dc.description.abstract | Bahasa adalah satuan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam berinteraksi antara satu sama lain di kehidupan sehari-hari. Bahasa berperan penting dalam kehidupan manusia karena tanpa bahasa alur komunikasi manusia tidak akan berjalan dengan baik. Salah satu ilmu yang membahas mengenai bahasa ialah Linguistik. Linguistik memiliki beberapa bagian kajian ilmu-ilmu salah satunya adalah ilmu pragmatik. Pragmatik adalah kajian ilmu bahasa yang mempelajari hubungan antara maksud ungkapan atau tuturan dengan konteks dari tuturannya.
Ilmu pragmatik memiliki beberapa cabang bagian ilmu, salah satunya tindak tutur. Tindak tutur adalah bagian dari ilmu pragmatik yang membahas tentang maksud dan makna tuturan sesuai dengan tujuan dari tuturan penutur. Untuk meneliti tindak tutur dibutuhkan konteks sebagai satuan alat untuk meneliti tindak tutur. Tindak tutur dapat dilihat dari media lisan maupun tulisan. Namun, pada penelitian ini hanya dilihat dari media lisan. Tanpa mengetahui konteks pada suatu tuturan, akan sulit dalam proses menganalisa suatu tindak tutur. Teori Konteks yang digunakan pada penelitian ini adalah teori SPEAKING menurut Hymes. Tindak tutur terdiri dari tiga jenis, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi .
Tindak tutur juga terbagi kedalam beberapa klasifikasi bentuk menurut Teori Wijana dan Rohmadi, diantaranya ada bentuk tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, dan tindak tutur tidak
langsung tidam literal. Pada penelitian ini digunakan teori tersebut dalam menentukan bentuk tindak tutur.
Tindak ilokusi menurut Yule memiliki beberapa bagian yang diantaranya adalah direktif, ekspresif, komisif, deklaratif dan representatif. Dari lima bagian yang telah disebutkan, pada penelitian ini akan dibahas hanya bagian tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang memiliki tuturan atau ungkapan dengan gambaran perasaan atau psikologis yang dialami penutur. Yule membagi kedalam enam fungsi tindak tutur ekspresif, yaitu kebencian, kesukaan, kesulitan, kesenangan, kesengsaraan dan kegembiraan. Pada penelitian ini penulis menggunakan teori fungsi dari tindak tutur ekspresif menurut George Yule.
Pada data penelitian ini diambil dari salah satu anime Jepang yang cukup terkenal bahkan banyak orang indonesia yang mengetahui anime tersebut. Anime yang berjudul A Silent Voice atau dalam bahasa Jepangnya ialah '声の形' menceritakan mengenai hubungan persahabatan yang mana di masa lalu kedua tokoh utama adalah seorang penindas dan korbannya. Alur dari cerita ini memiliki alur cerita yang maju. Cerita dimulai dari latar waktu kelas 6 sekolah dasar. Saat itu, Nishimiya Shoko seorang gadis kecil yang memiliki kekurangan pada pendengarannya yang tidak bisa berbicara dan mendengar dengan baik. Ia masuk ke sebuah sekolah dasar sebagai murid baru. Semenjak Nishimiya menjadi murid baru di sekolah itu, ia mengalami perilaku bullying oleh beberapa murid dikelasnya. Salah satu murid tersebut adalah Ishida. Konflik terjadi saat Ishida melepas alat bantu dengar Nishimiya dengan paksa sehingga telinga Nishimiya terluka parah. Setelah kejadian
tersebut, Ishida mengalami tindakan bullying yang dilakukan oleh teman-teman sekelasnya atas perilaku buruknya.
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu Bagaimana fungsi dan bentuk tindak tutur ekspresif yang terdapat pada anime A Silent Voice. Sedangkan, Tujuan dan manfaat pada penelitian ini ialah mendeskripsikan fungsi dan bentuk tindak tutur ekspresif yang muncul pada anime A Silent Voice, sekaligus mengedukasi pembaca mengenai pragmatik, terutama kajian tindak tutur.
Penelitian ini menggunakan data tuturan ekspresif dari anime A Silent Voice yang dikumpulkan menggunakan metode simak. Data yang disimak berupa tuturan dari anime A Silent Voice yang dibantu dengan audio dan transkrip dialog anime tersebut. Selain itu, penulis menggunakan metode catat yang mana setelah menemukan data tuturan ekspresif yang ingin diteliti, penulis langsung mencatat data tuturan tersebut. Sehingga pada penelitian ini didapati 29 data tuturan ekspresif. Namun, hanya 12 data tuturan saja yang ditampilkan dalam penelitian ini. Lalu, data dianalisis menggunakan metode padan pragmatis yaitu metode yang menggunakan banding antara penutur dan mitra tutur. Pada metode ini digunakan teknik dasar dengan memilah unsur penentu dengan menggunakan daya pilah yang dipilih oleh penulis sendiri berdasarkan teori yang digunakan. Lalu pada proses penyajian data, data ditulis menggunakan metode deskriptif kualitatif yang mana data yang sudah dikumpulkan dan dipilih dijabarkan melalui untaian kalimat.
Dari 29 data yang ditemukan, hanya 12 data yang ditampilkan pada penelitian ini. 12 data tersebut masing- masing sudah dikelompokkan sesuai rumusan masalah yang ada, yaitu; a. Pada fungsi tindak tutur ekspresif ditemukan dari 12 data tuturan
ada 4 data tuturan dengan fungsi menyatakan kebencian, 1 data dengan fungsi menyatakan kesukaan, 4 data dengan fungsi menyatakan kesulitan, 1 data dengan fungsi menyatakan kesenangan, 1 data dengan fungsi menyatakan kesengsaraan, dan yang terakhir 1 data dengan fungsi menyatakan kegembiraan; b. Pada bentuk tindak tutur ekspresif, dari 12 data yang ditemukan ada 10 data tuturan dengan bentuk tindak tutur langsung literal dan 2 data tuturan dengan bentuk tindak tutur tidak langsung literal. Sedangkan, data tuturan dengan bentuk tindak tutur langsung tidak literal dan bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal tidak ditemukan pada tuturan tokoh dari anime A Silent Voice. | en_US |