dc.description.abstract | Skripsi ini berjudul Tradisi Horja Bius di Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir: Kajian Semiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan- tahapan, bentuk simbol, fungsi simbol, dan makna yang terkandung dalam simbol yang digunakan dalam tradisi horja bius di Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Teori yang digunakan menganalisis hasil penelitian ini adalah teori semiotik Charles Sander Pierce. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Tahapan-tahapan tradisi horja bius yang terdiri dari tiga tahapan persiapan yaitu: pangarapotan, maniti ari, martonggo raja dan terdiri dari delapan tahapan pelaksanaan dalam jangka waktu dua hari pelaksanaan yaitu tahapan Hahomion, Mangelek Tao, Tortor Bius,tortor pangurason,tortor Tunggal Panaluan, Pajonjong Borotan, Mangalahat Horbo, dan Padalan Jambar Bius. Bentuk simbol yang terdapat dalam pelaksanaan tradisi horja bius ada 27 yang dikelompokkan ke dalam empat bentuk simbol yaitu, simbol waktu, penanda status, perlengkapan adat dan juga simbol makanan. Simbol- simbol tersebut adalah pagi hari, raja bius, datu, ulubalang, bunga sipitu rupa, ulos, haminjon, hajut, sarimarnaik, sordak, pahean ni datu, hambing puti, manuk nabontar, manuk nabontar lopas, manuk jarum bosi, itak gurgur, hinopingan, ihan batak, sagu-sagu, pira ni manuk, assimun pangalambohi, aek sitio-tio, anggir pangurason, demban, tanduk horbo paung, boras sipir ni tondi, dan horbo lae lae. 3. Fungsi simbol yang terdapat dalam pelaksanaan tradisi horja bius, 4. Makna simbol yang terdapat dalam pelaksanaan tradisi horja bius.. | en_US |