kesantunan berbahasa adalah : 1) memberi alasan, 2) bersikap pesimis,
3) menggunakan ujaran tidak langsung, 4) meminta maaf, 5) berterima
kasih, 6) menunda, 7) kalimat berpagar, dan 8) meminimalkan
tekanan. Dari delapan strategi yang digunakan didapatkan sepuluh
pola kesantunan berbahasa masyarakat Pasisi Barus. Kesantunan
berbahasa yang ditunjukkan masyarakat ini mengandung dua kearifan,
yakni 1) sikap menghindari perselisihan dan sikap tenggang rasa.
Kearifan lokal yang tercermin dalam kesantunan berbahasa
masyarakat Pasisi Barus diajarkan oleh orang-orang tua kepada
generasi muda melalui penerapan kesantunan berbahasa dalam
komunikasi sehari-hari.