ata Sapaan dalam Bahasa Karo : Analisis Sosiolinguistik
Abstract
This thesis deals with references and terms of endearments in Karonese. The
problems investigated are what are references and terms of endearments in Karonese and how
they are used by the speakers of Karonese. The objectives of the study are to describe the
references and terms of endearments and their uses in the social contexts of Karonese. This is a
descriptive one. The study was conducted in three areas of Kabanjahe, Ketaren, and Nangbelawan
in which Karonese of Urung Julu dialect is used. The domains of language use are marriage
ceremonies, occupying new dwellings and condolence. The techniques used to collect the date
are free conversation-involved and conversation-involved techniques. The findings
indicate that the Karonese of Urung Julu dialect employs 23 references and terms of
endearment : kam, engko, bapa, nandai, bulang, nini, mama, mami, bibi, bengkila,
permain, kaila, beraiberai, impal, turang, turangku, turangnguda, agi, we, amai/huted, silih,
kaka, aida, nak, dan senina. Their uses are contextually based which is specifically determined by
parameters of age, status in ritual ceremony, social status, status in order of birth, familiar
or unfamiliar, situations, sex, and familiarity. Misuse of references and terms of endearments in
Karonese may lead to misunderstandings, which eventually may result in miscommunications. Tesis ini membicarakan kata sapaan dalam bahasa Karo. Masalah penelitian mencakup dua
hal, yakni apakah kata sapaan dalam bahasa Karo dan bagaimanakah kata sapaan itu digunakan.
Tujuan penelitian adalah mendeskripsi kata sapaan bahasa Karo dan penggunaan kata sapaan.
Kajian ini merupakan kajian sosiolinguistik yang secara spesifik merujuk teori Ervin Tripp
(1976). Kajian dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian dilakukan di Kabanjahe,
Ketaren dan Nangbelawan yang dikenal sebagai bahasa Karo dialek Urung Julu dalam ranah adat
perkawinan, pesta adat memasuki rumah baru, dan acara kematian. Teknik pengumpulan data
mencakup teknik bebas libat cakap dan libat cakap. Temuan penelitian adalah bahasa Karo dialek
Urung Julu menggunakan 25 kata sapaan, diantaranya kam, engko, bapa, nandai, bulang, nini,
mama, mami, bibi, bengkila, permain, kaila, berai-berai, impal, turang, turangku,
turangnguda, agi, we, amai/buted, silih, kaka, aida, nak, dan senina. Pemakaian kata sapaan
tersebut terikat kepada konteks sosial dan situasi yang mencakup berbagai unsur, seperti umur,
status dalam adat, status sosial, status urutan kelahiran, dikenal atau t i d a k d i k e n a l ,
s i t u a s i , j e n i s k e l a m i n , d a n k e a k r a b a n . K e s a l a h a n pemakaian kata sapaan
menyebabkan kesalahpahaman yang pada akhirnya mengakibatkan gangguan
komunikasi antara penyapa dan tersapa.